Mata Kuliah Konsep Inovasi. Inovasi Teknologi. Cecep Heriana, S.KM.,MPH STIKKU

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNTUK MENJAWAB TANTANGAN DAN KEBUTUHAN MASA DEPAN DEMI KEMANDIRIAN BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, subspesialis yang mempunyai fungsi utama yang menyediakan dan. efektif, sehingga masyarakat tidak merasa di kecewakan.

EVALUASI EKONOMI PADA PELAYANAN KESEHATAN

Rekam medis bukan lagi sekedar membuat ringkasan pasien keluar, laporan perkembangan, lembar perintah dokter, atau resume. Laporan langsung dari

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perawat & Program Perawatan di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi telah meluas di seluruh kawasan

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

NILAI SENTRAL KEDOKTERAN KELUARGA. Disiapkan oleh: Dr. FX. Suharto, M. Kes

Masa Depan Healthcare

PASAL 6 PERMENKES No.1109/MENKES/PER/IX/2007

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

BAB I PENDAHULUAN. paradigma. Pekerjaan perawat yang semula vokasional hendak digeser menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

Xpidemiologi Klinik adalah Penerapan prinsip prinsip dan metode

KEBIJAKAN PENGENDALIAAN ALAT KESEHATAN DALAM MENYONGSONG SJSN. Oleh: Drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

KEBUTUHAN INTERNET BAGI RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUUAN. Perkembangan teknologi yang sangat pesat mendorong manusia untuk semakin

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

PERTEMUAN KE 1 (50 MENIT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel 2.5 Susunan Mata Kuliah Per Semester Berikut Bobotnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Oleh : drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT Bali, 4 Mei 2018

PENDAHULUAN SISTEM KENDALI

JURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT UNDANG-UNDANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Halaman Halaman Judul... Halaman Pengesahan. Pernyataan.. Abstrak... Abstract.. Kata Pengantar... Daftar Isi. Daftar Tabel...

Daftar Pokok Bahasan. Lampiran 4 SKDI. Pokja Standar Pendidikan Dokter Indonesia. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

APLIKASI SIKAP PROFESIONAL TENAGA GIZI DI BIDANG ASUHAN GIZI DAN DIETETIC. Miranti Gutawa Sumapradja RSUP dr Hasan Sadikin Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini kanker menempati. Data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010

Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Hukum Kesehatan. Diajukan oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPA BAB 3. TEKS EKSPOSISILatihan Soal 3.1. narasi. deskripsi. argumentasi. eksposisi.

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis (OA), atau yang biasa dikenal. dengan penyakit sendi degeneratif, merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kebutuhan akan pelayanan radiologi yang berkualitas dengan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan pelayanan prima rumah sakit di Indonesia tertuang dalam Keputusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menemukan dan menggunakan teknologi untuk mengeksploatasi alam dalam. manusia dengan ruang dan waktunya (Kusumadewi, 2009).

UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN. Law & Regulation MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM 11/22/12 REKAM MEDIS PARAGRAF 3. Pasal 46

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM PADA ANAK ANEMIA DENGAN ANAK TANPA ANEMIA

Modul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542)

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Latar Belakang Masalah

monitoring perfonmance

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS

Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

PENYUSUNAN KUESUIONER

MANFAAT ILMU KOMPUTER DALAM BIDANG KESEHATAN

Transkripsi:

Mata Kuliah Konsep Inovasi Inovasi Teknologi Cecep Heriana, S.KM.,MPH STIKKU

Pendahuluan Revolusi teknologi di bidang kesehatan yang telah dicapai sampai saat ini merupakan ciri yang bermakna dalam kehidupan modern. Walaupun demikian kekuatan teknologi harus dimanfaatkan secara hati-hati dan penuh tanggungjawab, untuk menjamin bahwa kita menerapkan secara efisien dan manusiawi. Penggunaan teknologi kesehatan yang tepat melibatkan tidak hanya penguasaan ilmu pengetahuan, peralatan teknik atau mesin dan konsep-konsep tetapi juga untuk mengetahui masalah-masalah ekonomi, etika dan moral (Raymond, 1998) Manusia yang dikaruniai akal dan budi akan selalalu berusaha dalam menemukan dan menggunakan teknologi untuk mengeksploatasi alam dalam kehidupannya. Perkembangan dalam menemukan dan mengunakan teknologi yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia dengan ruang dan waktunya. Menurut Anbar (1984) teknologi kesehatan dipandang dari perspektif peralatan secara praktis melibatkan semua jenis teknologi : akustik, mekanik, elektrik dan elektronik; kimiawi, fisikokimiawi, elektromagnit dan optik seperti yang ditunjukkan pada gambar

Kontribusi berbagai Disiplin Ilmu terhadap teknologi Kesehatan Reiser. SJ., Anbar. M., 1984, The Machine At The Bedside : Strategies for using technology in patient care., Cambridge : Cambridge University Press, hal 23-34

Definisi Teknologi Terminologi teknologi berasal dari kata Yunani techne yang berarti seni (art) atau ketrampilan (craft) (Hall, 2002). Dari kata itu dapat diturunkan kata teknik dan teknologi. Teknik adalah cara, metoda atau kemampuan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan ketrampilan dalam bidang tertentu. Teknologi mempunyai arti yang banyak antara lain : (1) Penerapan ilmu pengetahun untuk tujuan-tujuan praktis; (2) cabang ilmu pengetahuan mengenai penerapannya; (3) kumpulan semua cara dari suatu kelompok sosial dalam memenuhi obyek-obyek material dari kebudayaannya (Bahtiar, 1996). Teknologi harus selalu dipelajari apakah dalam bentuk ketrampilan manual atau sebagai ilmu pengetahuan terapan (applied science). Teknologi berkembang dan dikembangkan oleh karena ada tantangan dan perubahan yang timbul dari luar. Menurut Feeny (1986), teknologi kesehatan didefinisikan sebagai seperangkat teknik- teknik, obat-obatan, prosedur yang digunakan oleh profesional kesehatan dalam memberikan pelayanan medis kepada perorangan dan pelayanan kesehatan di masyarakat.

Teknologi Kesehatan Menurut UU RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan yang tercantum dalam pasal 42 dinyatakan bahwa : Ayat 1. Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan diteliti, diedarkan dan dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat. Ayat 2. Teknologi kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) mencakup segala metode dan yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanya penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit, menyembuhkan, memperkecil komplikasi dan memulihkan kesehatan setelah sakit.

Teknologi kesehatan dibagi dalam 5 kelompok Obat-obatan Alat-alat Prosedur Support sistem sistem organisasional bahan-bahan kimia dan subtansi biologis yang dipakai untuk dimakan, diinjeksikan ke tubuh manusia untuk kepentingan medis alat-alat khusus untuk tujuan : diagnostik, terapi prosedur bedah dan medis atau kombinasinya yang sering kali sangat komplek teknologi yang digunakan untuk memberikan pelayanan medis di rumah sakit teknologi yang digunakan untuk menjamin penyampaian pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien Rogowski (2007)

Perubahan Teknologi Perkembangan yang cepat dalam teknologi kesehatan memberikan peluang (opportunities) dan tantangan-tantangan (challenges) dalam penyampaian pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi (high quality) dan efisien. Di samping itu juga untuk pengendalian terjadinya kesalahan medis (medical error), penurunan biaya dan perbaikan hubungan pasiendokter. Riset-riset pelayanan kesehatan dipusatkan pada pengembangan teknologi (technology development) dan aplikasi klinis untuk keberhasilan implementasi di lingkungan pelayanan kesehatan.

Tahapan-tahapan pengembangan teknologi kesehatan Evaluasi Pengembangan Difusi atau disiminasi Inovasi Feeney, 1986).

Tahap 1 Inovasi Kata inovasi yang digunakan disini menunjukkan kepada kreasi baru alat atau teknik atau kombinasi alat yang lama menjadi konfigurasi yang baru atau untuk aplikasi yang baru (Eden, 1986). Inovasi memunculkan kebaruan (novelty) dalam pengetahuan ilmu kedokteran, praktek kedokteran atau organisasi. Kebanyakan inovasi adalah sebagai hasil dari banyaknya kemajuankemajuan yang kecil yang secara individual mungkin tidak berarti tetapi mempunyai efek yang kumulatif. Teknologi yang baru jarang berkembang dalam satu langkah saja. Modikasi dan pengembangan teknologi merupakan proses yang berjalan berkesinambungan.

Tahap dalam inovasi medis laporan pendahuluan yang menjanjikan berdasarkan evikasi, inovasi medis terhadap beberapa kasus tanpa kontrol pemakaian atau pengambilan teknologi oleh profesional atau organisasional penerimaan publik (pihak ketiga) laporan observasional dan prosedur standar; uji kendali acak (randomize control trial) pengaduan oleh profesional teknologi mengalami kehilangan kepercayaannya dan erosi McKinlay (1981)

Tahap 2. Proses pengembangan teknologi teknologi bakalan (emerging technology) adalah teknologi yang sedang diterapkan dalam taraf pengembangan di laboratorium inkubator atau sedang dalam uji coba laboratorium; teknologi baru (new technology). Teknologi baru secara fundamental berbeda dengan teknologi yang sudah ada sebelumnya. Teknologi ini biasanya menunjukkan perbaikan dalam diagnosis dan ketepatan diagnosis, demikian juga memberikan teknologi terapi yang baru. Contoh teknologi diagnostik baru : Multislices CT (Computerized Tomograph ) Scan lebih baik bila dibandingkan dengan CT scan tipe lama. Teknologi terapi baru : intervensi endovaskuler, transplantasi organ, organ buatan (Artifisial Organ), katup jantung prostetik.

Tahap 2. Proses pengembangan teknologi teknologi masa kini (current technology, establish technology) adalah teknologi yang sudah biasa dikenal, contohnya : MRI (Magnetic Resonance Imaging). teknologi masa depan (future technology) seperti : sistem mikroelektro mekanik, robotik untuk membantu pembedahan sebagai pengembangan dari kombinasi Ilmu Fisika, Tehnik dan Ilmu Informasi, Nano tehnologi, Rekayasa Genetik dan sebagainya.

Tahap 3. Difusi Teknologi Difusi teknologi adalah suatu proses dimana teknologi memasuki dan menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan (Banta et al, 1981). Fase ini mengikuti tahap riset dan pengembangan dan mungkin juga tidak mengikuti uji klinik yang teliti untuk menunjukkan efikasi dan keselamatan pasien. Pada awal fase difusi biasanya berjalan lambat, hal ini menunjukkan kehati-hatian dari sebagian pengguna walaupun boleh jadi juga menunjukkan masalah komunikasi informasi tentang inovasi yang sudah dikembangkan.

Difusi Teknologi Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa difusi ini dipengaruhi oleh pembuat keputusan dan kendala- kendala yang dihadapi oleh perorangan terhadap keputusan untuk penggunaan teknologi tersebut. Untuk rumah sakit biasanya terkendala dengan keterbatasan anggaran atau kendala dalam penggunaannya. Hasil-hasil dari uji klinik dan pengalaman di praktek lapangan terpengaruh terhadap sikap dan perilaku dokter. Jika hasilnya positip difusi berjalan cepat dan akan berlanjut sampai ada teknologi baru yang menggantikannya. Bila bukti-bukti klinis tidak jelas atau negatif mungkin akan memperlambat difusi atau bahkan menolak teknologi tersebut.

Evaluasi Teknologi potensi terapi kemampuan diagnosis dan skrining efektivitas di masyarakat Kepatuhan pasien Cakupannya (Tugwell et al, 1986).

Referensi Lawson, E.E., 1984 : Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam : J.P Choherty., A.R. Stark (eds) : Manual of Neonatal Care. Boston : Little, Brown and Company, hal 197 217. Malkin, R., 2008. Designing appropriate healthcare technologies, Appropriate Technology, 35 : 64-66 McKinlay, J.B., 1981 From Promising Report to Standard Procedure : Seven Stages in the Career of a Medical Innovation. Milbank Memorial Fund Quarterly 59(3) : 374 411. Raymond, S., (ed) 1998. Life Science and Health Challenges. New York : New York Academy of Sciences, hal 173 196. Rifai, H.Tb.B. 1986. Perspektif dari Pembangunan Ilmu dan Teknologi. Jakarta : PT Gramedia Rogowski. W. 2007. Current impact of gene technology on healthcare. A map of economic assessment. Health Policy, 80 : 340 357. Semin, S., Guldal, D., Demirah, Y., 2007. Globalization and Trends of Medical Technology Trade in Turkey. Health Policy, 81 : 320-327 Stix G. 2009. Kristian Olson : Simple, low-cost resusitators and incubators can save newborns in the developing world. Scientific American, Vol.10, hal 54. 19 Szilagyi, P.G. 2009. Translation Research and Pediatrics. Academic Pediatric 9 : 71-80 Tugwell, P., Bennett, K., Feeny, D., Guyatt, G., Haynes, R.B. 1986. A frame work for the evaluation of technology : The technology assesment iterative loap. In : David, F., Gordon, G., Peter, T. (eds). Health Care Technology : Effectiveness, Eficiency, and Public Policy. Montreal : The institute for Research on Public Policy, hal. 41-56. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. Dalam : Lembaran Negara RI. Tahun 2009, nomor 144.