FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESULITAN MENGINGAT DAN KONSENTRASI PADA USIA LANJUT DI INDONESIA TAHUN 2004



dokumen-dokumen yang mirip
GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivitas yang didapatkan dari adanya pergerakan tubuh manusia.

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana terjadi penurunan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah <11 gr/dl selama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. sedih bagi individu maupun anggota keluarga yang dapat menimbulkan. depresi. Depresi merupakan penyakit atau gangguan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Individu pasti akan mengalami proses penuaan (ageing process) yaitu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. masyarakat industri banyak memberikan andil. terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WHO memperkirakan setiap tahun akan terdapat sekitar sembilan juta penderita baru TB paru dengan kematian sekitar tiga juta orang (Depkes, 2009)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESULITAN MENGINGAT DAN KONSENTRASI PADA USIA LANJUT DI INDONESIA TAHUN 2004 Analisis Data Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Data SDKI Tahun 2004 Faiza Yuniati, S.Pd, MKM ), *Muchlis Riza, SKM, M.Kes 2) ),2) Dosen Poltekkes Palembang Abstrak Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut Indonesia dari tahun ke tahun menyebabkan makin meningkatnya masalah sosial dan penyakit, baik penyakit fisik maupun mental yang berhubungan dengan usia lanjut. Salah satu gangguan mental yang sering dikeluhkan oleh usia lanjut adalah kesulitan mengingat dan konsentrasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut di Indonesia. Data yang dipakai pada penelitian ini adalah data Survey Sosial Ekonomi Nasional yang terintegrasi dengan Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2004. Dari hasil diketahui bahwa prevalensi kesulitan mengingat dan konsentrasi di Indonesia adalah sebesar 2,5%. Diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi adalah umur, kesulitan merawat diri sendiri, tingkat keparahan perasaan sedih, rendah diri dan tertekan, kesulitan melaksanakan aktivitas sosial, pendidikan, status perkawinan serta kebiasaan mengkonsumsi buah dan sayur. Kata Kunci: Usia Lanjut, Kesulitan Mengingat dan konsentrasi, pre-demensia Abstract Elderly population increases from year to year in Indonesia, and has caused many social problems in elderly, physical diseases and also mental diseases. One of the mental diseases in elderly is Subjective complaints of memory and concentration. The goal of this research is to uncover the factors correlate with Subjective Complaints of Memory and Concentration in Indonesian elder people using a quantitative research with cross sectional design. Data resources in this research is a data of National Social Economic Survey integrated with Family Health Survey, year 2004. The result shown that prevalence of subjective complaints of memory and concentration is 2,5 %, known that factors correlate with subjective complaint of memory and concentration is age, disability in activity daily living, low self esteem and depression, disability in social activity, education, marital status, and behavior in consume fruits and vegetables. Key Word: Elderly, Subjective Memory Complain, pre-demensia

Pendahuluan Jumlah penduduk usia lanjut Indonesia pada tahun 2000 menurut Badan Pusat Statistik mencapai 7, persen dari total penduduk (20.24.999 jiwa), atau mencapai 4.45.84 jiwa, tahun 2003 menjadi 6,2 juta jiwa dan tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi 6,5 juta jiwa. Menurut perkiraan dari United State Buraeau of Census 993, populasi usia lanjut di Indonesia antara tahun 990-2023 akan naik 44% (Depkes & Kessos, 200), suatu angka tertinggi di seluruh dunia. Depkes RI memperkirakan tahun 2005-200 jumlah usia lanjut akan menyamai jumlah balita yaitu sekitar 8,5% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 9 juta jiwa. Berdasarkan survei Depkes RI tahun 2002 gangguan mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9% dan usia di atas 65 tahun sebesar 2,3%. Gangguan mental yang banyak terjadi pada usia lanjut adalah penurunan fungsi kognitif yaitu kesulitan mengingat (Subjective Memory Complain/SMC) Bila tidak ditindaklanjuti dengan baik akan berkembang menjadi gangguan dengan tingkat yang lebih parah menyebabkan berbagai masalah di tiap aspek kehidupan. Pasien dengan gangguan kognitif berat rata-rata lama hari rawat sebesar 0,4 hari dan menyebabkan perbedaan biaya perkapita 4000 $ lebih tinggi dibanding pasien tanpa gangguan kognitif yang mempunyai rata-rata lama hari rawat hanya 6,5 hari. Sebesar 7 juta jiwa usia lanjut di rawat oleh orang lain yaitu pasangannya, anak atau teman karib. Mereka merawat dan memenuhi kebutuhan usia lanjut tanpa di bayar. Namun jika digantikan oleh petugas yang mendapat bayaran maka negara harus mengeluarkan dana sebesar $45-75 billion pertahun (National Alliance: 997). Mengingat besarnya dampak baik bagi usia lanjut, keluarga atau negara jika masalah kogntif tidak disikapi dengan tepat dan serius, maka deteksi dini masalah tersebut harus ditingkatkan. Perlu diketahui faktor-faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan terjadinya kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut, sehingga upaya pencegahan gangguan fungsi kognitif secara efektif dan efisien ditujukan pada usia lanjut yang mempunyai resiko.

Tujuan umum: Mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut di Indonesia. Tujuan Khusus:. Diperoleh informasi mengenai prevalensi keluhan subyektif kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut di Indonesia. 2. Diperoleh informasi mengenai deskriptif karakteristik usia lanjut di Indonesia. 3. Diperoleh informasi mengenai: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut di Indonesia. Kerangka Konsep Penelitian Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang (Cross Sectional). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2004 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah total sampel pada SKRT dengan kriteria umur 60 tahun ke atas dan terintegrasi dengan sampel Susenas yaitu sebanyak 00 orang. Analisis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis multivariabel regresi logistik. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Univariabel Pada analisis univariabel diketahui bahwa usia lanjut yang mengeluh sulit dan sangat sulit mengingat adalah sebesar 2,5% seperti terlihat pada tabel. Department of Health and Human Services U.S (999) mengestimasi kejadian SMC antara 50-80% pada usia lanjut. Menurut Euroderm (99) prevalensi gangguan fungsi kognitif di negara berkembang lebih rendah dari pada di negara maju (Finlandia 76,3%, Brazil 59%, Perancis 33,5%

dan Swedia 33%). Laporan Susenas tahun 2004, sebesar 2,5% kelompok usia lanjut Indonesia di atas 60 tahun (rata-rata umur 68,8 tahun) mengeluh sulit dan sangat sulit dalam mengingat dan konsentrasi, dan sebesar 3% untuk kelompok umur 5 tahun ke atas. Angka ini jika dibandingkan dengan prevalensi di negara lain masih jauh lebih rendah. Prevalensi SMC yang lebih rendah ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal yaitu: a. Jenis pertanyaan atau kuesioner yang digunakan untuk menggali keluhan subyektif gangguan memori berbeda, baik dari teks pertanyaannya ataupun jenis kuesioner itu sendiri (memory complaints questionnaire atau self report Questionnaire) b. Ada perbedaan pengklasifikasian jawaban responden ( ya, tidak, ringan, sedang, sulit dan sangat sulit). c. Kelompok responden berbeda di tinjau dari segi umur. Secara teoritis semakin bertambah umur semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi kognitif (NIH, 2002) d. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan informasi yang lebih luas mengenai kepedulian dan kewaspadaan usia lanjut terhadap gangguan kognitif menyebabkan tingkat persepsi diri yang lebih baik sehingga dapat menjaring angka kejadian SMC.dibanding dengan negara berkembang seperti Indonesia yang tingkat kepedulian dan kewaspadaan akan penurunan fungsi konitifnya masih rendah, sehingga kesulitan mengingat dan konsentrasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tidak disadari sebagai suatu gangguan atau bahkan dianggap sebagai suatu yang normal. Keluhan subyektif gangguan memori sebenarnya tidak dapat langsung di identifikasi melalui kuesioner/pertanyaan yang berisi laporan/keluhan spontan subjek akan gangguan memori (self report Questionnaire), dan hal ini sering dilakukan oleh para ahli pada prakteknya sehari-hari. Keluhan gangguan memori/penurunan fungsi kognitif akan lebih bermakna dengan menggunakan kuesioner/pertanyaan yang langsung mengarah pada masalah gangguan memori (direct questioner about memory problem/ memory complaint questionnaire

(Mac-Q), sebelum dilakukan tes obyektif gangguan memori. Tabel. Distribusi Usia Lanjut Menurut Tingkat Kesulitan Mengingat/konsentrasi Indonesia, Susenas 2004 Analisis Bivariabel Pada analisis bivariabel terlihat hubungan SMC dengan variabel bebas lainnya (Tabel 2). Tabel 2 Hubungan Variabel Bebas dengan Keluhan Kesulitan Mengingat dan Konsentrasi Pada Usia Lanjut di Indonesia, Susenas 2004 Kesulitan mengingat/konsentrasi Tdk ada, Sulit, sgt sulit ringan, sdg Total Nilai P OR 95%CI Variabel bebas n % n % n Umur : 60-75 th 754 89,66 87 0,34 84 0,000 76-80 th 67 78,82 8 2,8 85 2,4,29 4,5 8 th 55 73,33 20 26,67 75 3,40,88 6,6 Jenis k. : Perempuan 473 85,38 8 4,62 447 0,052 Laki-laki 403 90,6 44 9,84 554 0,66 0,43,00 Merawat diri : Tidak masalah, rng,sdg 853 89,60 99 0,40 952 0,000 Sulit dan sangat sulit 23 49,94 26 53,06 49 9,40 4,98 7,73 Sedih,tertekan: Tidak masalah, rng,sdg 850 89,66 98 0,34 948 0,000 Sulit dan sangat sulit 26 49,06 27 50,94 53 7,68 4,9 4,07

Aktivitas sosial: Tidak masalah, rng,sdg 849 90,42 90 9,58 939 0,000 Sulit dan sangat sulit 27 43,55 35 56,45 62,07 6,4-9,94 Pendidikan : Tidak punya ijazah 553 85,34 95 4,66 648 0,007 SD 224 9,06 22 9,94 246 0,53 0,3 0,90 SMP 99 92,52 8 7,48 07 0,38 0,8 0,80 Status kawin : Kawin 495 90,66 5 9,34 546 0,002 Belum kawin 4 93,33 6,67 5 0,50 0,06 4,00 Cerai 367 83,4 73 6,59 440 2,00,33 3,0 Tempat tinggal: Kota 36 9,07 3 8,93 347 0,22 Desa 560 85,63 94 4,37 654,44 0,9 2,30 Ekonomi : <Rp.450.000 44 85,7 69 4,29 483 0,60 Rp.450.000-34 88,45 4,55 355 0,87 0,57 34 Rp.900.000 48 90,80 5 9,20 63 0,75 0,4,38 >Rp.900.000 Merokok : Ya, tiap hari 20 90,9 2 9,09 23 0,340 Ya, kadang-kadang 42 84,00 8 6,00 50,79 0,70 4,58 Tidak, sebelumnya 95 88,79 2,2 07,35 0,6 2,98 pernah 529 86,30 84 3,70 63,60 0,95 2,69 Tidak pernah Konsumsi buah : >3 porsi/mgg 248 90,5 26 9,49 274 0,06 0-0,49 porsi/mgg 346 84,80 62 5,0 408,7,00 2,9 0,5 3 porsi/mgg 282 88,40 37,60 39,05 0,59,87 Konsumsi sayur : 0,5 7 44 86,07 67 3,93 48 0,057 0 0,49 33 73,33 2 26,67 45,92 0,82 4,5 7 429 90,32 46 9,68 475 0,74 0,48,2

Aktivitas kerja: Bekerja 402 90,54 42 9,46 444 0,07 Tidak bekerja 474 85,0 83 4,90 557,68,0 2,58 Olah raga jalan kaki: 3x/minggu 446 89,74 5 0,26 497 0,079 <3x/mgg atau tdk jalan 430 85,32 74 4,68 504,47 0,96 2,27 kaki Analisis Multivariabel Tahap awal analisis multivariabel dengan melakukan seleksi kandidat variabel bebas untuk dapat masuk dalam model. Seleksi kandidat variabel bebas berdasarkan kriteria nilai P<0,25 terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Seleksi Variabel Bebas Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesulitan Mengingat dan Konsentrasi pada Usia Lanjut di Indonesia, Susenas 2004 Variabel Koefisien Standar Odds G (Chi) Nilai P Error Ratio Umur (76-80 th) Umur ( 8 th) Jenis kelamin (lakilaki) Sulit merawat diri Rendah diri, tertekan Kesulitan fungsi sosial Pendidikan SD Pendidikan SMP Belum kawin 0,880,225-0,46 2,240 2,038 2,404-0,633-0,956-0,69 0,692 0,367 0,38 0,302 0,24 0,323 0,308 0,300 0,269 0,376,057 0,209 0,237 2,4 3,403 0,660 9,395 7,678,068 0,53 0,384 0,50,998,444 23,204 5,67 77,63 75,732 6,898 8,086 2,92 6,38 0,006 0,000 0,052 0,000 0,000 0,000 0,09 0,0 0,54 0,00 0,22

Cerai Daerah pedesaan 0,53 0,29 0,329 0,3,66,338 3,325 0,532 0,35 Pengeluaran (450-0,583 0,479,79 3,99 0,224 900rb) 0,297 0,404,346 0,463 Pengeluaran ( 900rb) Kadang merokok Pernah merokok 0,467 0,536 0,05 0,265 0,29 0,27,595,708,053 5,224 0,079 0,860 0,049 Tidak pernah 0,652 0,435,99 2,60 0,35 merokok -0,307 0,23 0,736 0,49 Tidak konsumsi buah Konsumsi buah ( 3 0,52 0,387 0,28 0,22,684,473 6,695 4,476 0,07 0,080 prs) Tidak konsumsi sayur Konsumsi syr (>7 porsi) Tidak bekerja Jalan kaki <3x/mgg Keterangan: Variabel yang dicetak tebal adalah variabel yang masuk dalam analisis lanjut. Analisis multivariabel dilakukan dengan menggunakan metode backward selection, yaitu dengan memasukkan semua variabel bebas yang memenuhi kriteria kedalam regresi logistik, kemudian dikeluarkan satu persatu dimulai dari nilai P yang terbesar kemudian dinilai besar perubahan odds ratio. Bila besar perubahan odds ratio variabel-variabel bebas lainnya lebih dari 0%, maka variabel yang dikeluarkan tersebut tetap masuk dalam analisis lanjut, dan sebaliknya bila besar perubahan odds ratio kurang dari 0% maka variabel tersebut tidak diikutkan dalam analisis lanjut. Hasil akhir regresi logistik multivariabel sebelum uji interaksi dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Multivariabel Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesulitan Mengingat dan Konsentrasi Pada Usia Lanjut di Indonesia, Susenas 2004 Variabel bebas Umur (60-75 th) Umur (76-80 th Umur (>80 th) Koef, 0,579 0,482 Standar Error 0,654 0,7044 t,58, P>t 0,5 0,268 Odds Ratio,78,62 95% CI 0,869 3,663 0,690 3,803 Sulit merawat diri,025,305 2,9 0,029 2,78,0 6,99 Rendah diri, tertekan,395,756 3,2 0,00 4,03,77 9,485 Kesulitan fungsi sosial,60,907 4,22 0,000 5,00 2,366 0,575 Tidak punya ijazah - Pendidikan SD -0,438 0,202 -,4 0,6 0,64 0,349,9 Pendidikan SMP -0,670 0,27 -,58 0,5 0,5 0,222,78 Kawin Belum kawin -0,669 0,52-0,66 0,5 0,5 0,070 3,775 Cerai 0,462 0,377,94 0,052,58 0,995 2,532 Konsumsi buah >3 porsi Tidak konsumsi buah 0,249 0,377 0,85 0,397,28 0,720 2,285 Konsumsi buah ( 3 prs) -0,255 0,246-0,8 0,42 0,77 0,45,445 Konsumsi sayur 7 porsi Tidak konsumsi sayur 0,722,029,44 0,49 2,05 0,77 5,496 Konsumsi sayur (>7 prs) -0,72 0,203-0,7 0,477 0,84 0,524,353 Konstanta -2,544 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi.. Hubungan umur dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi di Indonesia Rata-rata umur usia lanjut pada penelitian ini adalah sebesar 68,8 tahun. Kelompok umur 60 75 tahun memiliki jumlah paling banyak yaitu sebesar 84,02%. Hubungan umur dengan kejadian kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut mempunyai hubungan bermakna. Usia lanjut lebih dari 80 tahun berisiko lebih besar untuk mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi, yaitu 3,40 kali dibanding kelompok umur 60 75 tahun. Semakin bertambah usia, makin besar risiko terjadinya kesulitan

mengingat dan konsentrasi yang artinya makin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi kognitif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Bassett et.al (993) bahwa frekuensi SMC meningkat linier pada usia lanjut diatas 65 tahun. bertambahnya umur merupakan faktor risiko mayor terjadinya penurunan fungsi kognitif karena otak mengalami beberapa perubahan (NIH,2002). Terbentuknya plaq di sekitar area otak menyebabkan sel mitokondria otak lebih mudah rusak dan berpengaruh juga terhadap terjadinya peningkatan inflamasi (Katzman, 992). Namun bila di kontrol dengan variabel bebas lain dalam analisis multivariabel maka risiko untuk mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi lebih besar pada usia lanjut berumur 76-80 tahun yaitu,78 kali (95%CI=0,86-3,66 dibanding kelompok umur 60-75 tahun) dari pada usia lanjut berumur di atas 80 tahun (OR=,62; 95% CI=0,64-3,80 dibandingkan umur 60-75 tahun). Walaupun perbedaan ini tidak begitu besar namun hal ini mungkin disebabkan, penduduk usia lanjut yang telah mencapai umur di atas 80 tahun mempunyai fungsi ketahanan hidup dan adaptasi yang lebih baik dibandingkan usia 76-80 tahun, baik ketahanan fisik maupun mental. Pengalaman dan pendidikan yang diperoleh semasa hidup dapat memberikan pengajaran yang berarti dalam mengatasi permasalahan, menatalaksana stress dengan baik, lebih bijaksana menjalani kehidupan. Dengan bertambahnya usia, walaupun kesehatan fisik mulai menurun, bila psikologis sehat dapat memberi efek pencegahan terhadap gangguan mental seperti gangguan kognitif kesulitan mengingat dan konsentrasi. 2. Hubungan kesulitan merawat diri dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi. Terdapat hubungan bermakna antara kesulitan merawat diri dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut. Dalam analisis multivariabel diketahui bahwa usia lanjut dengan kesulitan merawat diri, berisiko untuk mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi sebesar 2,78 (95% CI :, 6,99) dibanding usia lanjut tanpa kesulitan merawat diri atau hanya mengalami kesulitan ringan/sedang. Aktivitas fisik seharihari, pada banyak penelitian telah ditemukan sebagai faktor protektif melawan terjadinya gangguan fungsi

kognitif (Flicker, et.al:2005 ; Abbott, et.al:2004;weuve,et.al:2004).studi longitudinal 2 tahun di Inggris oleh Jagger et.al menunjukkan bahwa ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang merefleksikan gangguan atau kesulitan dalam melakukan aktivitas tersebut, berisiko terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif sebesar 3,4 kali di banding individu yang tidak mengalami gangguan. Kegiatan merawat diri sendiri seperti mandi, berpakaian, BAB/BAK, menggosok gigi, makan dan ambulation, merupakan kemampuan dasar yang seharusnya dapat dilakukan oleh orang yang sehat. Demikian juga kemampuan aktivitas sehari-hari yang lebih tinggi tingkatannya (membaca, menulis,memasak,membersihkan lingkungan,belanja dll. Dibentuknya Pusat Pelayanan Usia Lanjut oleh pemerintah (day care, psychogeriatric service) merupakan sarana yang tepat untuk memberi kesempatan bagi usila mendapatkan konseling tentang kemampuan fisiknya terutama dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 3. Hubungan perasaan sedih, rendah diri dan tertekan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi Terdapat hubungan bermakna antara tingkat keparahan perasaan sedih, rendah diri dan tertekan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut. Usia lanjut dengan perasaan sedih, rendah diri atau tertekan dengan tingkat keparahan berat dan sangat berat, berisiko untuk mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi sebesar 4,03 (95% CI :,7 9,48) dibanding usia lanjut yang tidak mengalami masalah psikologis tersebut atau bermasalah dengan tingkat ringan dan sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa masalah psikologis (perasaan sedih, rendah diri dan tertekan) yang berat dan sangat berat merupakan faktor risiko terjadinya keluhan mengingat dan konsentrasi.hal ini sejalan dengan penelitian Michael & Norman (996) yang didapat hubungan signifikan antara perasaan rendah diri atau tertekan dengan total keluhan subyektif gangguan memori (pada usila berumur rata-rata 70 th). Perasaan sedih dan pola pikir yang terganggu jika berlangsung dalam waktu yang lama dan

mengakibatkan perubahan pola hidup dapat berindikasi pada depresi. Depresi bukan hanya gangguan pada perasaan tapi juga pikiran, kemauan, pola tidur dan rasa percaya diri. Pada tingkat lanjut keadaan ini akan menyebabkan perubahan fungsi kognitif dan sosial (Linda, 2006). Selain itu tingginya tingkat hormon stres juga dapat menyebabkan penyusutan daerah otak yang akan mempengaruhi area critical untuk fungsi kognitif sehingga berlanjut dengan terjadinya gangguan memori dan lebih parah lagi adanya gangguan kognitif (Sciencedaily, 2006). 4. Hubungan kesulitan melaksanakan fungsi sosial dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi. Usia lanjut yang mengalami kesulitan dalam beraktivitas sosial, berisiko untuk mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi sebesar 5,00 (95% CI: 2,36 0,57) dibanding usia lanjut tanpa kesulitan beraktivitas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa usia lanjut dengan aktivitas sosial yang lebih rendah berisiko 6, (95% CI:2,9 3,0) dibanding usia lanjut yang mempunyai tingkat aktivitas yang lebih tinggi (Elderly Health Service,2003). Aktivitas sosial merupakan tantangan komunikasi yang efektif dan tingkat partisipasi dalam hubungan interpersonal yang kompleks. Dukungan dan partisipasi sosial merupakan faktor pencegah penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut (Christensen et.al, 996). Usia lanjut harus tetap dihargai sebagai personal yang masih dapat melakukan banyak hal, terutama dalam hubungan dengan masyarakat. Dukungan positif dari keluarga dan lingkungan terdekat merupakan faktor penguat bagi usia lanjut untuk tetap mempertahankan kemampuannya dalam aktivitas sosial. Keberadaan kelompok-kelompok usia lanjut yang ada dimasyarakat perlu mendapat dukungan positif dari pemerintah dan masyarakat 5. Hubungan pendidikan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi Penduduk usia lanjut Indonesia tahun 2004 sebagian besar tidak memiliki ijazah pendidikan formal (64,7%). Usia lanjut paling banyak hanya memiliki ijazah sekolah dasar (24,6%), dan hanya sebagian kecil

saja (0,7%) yang memiliki ijazah sekolah menengah pertama atau pendidikan formal lain diatasnya. Tingkat pendidikan seseorang berhubungan bermakna dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang di dapat, semakin berkurang risiko terjadinya kesulitan mengingat dan konsentrasi pada saat lanjut usia. Rocca (990) menyatakan bahwa terdapat hubungan terbalik antara pendidikan dan fungsi kognitif. Studi di Malaysia (Sidik, dkk : 2003) melaporkan bahwa usia lanjut tanpa pendidikan formal berisiko sebesar 8 kali (95% CI : 2,97 2,48) untuk mengalami penurunan fungsi kognitif. Menurut penelitian Coffey (999), pendidikan dapat menciptakan semacam lapisan penyangga yang melindungi dan mengkompensasi perubahan otak. Hal ini dibuktikan dengan meneliti struktur otak 320 orang berusia 66 tahun sampai 90 tahun yang tidak terkena kepikunan. Yang ditelitinya adalah volume cairan otak (Cerebrospinal fluid/csf). Coffey menemukan, semakin banyak pendidikan yang di kenyam seseorang, makin besar pula volume CSF yang dimilikinya. 6. Hubungan status perkawinan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi Penduduk usia lanjut yang banyak mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi adalah usia lanjut dengan status cerai, baik cerai mati atau cerai hidup (58,4%), dan kelompok ini berisiko mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi sebesar,58 (95% CI : 0,99 2,53) di banding kelompok usia lanjut dengan status kawin. Zaragoza studi (995) juga menunjukkan hasil penelitian yang sama yaitu gangguan memori lebih banyak terjadi pada usia lanjut dengan status cerai. Hal ini dimungkinkan karena telah berkurangnya dukungan sosial dan masalah kehilangan pasangan hidup. kerekatan Emosional (Emotional Attachment) merupakan jenis dukungan sosial yang memungkinkan seseorang memperoleh kedekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. 7. Hubungan konsumsi buah dan sayur dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi

Usia lanjut yang tidak mengkonsumsi sayuran berisiko sebesar 2,05 (95% CI : 0,77 5,49) untuk mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi di banding dengan yang mengkonsumsi 0,5-7 porsi/minggu. Konsumsi sayuran lebih dari 7 porsi/mgg memberi perlindungan terhadap terjadinya kesulitan mengingat dan konsentrasi sebesar 0,84 (95% CI: 0,52-,35) dibanding usia lanjut yang mengkonsumsi sayuran 0,5-7 porsi/minggu. Otak memerlukan suplai makanan yang cukup seperti vitamin dan asam amino untuk menjalankan fungsinya. Jika kadar cholesterol dan trigliserid tinggi di dalam darah maka dapat terjadi penurunan suplai nutrien ke otak Hal ini menyebabkan otak kekurangan makanan dan mempengaruhi fungsinya, antara lain kemampuan mengingat dan proses informasi. 8. Hubungan variabel bebas lain dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi Hubungan Kesulitan mengingat dan konsenterasi dengan variabel bebas lainnya yaitu jenis kelamin, tempat tinggal, ekonomi, aktivitas kerja, kebiasaan merokok dan olah raga jalan kaki tidak mempunyai hubungan bermakna dalam analisis multivariabel Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan. Prevalensi keluhan subyektif gangguan memori pada usia lanjut di Indonesia dengan menggunakan self report questioner sebesar 2,5%. Angka prevalensi ini masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan negaranegara lain yang menggunakan alat ukur memory complaints questionnaire. 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif gangguan kognitif pada usia lanjut adalah faktor umur, kesulitan merawat diri sendiri, tingkat keparahan perasaan sedih, rendah diri dan tertekan, kesulitan melaksanakan aktivitas sosial, pendidikan, status perkawinan, serta kebiasaan mengkonsumsi buah dan sayur. 3. Faktor jenis kelamin, daerah tempat tinggal, status ekonomi, kebiasaan merokok, aktivitas kerja

dan olah raga jalan kaki pada penelitian ini tidak berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut. Saran Untuk pembuat keputusan. Perlunya program penyuluhan dan konseling bagi masyarakat khususnya usia lanjut agar lebih peduli, waspada dan dapat melakukan evaluasi terhadap fungsi kognitifnya serta mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mencari evaluasi dini sekaligus sebagai upaya preventif terhadap terjadinya gangguan kognitif tahap lanjut. 2. Perlu penelitian lanjut yang mengkaji lebih dalam tentang keluhan gangguan memori untuk memastikan prevalensi kejadian tersebut, serta faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya keluhan gangguan memori pada usia lanjut. 3. Perlu penelitian lanjut yang mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya risiko kesulitan mengingat dan konsentrasi pada penduduk berumur di atas 80 tahun dibanding penduduk usia lanjut yang lebih muda (76-80 tahun) 4. Departemen lainnya Perlunya kerja sama lintas sektoral dimana antar Lembaga/Departemen Pemerintahan, masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat bersama-sama melakukan upaya pencegahan terhadap gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut. 5. Dalam survei nasional seperti Susenas dan SKRT memerlukan instrumen yang efektif dan efisien namun dapat mencapai sasaran, maka disarankan untuk menggunakan pertanyaan langsung yang ditujukan kepada masalah keluhan memori secara khusus (memory complaint questionnaire/ Mac-Q) bukan dengan pertanyaan keluhan spontan responden akan gangguan memori (self report questionnaire). Untuk masyarakat Usia lanjut. Disarankan untuk peduli dan waspada terhadap fungsi kognitif dan melakukan evaluasi dini bila dirasakan ada keluhan /gangguan

dengan melakukan cek rutin di pelayanan kesehatan terdekat. 2. Menatalaksana dengan baik halhal yang dapat mengurangi risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif; Meningkatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari terutama dalam merawat diri, menatalaksana stress dan rasa rendah diri, tetap mempertahankan aktivitas sosial dan bagi usia lanjut yang merokok di himbau untuk mengurangi jumlah rokok yang dihisap, walaupun nikotin dapat meningkatkan daya ingat dan konsentrasi tapi kerugiannya akan lebih besar daripada manfaat yang di dapat. 3. Meningkatkan konsumsi makanan berserat (sayur dan buah) sesuai dengan anjuran Pedoman Umum Gizi Seimbang yaitu 3-5 porsi sayuran/hari dan 2-4 porsi buah/hari. Keluarga Keluarga diharapkan dapat membantu dan memberikan dukungan mental yang baik agar usia lanjut yang mengalami penurunan fungsi kognitif dapat mengatasi masalah kognitif yang dihadapi supaya tidak bertambah parah, dan dapat mempertahankan kemampuan serta kemandiriannya semaksimal mungkin. Masyarakat Umum. Masyarakat turut mensukseskan program wajib belajar 9 tahun, karena pendidikan dapat mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif. 2. Tetap mengaktifkan dan mengembangkan kegiatan kelompok/ organisasi bagi usia lanjut, yang merupakan wadah bagi usila untuk melaksanakan fungsi sosial kemasyarakatan dan sebagai sarana pengaktualisasian diri. Institusi Kesehatan Pelayanan Kesehatan. Mempromosikan pengenalan dan deteksi dini terhadap gangguan fungsi kognitif kepada masyarakat luas 2. Mempermudah pemeriksaan dan deteksi dini tersebut dari segi prosedur dan biaya. Pendidikan Kesehatan Institusi pendidikan kesehatan disarankan untuk memasukkan bahasan usia lanjut dan permasalahannya terutama gangguan fungsi kognitif pada kurikulum sebagai

antisipasi masalah kesehatan di Indonesia. Daftar Pustaka American Psychiatric Association. Association Between Memory Complaints and Incident Alzheimer's Disease in Elderly People With Normal Baseline Cognition. Am J Psychiatry 56:53-537, April 999. American Family Physician. Do Memory Complaints Predict Alzheimer's Disease? August, 999 http://www.findarticles.com/p/arti cles/ akses Mei 2006 Bassett SS, Folstein MF: Memory complaint, memory performance, and psychiatric diagnosis: a community study. J Geriatr Psychiatry Neurol 993; 6:05 Christensen H, Korten A, Jorm AF, Henderson AS, Scott R, Mackinnon AJ. Activity levels and cognitive functioning in an elderly community sample. Age Ageing 996, 25:72-80. -. Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Kesehatan Keluarga, 2005. Linda Ercoli; Prabha Siddarth; Sung- Cheng Huang; et al: Perceived Loss of Memory Ability and Cerebral Metabolic Decline in Persons With the Apolipoprotein E-IV Genetic Risk for Alzheimer Disease. Archives of General Psychiatry. Volume 63: April, 2006, pages 442-448. UCLA Press release. National Institutes of health. The Search For Alzheimers s Disease Preventive Strategis. America, 2006. Michael W. Collins., Norman Abeles, Michigan State University. Subjective Memory Complaints and Depression in the Able Elderly. the journal of aging and mental health, vol 6. publilkasi 27 Mei 996. Departemen Kesehatan, R.I. Pedoman Pembinaan kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Direktorat Kesehatan keluarga. Jakarta, Edisi ke VI, 2005 -. Pedoman Pengenalan Dini Demensia (Kepikunan). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2002