UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU. Oleh : ADI KUSUMA NIM :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif. Menurut

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif.menurut Lincoln dan Guba (dalam Sutopo, 2006: 40) dalam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menetapkan : PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2013.

METODE PENELITIAN. ini yaitu untuk mengetahui dampak kebijakan affirmative action kuota 30%

BAB II GAMBARAN AKTIVITAS HUMAS KPU PROVINSI JAWA TENGAH DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN SOSIALISASI PILGUB JATENG

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

II. KEDUDUKAN, KEANGGOTAAN, TUGAS DAN KEWAJIBAN PPK, PPS, KPPS DAN PPDP

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB 4 PROFIL ORGANISASI

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA)

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menurut Bugdon dan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian deskriftif kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BAB III METODE PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

-2- Memperhatikan : Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 02 Juli 2012; MEMUTUSKAN:

PERILAKU NON PARTISAN DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

b. bahwa Pasal 135 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain sebagai penelitian yang bertipe deskriptif, dengan

Laporan Kegiatan Perekrutan Badan Ad Hoc

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

BAB III METODE PENELITIAN. yang dipilih, yaitu pendekatan penelitian kualitatif. 45 Untuk mendeskripsikan

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri dari negara demokrasi ialah dengan adanya pemilihan.

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

Jakarta, 12 Juli 2007

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Transkripsi:

i UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU Oleh : ADI KUSUMA NIM : 153.111.044 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2017

ii UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU Skripsi DiajukankepadaUniversitas Islam NegeriMataramuntukmelengkapipersyaratanmencapaigelarSarjanaSosial Islam (S.Sos.I) Oleh : Nama : Adi Kusuma NIM : 153.111.044 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2017

iii

iv

vi

vii Moto : Artinya : (Apakahkamuhai orang musyrik yang lebihberuntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktumalamdengansujuddanberdiri, sedangiatakutkepada (azab) akhiratdanmengharapkanrahmattuhannya? Katakanlah :adakahsama orang-orang yang mengetahuidengan orangorang yang tidakmengetahui? Sesungguhnya orang yang berkallah yang dapatmenerimapelajaran

viii PERSEMBAHAN Skripsi inia kupersembah kan untuk orang-orang yang kucintai dan kusayangi : 1. Ayahku (Sandati. P) danibuku (Jaweriah)tercinta yang telah berjuang dengan tulus demi kesuksessan kan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang bermanfaat. 2. Sepesial buat Kakakku (Bambang Irwansyah, Sri Wahyuni, dan Arya Santri) terimakasi atas dukungan, dan motivasi serta bantuan yang kalian berikan selama ini. 3. Buat teman-temanku (Rizal Ependi, Amirudin, Abdul Muthalib, Irfan Adi Saputra, Ahmad Firdaus, M. Edrian Pahrawi, dan Salsabila Sirtufilaili). 4. Buat adikku yang selalu setia membantu selama proses pembuatan skripsi ini (Ayu Widiasi). 5. Segenap keluargaku yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya 6. Buat teman-teman KPI B 2011 7. Dan untuk almamaterku tercinta UIN Mataram

ix Kata Pengantar Puji syukur peneliti panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas segalal impahan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan Skripsi yang berjudul Upaya KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu ini dapat diselsaikan. Skripsi ini Disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Selsainya penyusunan skripsi ini berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti sampaikan terimakasi setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. H. L.Ahmad Zaenuri Lc. MA, selaku Dosen Pembimbing I, atas segala bimbingan dan motivasi kepada penulis selama penyelsaian Skripsi ini. 2. Bapak Khairy Juanda M.Si selaku Dosen Pembimbing II, atas segala bimbingan dan motivasi kepada penulis selama penyelsaian Skripsi ini. 3. Bapak Najamudin, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Mataram. 4. Bapak Subhan Abdullah Acim, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram 5. Bapak Dr. H. Mutawalli, M. Ag, selaku Rektor UIN Mataram. 6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing selama peneliti melaksanakan studi di UIN Mataram. 7. Semua pihak yang telah membantu, baik moril atau material sehingga Skripsi ini terselsaikan sesuai rencana.

x Semoga Allah SWT memberikan balasan dan limpahan keridhohan-nya. Peneliti menyadari Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membagun Semoga Skripsi ini bermanfaat sebagai mana mestinya. Mataram, November 2016 Peneliti

xi DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN SAMPUL... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii NOTA DINAS... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... v HALAMN PENGESAHAN... vi MOTO... vii PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... ix ABSTRAK... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian... 1 B. Fokus Penelitian... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Ruang Lingkup Penelitian... 7 E. Telaah Fustaka... 8 F. Kerangka Teori... 10 G. Metode Penelitian... 21 H. Validitas... 27 BAB II PAPARAN DATA dan TEMUAN A. Gambaran Umum KPU Provinsi NTB... 30 1. Kelahiran KPU Provinsi NTB... 30 2. Visidan Misi KPU Provinsi NTB... 33 3. Struktur Organisasi KPU Provinsi NTB... 34 B. Sosialisasi KPU Provinsi Dalam Penyelenggaraan pemilu... 36

xii 1. Konsepsi Pemilihan Umum... 36 2. Partisipasi Pemilih... 37 3. Komunikas dan Politik... 43 4. Pengadaan Data distribusi logistik... 45 C. Program Sosialisasi KPU Provinsi Dalam Memaksimalkan Pemilu Tahun 2014... 50 D. Kelemahan dan Kelebihan Sistem Informasi KPU Provinsi... 53 E. Peluang dan Hambatan KPU Provinsid alam Meningkatkan Partisipasi pemilih... 57 BAB III PEMBHASAN A. Upaya KPU Provinsi NTB Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu... 64 B. FaktorPendukung danp enghambat Partisipasi Pemilih... 70 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 79 B. Saran-Saran... 80 DAFTAR FUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

xiii ABSTRAK Upaya KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu Oleh Adi Kusuma Nim : 153 111 044 Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki integritas, provesional, mandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat menyampaikan informasi pemilu kepada masyarakat secaramassal dan sistematis. Fokus penelitian dari skripsi ini adalah bagaimanakah upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu? Bagaimanakah peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan sumber data primer dan skunder teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasilpenelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu adalah melakukan sosialisasi dan komunikasi melalui media cetak maupun media elektronik sehingga terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki integritas, provesional, mandiri, dan akun tabel.

1 BAB I PENDAAHULUAN A. Konteks Penelitian Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Penyelenggara pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dapat terwujut apaabila dilaksanakan oleh penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas, profesionalitas. 1 Penyusunan daftar pemilih dalam pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD diatur dalam dalam BAB VI Undang-Undang Nomor 08 Tahun 2012 tentang pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Penyusunan daftar pemilih untuk pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD tahun 2014 ditetapkan dengan keputusankomisi pemilihan umum no 9 tahun 2013 tentang penyusunan daftar 1 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h. 21

2 pemilih untuk pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Tabel I : Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap dalam pemilhan umum anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 tingkat Provinsi NTB (ditetapkan pada tanggal 20 Oktober 2013) No. Nama Jumlah TPS Jumlah Pemilih Kabupaten/Kota L P L+P 1 Kota Mataram 997 140.946 149.690 290.636 2 Lombok Barat 1,707 233.531 240.583 473.934 3 Lombok Utara 518 79.540 81.428 160.968 4 Lombok Tengah 2,232 350.490 367.017 717.507 5 Lombok Timur 3,077 378.905 435.704 814.609 6 Sumbawa Barat 332 44.635 44.779 89.414 7 Sumbawa 1,158 162.111 167.524 329.635 8 Dompu 577 76.031 78.445 154.476 9 Bima 1069 173.278 179.297 352.575 10 Kota Bima 353 50.140 53.488 103.628 Total 12.020 1.689.427 1.797.955 3.487.382 Sumber: Dokumen Bgian Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU Provinsi.NTB, 2014 Jumlah DPT pemilu DPR, DPD dan DPRD 2014 di Provinsi NTB sebanyak 3.487.382 orang terdiri dari laki-laki 1.689.427 orang dan perempuan 1.797.955 orang yang terbesar di 12.020 TPS.Dibanding dengan jumlah DPSHIP, terjadi penurunan dalam DPT sebanyak 57.493 orang.sama halnya dengan

3 penurunan dari DPS menjadi DPSHIP disebabkan oleh ditemukannya pemilih ganda, meninggal dunia, masuk TNI/POLRI, dan lain-lain. Tabel I : Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap dalam pemilhan umum anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 tingkat Provinsi NTB (ditetapkan pada tanggal 21 Januari 2014) No. Nama Jumlah TPS Jumlah Pemilih Kabupaten/Kota L P L+P 1 Kota Mataram 997 140.038 148.626 288.664 2 Lombok Barat 1,707 231.860 238.963 470.823 3 Lombok Utara 518 79.198 80.916 160.114 4 Lombok Tengah 2,232 394.607 366.040 715.647 5 Lombok Timur 3,077 376.120 433.519 809.639 6 Sumbawa Barat 332 44.314 44.540 88.854 7 Sumbawa 1,158 161.414 166.840 328.254 8 Dompu 577 75.803 78.240 154.043 9 Bima 1069 172.225 178.213 350.438 10 Kota Bima 353 49.290 52.485 101.775 Total 12.020 1.679.869 1.788.382 3.468.251 Sumber: Dokumen Bgian Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU Provinsi.NTB, 2014 Dalam perjalanannya, DPT pemilu tahun 2014 provinsi NTB menurun dari DPT pada bulan desember 2013. KPU Provinsi NTB telah menetapkan Rekapitulasi DPT Pemilu 2014 sebanyak 3.473 565, sementara Rekapitulasi yang

4 di lakukan pada tanggal 21 Januari 2014, jumlah DPT se NTB se banyak 3.468.215 jiwa atau menurun 5.314 jiwa (0,15%). 2 Berdasarkan uraian diatas, pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur praktik politik untuk mengujudkan kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuaah pemerintahan perwakilan, merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi suatu pemerintahan demokrasi dizaman modern. 3 Selain itu pemilu sebagai prosedur demokrasi atau juga sering disebut pemilu sebagai pesta demokrasi adalah untuk membentuk sistem kekuasaan negara yang berkedaulan rakyat permusyarawatan perwakilan yang digariskan oleh konsitusi atau undangundang dasar Negara. Kekuasaan negara yang akhir dengan cara pemilihan umum adalah kekuasaan yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat dan dipergunakan sesuai dengan keinginan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam literatur studi ilmu politik berkaitan dengan pemilu sebagai prosedur demokrasi, setidak-tidaknya terdapat lima fungsi pemilu (upaya mencapai tujuan pemilu) yang tidak bisa dipisahkan satu asma lain, yang juga berhubungan dengan tujuan pemilu itu sendiri. Pertama, fungsi untuk mengatur prosedur seseorang untuk dipilih menjadi anggota badan perwakilan rakyat atau menjadi kepala pemerintahan. 1992), h. 33 2 Ibid h. 87-91 3 Robert A.Dahal, Demokrasi dan Para Pengkritiknya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

5 Kedua, pemilu sebagai mekanisme bagi pergantian atau sirkulasi elit penguasa, keterkaitan pemilu dengan elit didasarkan pada asumsi bahwa elit berasal dari dan bertugas mewakili masyarakat luas. Ketiga, fungsi perwakilan politik, fungsi ini terutama menjadi kebutuhan rakyat baik dalam rangka mengevaluasi maupun mengentrol prilaku pemerintah dan program serta kebijakan yang dihasilkannya. Oleh sebab itu, pemilu dalam kaitan ini merupakan mekanisme demokratis bagi rakyat untuk menentukan wakilwakil yang dapat dipercaya yang akan duduk dalam pemerintahanmaupun lembaga legislatif. Dalam kaitan ini, dua titik perwakilan didalam konsep perwakilan politik (1) perwakilan tipedelegasi atau utusan, yaitu wakil yang memper oleh mandat dari rakyat, sehingga merasa terikat dengan aspirasi dan kepentingan mereka. (2) perwakilan tipe independen, yaitu perwakilan yang tidak terikat oleh aspirasi dan kepentingan rakyat pemilu. 4 Keempat, sebagai sarana legitimasi politik, fungsi ini terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik yang mewadahi format pemilu yang berlaku.melalui pemilu, keabsahan pemerintahan yang berkuasa dapat ditegakkan, begitu pula program kebijakan yang dihasilkannya. Dalam hubungan ini fungsi legitimasi ini merupakan konsekuensi logis yang dimiliki oleh pemilu, yakni untuk mengubah suatu keterlibatan politik massa dari yang bersifat sporadis dan dapat h. 208 4 Sahid Gatara, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan,(Bandung: Pustaka Setia, 2008),

6 membahayakan menjadi suatu sumber utama bagi otoritas dan kekuatan politik nasional Dan kelima, sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat, disini pemilihan umu merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang bersifat langsung, terbuka, dan massal, yang diharapkan bisa mencerdaskan pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi. Dalam konteks Indonesia, perwujudan konsep dan fungsi pemilu demikian secara fundamental diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara 1945, yang antara lain sebagai berikut : 1. mencerdaskan kehidupan bangsa. (pembukaan UUD 1945) 2. maka disusunlah kemerdekaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.(pembukaan UUD 1945) 3. kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis permusyawaratan rakyat. (pasal 1 ayat (2) UUD 1945). 4. Kedaulatan rakyat dipegan oleh suatu badan bernama majelis permusyawaratan rakyat, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. (penjelasan UUD 1945).

7 B. Fokus Penelitian Untuk memfokuskan dalam mengkaji penelitian ini secara lebih sistematis maka peneliti akan membatasi masalah tentang upaya KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu maka berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, dapat peneliti rumuskan mengenai masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota Mataram? 2. Bagaimanakah Peluang dan penghambat KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota Mataram? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui upaya KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota Mataram. 2. Untuk mengetahui peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu tahun 2014 di KPU Kota Mataram D. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari penbahasan yang keluar dari fokus penelitian maka cakupan dan batasan dalam penelitian ini agar tidak terlalu luas dan lebih terarah maka ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan dititik beratkan pada upaya KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu, beserta

8 peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu tahun 2014 di KPU Provinsi Mataram. Dalam penelitian ini, untuk menghindari perbedaan persepsi perlu diberikan ruang lingkup dan batas penelitian ini yaitu : 1. Objek penelitian : peluang dan hambatan KPU Provinsi NTB 2. Subjek penelitian : KPU Provinsi Mataram yang bertempat di jl. Langko No. 17 mataram 3. Lokasi penelitian :bertempat di KPU Provinsi Mataram. E. Telaah Pustaka Sebagai bahan telaah pustaka pada penelitian ini ada beberapa penelitian sejenis yang peneliti temukan dan miliki kesamaan sekaligus perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Beberapa refrensi yang ada diantaranya : 1. Skripsi M. Roji Kurrahman yang berjudul Konflik Sosial Pasca Pemilu Legislatif 2014 (Study Kasus Desa Wakan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur).Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa bentuk-bentuk konflik sosial pemilu legislatif di Desa Wakan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur dipengaruhi oleh beberapa bentuk antara lain: konflik yang berupa fisik, konflik yang berupa non fisik, pertikaian antara aparat kepolisian dengan masyarakat. 5 2015 5 M. Roji Kurrahman, Konflik Sosial Pasca Pemilu Legislatif 2014, (Skripsi M. IAIN Mataram),

9 2. Skripsi Saepudi Azhar yang berjudul Strategi Komunikasi Dewan Pimpinan Daerah Partai Amanat Nasional Lombok Barat Dalam Pemenangan Pemilu 2014. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa pada pemilu 2014 yang dulu DPD PAN Lombok Barat sebagai pemimpin yang mengontrol untuk mencapai target kemenangan menggunakan beberapa strategi untuk memenangkan pemilu2014 melalui sosialisasi politik, sosialisasi dilaksanakan dengan membentuk BAPILLU dan melakukan kosolidasi dengan pengurus tingkat DPC agar kepengurusan di tingkat DPC bekerja, dan sosialisasi berjalan dengan efaktif. 6 3. Skripsi Baiq Ratna Manis yang berjudul Calon Legislatif Perempuan dalam persfektif Tokoh Adat Kecamatan Pujut Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa keterlibatan perempuan daalam proses pencalonan anggota legislatif pada pemilihan umum (pemilu) legislatif daerah pemilihan 3 (dapil) sudah mencapai kuota 30 porsen. Masingmasing dari daerah partai melibatkan tiga calon perempuan dari 12 partai yaang ada. Dari18 calon legislatif perempuan kecamatan pucut yangikutmencalonkan diri, tidak ada satupun yang lolos. Beberapa caleg perempuan kecamatan pujut ikut mencalonkan diri sebagai caleg bukan karena keinginannya sendiri namun keterlibatannya hanya untuk melengkapi daftar calon perempuan di partai agar lulus dalam verifikasi pendaftaran pada proses pemilihan umum (pemilu) 6 Saepudin Azhar, Strategi Komunikasi Dewan Pimpinan Daerah Partai Amanat Nasional Lombok Barat Dalam Pemenangan Pemilu 2014,, (Skripsi M. IAIN Mataram), 2015

10 legislatif 2014. Proses keterlibatan caleg perempuan kecamatan pujut dalam konsentrasi pemilu legislatif 2014 masi belum memenuhi 3 modal dasar kanidat yaitu modal politik, modal ekonomi, dan modal sosial. 7 Dari ketiga telaah fustaka diatas berbeda dengan penelitian yang akan dibahas dengan peneliti ini yang lebih fokus pada upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu. F. Kerangka Teori 1. Teori Partisipasi politik Teori politik sebagai produk terpenting dari konsep-konsep politik yang merupakan salah satu bidang kajian ilmu politik, teori itu sendiri merupakan penjelmaan dari hubungan dua atau lebih konsep-konsep.teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena, dalam menyusun generalisai itu teori senan tiasa memakai konsep-konsep, sedangkan konsep itu lahir dalam pikiran manusia sehingga bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai sebagai batu loncatan. 8 Denagan pemahaman seperti itu, dapatlah dikatakan bahwa setiap teori adalah konsep, tetapi tidak setiap konsep adalah teori.dari titik inilah alasan terkuat mengapa teori politik menjadi bagian dari pembahasan konsep-konsep politik.toeri politik adalah bahasan dan 7 Baiq Ratna Manis, Calon Legislatif Perempuan dalam persfektif Tokoh Adat Kecamatan Pujut Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014, (Skripsi M. IAIN Mataram), 2015 8 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, op cit, h.30

11 generalisasi dari penomena yang bersifat politik. Dengan perkataan lain, teori politik ialah bahasan dan renungan, Teori-teori politik kelompok pertama mempunyai fungsi menentukan pedoman dan patokan yang bersifat moral dan yang sesuai dengan normanorma moral. Semua fenomena politik ditafsirkan rangka tujuan dan pedomal moral. Dianggap bahwa dalam kehidupan politik yang sehat diperlukan pedoman dan patokan ini, teori-teori semacam ini mencoba mengatur hubungan antara anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga disatu pihak memberi kepuasan perseorangan, dan di pihak lain dapat membimbingnya menuju suatu struktur masyarakt politik yang stabil dan dinamis. 9 adanya kegiatan atau keikutsertaan warga negara dalam proses pemerintahan. Kemudian kegiatan tersebut diarahkan untuk memengaruhi jalannya pemerintahan. Sehingga dengan adanya partisipasi politik tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Menurut Ramlan Surbakti partisipasi politik terbagi menjadi dua yaitu partisipasi aktif dan pasrtisipasi pasif.partisipasi aktif adalah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintah.sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi h. 103-104 9 Sahid Gatara, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan,(Bandung: Pustaka Setia, 2008),

12 pasif berupa kegiatan-kegiatan yang menaati pemerintah, menerima, dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.9 Sementara itu, Milbart dan Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori.pertama, apatis. Artinya, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik. Kedua, spectator.artinya, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilihan umum.ketiga, gladiator. Artinya mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik, yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye, dan aktivis masyarakat. 10 Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik.secara umum dalam masyarakat tradisional yang sifat kepemimpinan politiknya lebih ditentukan oleh segolongan elit penguasa, keterlibatan warga negara dalam ikut serta memengaruhi pengambilan keputusan, dan memengaruhi kehidupan bangsa relatif sangat kecil.warga negara yang hanya terdiri dari masyarakat sederhana cenderung kurang diperhitungkan dalam proses-proses politik.dalam hubungannya dengan demokrasi, partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat terhadap jalannya suatu pemerintahan.dalam suatu Pemilu misalnya partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat kepada pasangan calon yang terpilih.setiap masyarakat memiliki preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan mereka hlm. 367 10 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),

13 dalam pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang terpilih dalam suatu Pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai pemilih. Tidak hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dapat dipandang sebagai kontrol masyarakat terhadap suatu pemerintahan.kontrol yang diberikan beragam tergantung dengan tingkat partisipasi politik masingmasing.selain sebagai inti dari demokrasi, partisipasi politik juga berkaitan erat dengan pemenuhan hak-hak politik warga negara.wujud dari pemenuhan hakhak politik adalah adanya kebebasan bagi setiap warga untuk menyatakan pendapat dan berkumpul. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 28: kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. 2. Teori Rasional Salah satu tokoh yang konsen terhadap teori pilihan rasional adalah James. S. Coleman. Teori pililan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan.coleman selajutnya menyinggung masalah adanya aktor yang memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.ada dua unsur utama dalam teori Coleman.Yakni aktor dan sumber daya.sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman mejelaskan interaksi antara aktor dan sumber daya secara rinci menuju ke tingkat sistem sosial:basis minimal untuk sistem sosial tindakan adalah dua

14 orang aktor, masing-masing mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian pihak yang lain. Perhatian satu orang terhadap sumber daya yang dikendalikan orang lain itulh yang menyebabkan keduanya terlibat dalam tindakan saling membutuhkan. Terlibat dalam sistem tindakan, selaku aktor yang mempunyai tujuan, masing-masing bertujuan untuk memaksimakan perwujudan kepentingan yang memberikan ciri saling tergantung atau ciri sistemik terhadap tindakan mereka. 11 Dalam pemilihan umum menurut Downs orang memilih calon atau partai apabila calon atau partai tersebut dipandang dapat membantu pemilih memenuhi kepentingan dasarnya yakni kehidupan ekonomi. Cukup dengan mempersepsikan keadaan ekonomi dirinya (egosentrik) dibawah sebuah pemerintahan (partai atau calon) tertantu sekarang ini dibanding sebelumnya (retrospektif), dan yang akan datang dibanding sekarang (retroospektif), dan yang akan datang dibanding sekarang (prospektif); dan evaluasi umum seorang pemilih atas keadaan ekonomi nasional (sosiotropik) dibawah pemerintahan sekarang dibanding tahun sebelumnya (retospektif), dan keadaan ekonomi nasional dibawah pemerintahan sekarang dibanding tahuntahun yang akan datang (prospektif).memahami permasalahan partisipasi politik dengan melihatnya dari pandangan teori pilihan rasional.maka peneliti merasa perlu untuk menambahkan pula teori pilihan rasional Friedmen dan Hechter. Teori ini akan hlm. 39 11 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencan,2009).

15 melengkapi teori sebelumnya dengan menjelaskan adanya pengaruh lembaga sosial dalam pilihan rasional. Friedmen dan Hechter dalam teori yang disebutnya model kerangka teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan tindakanya tertuju pada upaya mencapai tujuan itu Masyarakat dan para calon kepala daerah sama-sama memiliki kepentingan terhadap sumber daya yakni uang dan jabatan politik keduanya sehingga dapat saling memengaruhi.calon kepala daearah memberikan penawaran yang memberikan keuntungan kepada masyarakat. Disisi lain masyarakat memberikan penawaran berupa dukungan suara untuk memenangkan pasangan calon. Masyarakat dan calon kepala daerah akhirnya terlibat sebuah hubungan untuk memenuhi kepentingannya masingmasing.sehingga praktik politik uangpun tidak dapat terhindarkan.hak pilih menjadi sesuatu yang bisa ditukar dengan rupiah. Dengan adanya transaksi tersebut maka kedua aktor ini akan sama-sama mendapatkan sumber daya yang mereka inginkan. Dimana pemilih dalam hal ini akan mendapatkan uang sedangkan calon kepala daerah akan mendapatkan jabatan politik yakni berupa kemenangan dalam Pemilukada. 3. Teori partisipasi pemilih Sosialisasi dan pendidikan politik yang dberikan oleh lembaga sosial dalam meningkatkan partisiapsi politik ternyata tidak lantas mampu mendorong masyarakat untuk berpartispasi politik secara maksimal. Sehingga dalam hal ini

16 peneliti melihat dari sisi lain mengenai pengaruh rasionalitas pemilih dalam partisipasi politik. Terlepas dari pemahaman manusia sebagai makhluk sosial, pada dasarnya manusia merupakan makhluk individu.makhluk invidiu memiliki tingkat rasionalitas yang sangat tinggi.sifat dasar dari makhluk rasional adalah kalkulasi untung rugi yang menjadi dasar setiap tindakanya. Hampir semua manusia akan berusaha mendapatkan barang yang dia ingikan dengan ongkos seminimal mungkin. 12 Barang dalam hal ini memiliki pengertian yang sangat luas.tidak hanya barang yang berwujud namun juga barang yang tidak berwujud seperti misalnya sebuah kebijakan atau perjanjian.sedangkan ongkos dalam hal ini tidak selalu berhubungan dengan uang, namun juga termasuk waktu dan tenaga. Hubungannya dengan Pemilu, rasionalitas masyarakat muncul ketika mereka berfikir keuntungan apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka menggunakan hak pilihnya. Padahal disisi lain mereka sudah jelas mengeluarkan ongkos dalam Pemilu. Ongkos dalam hal ini sudah pasti tenaga dan waktu, bahkan bisa jadi uang.misalnya untuk transportasi menuju TPS.Masyarakat mulai berfikir apakah barang yang mereka dapatkan nantinya sebanding dengan ongkos yang mereka keluarkan.hasil Pemilu merupakan sebuah barang ketika hasil tersebut telah berubah menjadi sebuah keputusan yang telah ditetapkan oleh KPU.Namun dalam hal ini apakah barang hasil 12 Saiful Mujani, op.,cit, h.306

17 Pemilu tersebut telah memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Bagi masyarakat keuntungan hanya didapat oleh calon yang terpilih, sedangkan dampak langsung bagi mereka tidak mereka dapatkan.dalam Pemilukada Kabupaten Magetan Tahun 2013 menunjukkan fakta adanya peningkatan partisipasi politik sebesar 4%. Peningkatan tersebut namun tidak lantas menjadi kabar bahagia bagi pemerintah khususnya atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan partisipasi politik.karena pada kenyataanya saat ini sangat marak berkembang fenomena politik uang atau lebih dikenal dengan istilah money politic dalam Pemilu. adanya keterkaitan antara aktor dan sumber daya dalam hubungannya dengan politik uang dalam Pemilukada. Rasionalitas masyarakat ternyata telah memberikan pengaruh pada mereka untuk menentukan apakah mereka ikut memilih atau tidak.uang dianggap sebagai sebuah keuntungan yang seharusnya mereka dapatkan ketika mereka sudah berkorban waktu dan tenaga untuk menggunakan hak pilihnya ke TPS.Disisi calon kepala daerah, jabatan politik menjadi sesuatu yang dianggap memberikan keuntungan besar bagi mereka sehingga mereka juga bersedia mengeluarkan ongkos atau biaya untuk bisa mendapatkannya. Namun, teori pilihan rasional Coleman belum bisa memberikan penjelasan mengenai pertimbangan apa yang difikirkan masyarakat sehingga sumber daya begitu penting bagi mereka. Oleh karena itu, permasalahan politik uang tersebut kemudian juga bisa dilihat dari pandangan

18 teori pilihan rasional Antony Downs guna memahami lebih dalam mengenai masalah politik uang itu sendiri. 4. Komunikasi dalam pemilu Kita memahmi bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui chanel tertentu untuk menimbulkan efek tertentu.maka kelima unsur komunikasi (pesan, komunikator, komunikan, dan efek) diperhatikan dengan baik dan seksama a) Pesan, komunikasi politik dilakukan sebenarnya agar pesan yang akan dihantarkan dengan baik kepada tujuan yang tepat, dan dalam perhelatan sebesar pemilu yang bersifat inklusif, maka pesan tersebut harus mengandung kepentingan publik atau masyarakat yang luas, miskipun tetap harus memiliki ciri kekhusussanya. b) Komunikator, komunikator politik mestilah orang atau kelompok yangmemang dipersiapkan sebagai pihak menyapai pesan, artinya segala keterbukaan orang lain dalam menerima pesan yang disampaikannya harus benar-benar sudah dipersiapkan dalam diri orang atau kelompok tersebut. c) Komunikan adalah sasaran yang akan menerima pesan.pesan politik, krakter komunikan dan segala situasi kondisi juga konteks yang melikupinya baiknya dipahami untuk suksesnya proses komunikasi politik yang berlangsung pada umumnya, komunikasi politik yang terjadi dalam pemilu tidak luput dari beberapa aspek seperti nilai-nilai ekonomi, filsafat, pendidikan, idiologi, sejarah, budaya dan lainnya.

19 d) Chanel, pilihan chanel yang menjadi saluran penyampaian pesan adalah suatu yang penting karena kesalahan dalam memilih chanel bisa juga bearti kesalhandalam proses komunikasi politik. Saluran dalam komunikasi cukup banyak jenisnya seperti sekolah, media masa, institusi tertentu dan lain sebagainya. e) Efek yang diharapkan adalah tujuan dari komunikasi politik. Efek yang sampai pada konatif atau menggerakan komunikan biasanya menjadi tujuan akhir dari setiap kampanye politik yang dilancarkan. Maka untuk bisa sampai ke tahap ini setiap komunikasipolitik harus memperhatikan kelima unsur komunikasi yang ada. Pemilu sebagai gambaran ideal dalam pengisian atau seleksi pemimpin politik sudah diterimaoleh masyarakat umum, penerima ini didasari dua pertimbangan nasional.pertam, pemilu adalah saarana pelaksanaankedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia dan adil.kedua, pemilu merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Dua alasan tersebut mengisyaratkan bahwa melalui pemilu maka pemerintahan yang demokratis dan legimited akan dihasilkan, implikasi dari

20 pemahaman ini terangkum dalam pemahaman fungsi pemilu. Hasil investigasi penulis menyebutkan sejumlah pungsi pemilu. 13 1. Pemilu berfunsi sebagai sarana legitimasipolitik, fungsi legitimasi ini terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik yang mewadahi format pemilu yang berlaku 2. Pemilu berfungsi menyediakan perwakilan politik, fungsi ini terutama menjadi kontrol kebutuhan rakyat, baik dalam rangka mengaevaluasi maupun mengentrol prilaku pemerintah dalam program serta kebijakan yang dihasilkannya 3. Pemilu sebagai mekanisme bagi penggantian atau sirkulasi elit penguasa, salah satu yang membedakan sistem demokrasi dengan sistem monarki terletak pada tingkat sirkulasi elit penguasa, sistem onarki ditandai oleh tiadanya sirkulasi elit penguasa akibat sistem pengisian jabatan politik melalui garis keturunan, sedangkan dalam sistem demokrasi sirkulasi elit penguasa cukup tinggi karena menempatkan rakyat dalam proses pengisian jabatan politik. 4. Pemilu berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat, pemilihan umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang bersikap langsung, terbuka, dan bebas, yang diharapkan bisa mencerdaskan 13 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.5

21 pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran asyarakat mengenai demokrasi. 14 5. Pemilu berfungsi menentukan pemerintah secara langsung maupun tidak laangsung 6. Pemilu sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dengan pemerintah 7. Pemilu sebagai barometer dukungan rakyat terhadap penguasa 8. Pemilu berfungsi menjadi sarana rekrutmen politik 9. Pemilu sebagai alat untuk mempertajam kepekaan pemerintah terhadap tuntutan rakyat Sembilan fungsi pemilu sebagai mana dipaparkan diatas masi terbuka peluang untuk bertambah.penambahan fungsi pemilu merupakan indikator bahwa kajian kepemiluan senantiasa meminta perhatian para peminat dan ilmuan politik.itu artinya peluan untuk mendalami pemilu dan sistem kepemiluan masi terbuka lebar untuk dibedah secara kritis dan komprehensif. 15 G. Metode Penelitian 14 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.5 15 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.6

22 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, lawanya adalah eksprimen dimana peneliti menjadi juru kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara train gulasi (gabungan), analisis data yang bersifat induktif, dan hasil penelitian menekankan makna dari pada generalisasi. 2. Unit Analisis Untuk unit analisis dalam penelitian ini adalah obyek dan sekaligus subyek penelitian atau kesatuan unit yang akan diteliti. Obyek penelitian ini adalah KPU Provinsi dan subyek penelitian yaitu keseluruhan komponen yang terdapat dalam pelaksanaan pemilu tahun 2014, lokasi penelitian terdapatndi KPU Provinsi Mataram. Selanjutnya untuk menentukan informan dipakai teknik purposive sampling yaitu sampel dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukan dalam sampel dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian. Maka dalam penelitian ini jumlah informan sebanyak 12 orang yang terdiri dari : a. Ketua KPU : 1 orang b. Anggota KPU : 1 orang c. Masyarakat : 10 kelurahan 3. Sumber Data

23 Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah responden atau orang-orang yang merespon dan menjawab pertanyaanpertanyaan peneliti baik secara tertulis maupun lisan.atau bisa juga disebut subyek dari mana data-data diperoleh.peneliti membutuhkan sumber data primerbdan data skunder. a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti. 16 1) Orang yang memahami dan menguasai permasalahan tentang Upaya KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu diantaranya: ketua KPU Provinsi NTB, Anggota KPU Provinsi NTB, dan perwakilan dari masyarakat yang memilih. 2) Orang-orang yang sedang terlibat langsung dalam upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu diantaranya: tokoh masyarakat, tokoh pemuda. b. Data Skunder Data skunder adalah merupakan data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. 4. Tehnik Pengumpulan data 16 Rianto Adi, Metodelogi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Graint,2004) h.15

24 Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relavan dan akurat. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini teknik yang dilakukan adalah : a. Observasi Bertitik tolak pada penjelasan diatas, maka kita bisa mengatakan bahwa pemilu merupakan sebuah keharusan yang harus dilaksanakan oleh sebuah pemerintahan yang mengaku dirinya demokratis.salah satu fungsi pemilu adalah menjamin terjadinya sirkulasi elit dalam tugu lembaga pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif.sirkulasi elit harus dijalankan dalam rangka mencegah terjadinya akumulasikekuasaan di tangan sekelompok orang, supaya terjadi regenerasi dalam kepemimpinan nasional. b. Interview Dalam rangka pengelolaan data dan informasi pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi Tahun 2014, sangat dibutuhkan dukungan sistem informasi yang memadai, agar data-data pemilu dapat diolah dan disajikan dengan cepat dan akurat. Kecepatan dan keakuratan pengolahan dan penyajian data akan dapat menunjang pengambilan keputusan secara cepatbdan cermat. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tahapan-tahapan pemilu 2014, KPU Provinsi mengembangkan dan mengimplementasikan beberapa aplikasi teknologi informasi, antara lain :

25 1) Revitasi LAN (Local Area Network) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota 2) Pengembangan WAN (Wide Ara Network) pemilu 2014 untuk pengeloloan data dan informasi 3) Pengembangan aplikasi sisteminformasikpu antara lain untuk membuka akses publik terhadap pemilu dan membangun transparansi seluruh tahapan pemilu, KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat. 17 c. Dokumentasi Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh dari KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat, upaya, peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu. d. Teknis Analisis Data Analisis yang dilakukan adalah analisis terhadap bahasa dan simbol yang dilihat peneliti selama dilapangan. Analisis terhadap hasil wawancara, analisis terhadap gejala selama peneliti berpartisipasi dengan masyarakat, dan analisis berbagai tanggapan orang- yang diwawancarai. Dengan dilakukan analisis selama dilapangan peneliti akan memperoleh jawaban langsung yang jawabanya dipandang sudah relavan, memuaskan, dan cukupnatau sebaliknya sehingga peneliti 17 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.66-67

26 dapat terus menggali informasi masih dibutuhkan sebagai bahan analisnya. Kemudian dilakukan editing, data dikelompokkan dalam unitkecil dan merangkum kembali dalam kategori-kategori tertentu unitunit tersebut berupa kata, kalimat atau paragraf atau bagian dari data yang mempunyai makna sendiri. Analis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara. Catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami. 1) Data reduction (Reduksi Data) Reduksi data bearti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.dengan demikian data yang telah direduksi dan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.pada tahap ini peneliti melakukan reduksi data dengan menggabungkan data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokmentasi yang selanjutnya di

27 kategorikan serta membuang data yang tidak perlu. Hasil reduksi data pada penelitian ini akan diubah menjadi bentuk tulisan. 2) Data Display (Penyajian Data) Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang disajiakan harus sederhana jelas agar mudah dibaca, penyajian data juga dimaksudkan agar para pengamat dapat dengan mudah memahami apa yang kita sajikan untuk selanjutnya dilakukan penelian atau perbandingan dan lain-lain. H. Validitas Data Validitas data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat diperolehkan oleh peneliti.dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang diperolehkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. 18 Teknik uji validitas data dapat dilakukan dengan jalan memperpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif. h.267 18 Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RdB, (Bandung: Alfabeta, 2009),

28 Dari enam teknik tersebut diatas, peneliti hanya menggunakan dua cara dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Perpanjang Pengamatan Dengan perpanjang pengamatan bearti peneliti kembali ke lapangan, wawan cara lagi dengan nara sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. 19 Pada tahap awal peneliti memasukimlapangan peneliti masi dianggap orang asing masi dicurigai.sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang diberikan selama ini suda merupakan data yang benar atautidak. 2. Triangulasi Triangulasi adalah pengecekan data dengan cara pengecekan atau pemeriksaan ulang. Dalam bahasa sehari-hari triangulasi sama dengan cek dan ricek. Tekniknya pemeriksaan kembali dta dengan tiga cara yaitu : 1) triangulasi sumber. 2) metode dan 3) teknik triangulasi teknik pengumpulan data berdasarkan waktu. Triangulasi sumber mengharuskan peneliti mencari lebih dari satu sumber untuk memahami data atau informasi. Jadi peneliti mencari sumber data yang berbeda untuk menanyakan pertanyaan yang sama. Apakah dari semua sumber 19 Ibid, h.270

29 tersebut peneliti mendapatkan data yang sama, sehingga data yang didapatkan valid. Triangulasi metode adalah menggunakan lebuh dari satu metode untuk melakukan cek dan ricek.yang digunakan peneliti adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi dengan menggunakan metode tersebut peneliti akan mencari data terkait dengan upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu.triangulasi teknik pengumpulan data berdasarkan waktu yang dilakukan dengan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. 20 BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN h,233-234 20 Iskandar, Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Ciputat Mega Mall, 2015),

30 A. Gambaran Umum KPU Provinsi NTB 1. Kelahiran KPU Provinsi NTB KPU Provinsi NTB dibentuk ketika penyelenggaraan pemilu 2004, sebelumnya pemilu 1999, penyelenggara pemilu di Nusa Tenggara Barat adalah Panitia Pemilihan Daerah (PPD).menghadapi agenda pemilu 2004 dibentuklah lembaga komisi pemilihan umum (KPU). Yang masi bernama perwakilan KPU Provinsi NTB.Pembentukan Provinsi NTB melibatkan panitia seleksi yang berasal dari unsur pemerintah, tokoh masyarakat, akademisi, wartawan dan LSM.Ketika seleksi penerimaan anggota KPU Provinsi NTB dibuka pada tahun 2003, antusius pelamar untuk menjadi anggota begitu banyak.pelamar itu datang dari berbagai elemen masyarakat.seleksi dilakukan panitia mulai dari administrasi, tes tertulis sampai dengan tes wawancara.setelah seleksi administrasi sebanyak 40 orang lolos dan mengikuti tes selanjutnya tes berikut menyisakan 20 besar. 21 Peserta seleksi selain dari berbagai latar belakang pekerjaan juga pendidikan.kebanyakan yang mendaftar berlatar belakang sarjana samapai doktor. Tim penyeleksi menguji secara maraton dan didapat 10 nama calon KPU Provinsi NTB disodorkan ketingkat pusat, KPU Provinsi NTB kemudian melakukan fit and proper tes untuk menentukan lima anggota KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat. 21 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h. 25

31 Setelah dilakukan fit proper tes oleh KPU RI diputuskan 5 orang Anggota KPU Provinsi NTB, yaitu : 1. TGH. Mahally Fikry (Tokoh Agama) 2. Zainul Aldi, SP, (LSM) 3. Mahsan, SH, MH, (Pengacara) 4. Lalu Ahmad Yani, S.Km,M.Kes, (PNS) 5. Fauzan Khalid, S.Ag,M.Si, (Akademisi) Setelah terpilih kelima Anggota KPU Provinsi NTB melakukan rapat pleno untuk memilih ketua KPU Provinsi NTB masa bakti 2003-2008.Dari hasil rapat pleno ditunjukanlah TGH. Mahally Fikry menjadi ketua KPU Provinsi NTB pertama masa bakti lima tahun kedepan. Untuk gedung kantor, KPU Provinsi NTB yang anggotanya non partisan ini sempat menumpang dikantor Sekretariat Gubernur NTB selama 2 tahun, gedung tersebut mengalami renovasi pada tahun 2005 sehingga KPU Provinsi NTB harus pindah ketempat lain. 22 Pemerintah Provinsi NTB memberikan pinjam pakai Gedung eks PHI di Jalan Langko No 17 Mataram yang ditempati sampai sekarang sebelumnya ditempati oleh Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 22 Ibid, h. 26

32 KPU Provinsi NTB sukses mengelar pemilu 2004 untuk memilih anggota DPR RI, DPD, DPRD Provinsi NTB, DPRD Kabupaten/Kota, serta pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Untuk pemilu DPRD Provinsi NTB, KPU Provinsi NTB membagi 6 Daerah untuk memilih 55 anggota dprd.kpu Provinsi NTB memetahkan Daerah Pemilihan NTB yang terdiri dari 26 kecamatan. 23 Pemetaan dilakukan selain dengan jumlah penduduknya, KPU Provinsi NTB membagi 6 (enam) Daerah pemilihan yang terdiri dari daerah pemilihan : 1. NTB-I meliputi Kota Mataram, 2. NTB-II meliputi Kabupaten Lombok Barat, 3. NTB-III meliputi Kabupaten Lombok Tengah, 4. NTB-IV meliputi Kabupaten Lombok Timur 5. NTB-V meliputi Kabupaten Sumbawa dan 6. NTB-VI meliputi Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima. KPU Provinsi NTB juga sukses mengelar pemilihan umum presiden dan wakil presiden dalam dua putaran.agenda yang padat pemilu 2004 itu berhasil dijalankan KPU Provinsi NTB.Setelah mengelar pemilu 2004, KPU Provinsi NTB juga memiliki agenda besar yakni melakukan pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur secara langsung untuk pertama kalinya pada 23 Ibid, h. 27

33 tahun 2008.Masa bakti KPU Provinsi NTB yang berakhir harus diperpanjang enam bulan untuk menuntaskan pilkada gabungan tahun 2008. 2. Gambaran Visi Misidan KPU Provinsi NTB KPU Provinsi NTB memiliki visi dan misi sesuai apa yang telah ditetapkan oleh KPU RI. Karena visi dan misi KPU Provinsi NTB merujuk pada restra KPU RI yang telah menjadi rujukan KPU seluh Indonesia.Walaupun KPU Provinsi maupun KPU Kabupaten/Kota memiliki visi dan misi masing-masing tidak terlepas dari visi dan misi KPU RI. Adapun visi KPU adalah terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki integritas, provesional, mandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan pancasila dan UUD1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, 24 Sedangkan misi KPU terdiri dari 5 (lima) misi antara lain a. Membangun lembaga penyelenggara pemilihan umum yang memiliki kompetensi, kredebilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan pemilihan umum b. Menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih Anggota DPR, DPD,DPRD, Presiden dan Wkil Presiden, serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, beas, rahasia, jujur, adil, akuntable, edukatif dan beradad 24 Ibid, h.28

34 c. Mengikatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang bersih, efisien dan efektif d. Melayani dan melakukan setiap peserta pemilihan umum secara adil dan setara, serta menengakkan peraturan pemilihan umum secara konsisten sesuai dengan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis. 3. Struktur Organisai dan Tta Kerja KPU Provinsi NTB Struktur organisasi yang ada di KPU Provinsi NTB merujuk pada peraturan KPU No 22 Tahun 2008 tentang perubahan peraturan KPU No 6 Tahun 2006 tentang susunan organisasi dan tata kerja sekretariat Jendral Komisi Pemilihan Umum. Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota. Struktur organisasi di KPU Provinsi NTB berdasarkan peraturan KPU dipimpin oleh seorang Sekretaris dengan golongan Eselon Iia, dibawahnya terdapat Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian yang masing-masing menduduki Eselon III. A dan IV.a.kepala bagian terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu :

35 1. Kepala keungan, Umum dan Logistik membawahi 2 (dua) kepala sub bagian yaitu : a. Sub bagian keuangan dan b. Sub bagian umum dan logistik 2. Kepala bagian hukum, teknis dan humas membawahi 2 (dua) kepala sub bagian yaitu : a. Sub bagian hukum dan b. Sub bagian teknis dan humas 3. Kepala bagian program, data organisasi dan SDM membawahi 2 (dua) kepala sub bagian yaitu : a. Sub bagian program dan data dan b. Sub bagian SDM 25 Gambar I : STRUKTUR ORGANISASI KOMISI PEMILIHAN UMUM NUSA TENGGARA BARAT PRIODE 2014-2019 Lalu Aksar Ansori, SP Ketu Suhardi Soud, SE Divisi teknis penyelenggara dan data pemilu Yan Marli SPD.M.MPd Divisi sosialisasi pendidikan pemilih dan SDM Hesty Rahayu, ST. MM Divisi perencanaan organisasi keuangan dan logistik H.Ilyas Sabrini, SH.MH Divisi hukum dan pengawasan Sumber : Dukumen bagian teknis dan humas 25 Ibid, h.29-30

36 Gambar II : STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI NTB Mars.Ansori Wijaya, S.IP.MM sekretaris I Made Merta Arta, SH.MH Kabag. Program, data organisasi dan SDM Baiq Nelly Yuniarti, AP, M.Si Kabag keuangan umum logistik H.Suhaili,SH.MH Kabag, hukum, teknis dan humas Armiani Basri,S.Sos Kesubag program dan data Kia Agus Novian Prisadi, ST Kesubag SDM Nining Wahyuni,SE Kesubag keuangan Ridwan, S.Adm Kesubag umum dan logistik Baiq Agustina Tresna Dewi, SH Kesubag hukum M.Zaenudin, S.Sos.MM Kesubag teknis dan humas Sumber Dokumen : Dokumen bagian teknis dan humas B. Sosialisasi KPU Provinsi NTB DALAM Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu 1. Konsepsi Pemilihan Umum Banyak pengamat membandingkan pemilu 1999 dengan pemilu Indonesia yang pertama pada 1955, meskipun terpisah 44 tahun pemilu terkini tersebut secara luas diyakini memilik banyak kesamaan dengan pemilu pertama apabila dibandingkan dengan enam pemilu yang berlangsung pada masa pseudo demokrasinya Soeharto. Kelaziman dapat berhubungan dengan persamaan-persamaan, kita dapat mengambarkanpersamaan-persamaan yang