BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2006



dokumen-dokumen yang mirip
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2005

Kondisi Perekonomian Indonesia

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

Analisis Perkembangan Industri

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2002 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2002

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

Analisis Perkembangan Industri

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Analisis Perkembangan Industri

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

ii Triwulan I 2012

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

Edisi 55 Desember 2014

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

BERITA RESMI STATISTIK

1. Tinjauan Umum

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

Edisi 78 November 2016

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BERITA RESMI STATISTIK

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

Perkembangan Sektor Industri di Awal 2008 Oleh: Didik Kurniawan Hadi*

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004

H E A D L I N E S HEADLINES

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Edisi 80 Januari 2017

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

Transkripsi:

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 26 Kondisi ekonomi makro pada tahun 26 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, memasuki tahun 26, stabilitas moneter di dalam negeri membaik tercermin dari stabilnya nilai tukar rupiah, menurunnya laju inflasi dan suku bunga, serta meningkatnya cadangan devisa. Kedua, membaiknya stabilitas ekonomi dengan didukung oleh permintaan eksternal yang kuat mendorong kembali pertumbuhan ekonomi yang melambat hingga triwulan I/26. Stabilitas ekonomi yang membaik juga mendorong kinerja pasar modal di Indonesia. Ketiga, upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi dan sekaligus momentum pertumbuhan ekonomi perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan mengurangi jumlah penduduk miskin. A. PEREKONOMIAN DUNIA Dalam tahun 26, perekonomian dunia tumbuh 5,3 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 25 didorong oleh pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang yang lebih baik. Pada triwulan I dan II/26, perekonomian AS tumbuh 3,7 persen dan 3,6 persen (yo-y). Dalam triwulan III/26, pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 3, persen (y-o-y) dengan melemahnya sektor perumahan. Pada triwulan IV/26, ekonomi AS tumbuh 3,4 persen (y-o-y) dan dalam keseluruhan tahun 26, perekonomian AS tumbuh 3,4 persen, lebih tinggi dari tahun 25 (3,2 persen). Meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan melemahkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia lainnya. Dalam bulan November 26, nilai tukar dolar AS melemah 1,2 persen terhadap yen Jepang dan 3,8 persen terhadap euro. Dolar AS juga melemah terhadap mata uang Asia seperti bath Thailand, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan peso Filipina berturut-turut sebesar 2,3 persen, 1,6 persen, 1, persen, dan,6 persen. Dalam tahun 26, perekonomian Eropah tumbuh lebih tinggi; sedangkan Jepang melambat. Dalam tahun 26, perekonomian Jepang, Jerman, Inggris, dan Perancis masing-masing tumbuh 2,1 persen, 2,6 persen, 2,7 persen, dan 2,1 persen. Dalam keseluruhan tahun 26, perekonomian masyarakat Eropah tumbuh 2,6 persen; lebih tinggi dari tahun 25 (1,4 persen). Perekonomian Asia tahun 26 tetap tumbuh tinggi terutama digerakkan oleh China, India, dan negara-negara emerging market lainnya. Dalam tahun 26, ekonomi China dan India tumbuh 1,5 persen dan 8,4 persen. Perekonomian Asia tetap merupakan kawasan dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi yaitu sekitar 9,3 persen dalam keseluruhan tahun 26. Kawasan Amerika Latin dan Timur Tengah tumbuh lebih tinggi dari tahun 25, yaitu berturut-turut sebesar 5, persen dan 5,8 persen; sedangkan Afrika melambat menjadi 5,4 persen pada tahun 26. Pertumbuhan ekonomi beberapa negara sampai dengan triwulan IV/26 dapat dilihat pada Tabel I.1. I 1

Tabel 1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI BEBERAPA NEGARA (persen, y-o-y) 24 25 26 26:1 26:2 26:3 Amerika Serikat 3,9 3,2 3,4 3,7 3,6 3, Jepang 2,3 2,7 2,1 3,8 2, 1,6 Jerman 1,2,9,9 1,4 2,4 2,8 Inggris 3,3 1,9 1,9 2,3 2,6 2,7 Perancis 2, 1,2 1,2 1,5 2,6 1,9 26:4 3,4 2,1 3,7 3, 2,2 INDONESIA Malaysia Thailand Korea Selatan Singapura Taiwan Hongkong RRC India 5, 7,1 6,2 4,6 8,7 6,1 8,6 1,1 8,1 5,7 5,3 4,4 4, 6,6 4,1 7,3 1,4 8,3 5,5 5,5 5, 5, 7,9 4,1 6, 1,5 8,4 5, 5,3 6, 6,2 1,1 4,9 8,2 1,2 8,4 5, 6,2 4,9 5,3 8, 4,6 5,2 11,3 7,5 5,9 5,9 4,7 4,3 7, 5, 6,8 1,4 9,2 6,1 5,7 4,2 4, 6,6 4, 7, 1,4 8,6 Sumber: IMF dan The Economist Dalam keseluruhan tahun 26, perekonomian dunia tumbuh sebesar 5,3 persen. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya (World Economic Outlook, September 26, yaitu 5,1 persen); dan lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 25 yaitu 4,8 persen. Dalam tahun 26 perekonomian kelompok negara maju tumbuh 3,1 persen, lebih tinggi dari tahun 25 (2,5 persen); sedangkan negara berkembang tumbuh 7,7 persen; lebih tinggi dari tahun 25 (7,3 persen). Perekonomian dunia yang tumbuh tinggi mendorong permintaan komoditi ekspor. Dalam tahun 26, volume perdagangan dunia meningkat 9,2 persen; lebih besar dari peningkatan pada tahun 25 (7,4 persen). Tingginya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 26 meningkatkan harga komoditi di pasar internasional. Harga ekspor komoditi non-migas pada tahun 26 diperkirakan meningkat sebesar 28,5 persen; jauh lebih tinggi dibandingkan peningkatan tahun 25 (1,3 persen). Dalam tahun 26, harga ekspor karet (New York), minyak sawit Sumatera (Rotterdam), kopi Robusta Lampung (New York), timah (Kuala Lumpur), pelat tembaga (Tokyo); alumunium (London); dan nikel (London) berturut-turut meningkat 38,7 persen, 12,4 persen, 26,3 persen, 15, persen, 5,5 persen, 5,6 persen, 36,5 persen, dan 56,9 persen. Peningkatan harga komoditi pertambangan seperti nikel, tembaga, dan alumunium sangat tinggi [mohon dilihat Boks II.1 mengenai Perkembangan Harga Komoditi Non-Migas]. Peningkatan harga juga terjadi pada komoditi beras. Harga beras Bangkok dalam tahun 26 meningkat sebesar 5,5 persen. Perkembangan harga ekspor komoditi nonmigas sampai dengan bulan Desember 26 dapat dilihat pada Grafik I.1. I.4. Minyak Sawit (US$ cent/lb) Grafik I.1. HARGA EKSPOR MINYAK SAWIT DAN KOPI 7 2 6 5 4 3 16 12 2 Jan '99 Jan' 1 Jan'3 Jan'5 Minyak Sawit Sumatera Kopi Robusta Lampung 8 4 Kopi Robusta Lampung (US$ cent/lb) Karet (US$ cent/lb) Grafik I.2. HARGA EKSPOR KARET DAN BERAS 14 12 1 8 6 4 2 Jan '99 Jan' 1 Jan'3 Jan'5 Karet Beras Thailand 35 3 25 2 15 1 5 Beras Thailand (US$/ton) I 2

Timah (MYR/kg) 12 9 6 3 Grafik I.3. HARGA EKSPOR TIMAH DAN ALUMUNIUM Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Jan'5 Jan'6 Timah Alumunium 3 24 18 12 6 Alumunium (US$/ton) Pelat Tembaga (JPY/kg) 12 8 4 Grafik I.4. HARGA EKSPOR TEMBAGA DAN NIKEL Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Jan'5 Jan'6 Pelat Tembaga Nikel 3 2 1 Nikel (US$/ton) Harga minyak dunia meningkat sampai bulan Agustus 26 kemudian menurun pada bulan September 26. Sampai dengan bulan Agustus 26, harga minyak dunia meningkat didorong oleh permintaan dunia yang kuat, penurunan produksi pada beberapa negara penghasil minyak, kekuatiran mengenai program nuklir Iran, serta meningkatnya konflik antara Israel dan Lebanon. Dalam bulan Agustus 26, harga spot harian minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencapai lebih dari USD 75/barel. Pada bulan September 26, harga minyak dunia menurun cukup tajam dan relatif stabil hingga bulan November 26. Pada bulan Desember 26, harga minyak mentah meningkat dengan masuknya musim dingin. Dalam bulan Desember 26, harga spot rata-rata harian WTI di New York sebesar USD 62,/barel; sedangkan harga kontrak empat bulan ke depan sebesar USD 64,7/barel. Beberapa faktor yang menurunkan harga minyak dunia pada bulan September 26 antara lain cadangan minyak AS yang tinggi, upaya yang terus berlanjut dalam penyelesaian program nuklir Iran, serta meningkatnya pasokan minyak dari negaranegara Non-OPEC. Perkembangan harga spot harian WTI bulan Januari Desember 26 dapat dilihat pada Grafik I.5. Harga Spot WTI (USD/barel) 8 75 7 65 6 Grafik I.5. PERKEMBANGAN HARGA SPOT MINYAK WTI 55 3-Jan-6 7-Mar-6 5-May-6 7-Jul-6 6-Sep-6 3-Nov-6 Siklus pengetatan moneter di AS mereda sejak pertengahan tahun 26. Tekanan terhadap inflasi yang berat di AS pada tahun 24 menuntut kebijakan moneter AS ketat. Sejak pertengahan tahun 24, suku bunga Fed Funds dinaikkan secara bertahap sebanyak 17 kali hingga menjadi 5,25 persen pada akhir Juni 26. Kebijakan moneter AS yang ketat hingga pertengahan tahun 26 memberi pengaruh pada nilai tukar mata uang dunia dan suku bunga internasional. Pada pertengahan Mei 26 terjadi gejolak pada bursa saham global dan nilai tukar mata uang di beberapa negara, termasuk Indonesia didorong oleh gejolak modal jangka pendek yang terjadi di Turki dan Brasil. Indeks beberapa bursa saham dan mata uang dunia pada tanggal 1 Mei 3 Juni 26 (1 Mei 26 = 1) dapat dilihat pada Grafik I.6 dan Grafik I.7. I 3

(1 Mei 26 = 1) 15 1 Grafik I.6. INDEKS BEBERAPA BURSA SAHAM DUNIA 95 9 85 8 75 1 15 17 19 23 26 3 1 5 7 9 13 15 19 21 23 27 29 Dow Jones Singapura Malaysia Jakarta (1 Mei 26 = 1) Grafik 1.7. INDEKS NILAI TUKAR BEBERAPA MATA UANG 98 1 12 14 16 18 11 1 15 17 19 23 26 3 1 5 7 9 13 15 19 21 23 27 29 Bath Yen Rupiah Ringgit Dengan terkendalinya inflasi, kebijakan moneter AS netral. Dalam bulan September, Oktober, dan November 26 terjadi deflasi di AS masing-masing sebesar,5 persen,,5 persen, dan,1 persen; sedangkan pada bulan Desember 26 terjadi inflasi sebesar,1 persen. Dengan perkembangan tersebut laju inflasi AS setahun pada bulan Desember 26 (y-o-y) melunak menjadi 2,5 persen, lebih rendah dari bulan Juni, Juli, dan Agustus 26 (4,3 persen, 4,1 persen, dan 3,8 persen, y-o-y). Dengan laju inflasi yang menurun tersebut, Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga Fed Funds (tetap 5,25 persen) sejak Juni 26 hingga Desember 26. Perkembangan inflasi AS dan suku bunga Fed Funds dapat dilihat pada Grafik I.8. Laju inflasi (%, y-o-y) 5 4 3 2 1 Grafik I.8. INFLASI AS DAN SUKU BUNGA FED FUNDS 7 5,6 4,2 2,8 1,4 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Jan'5 Jan'6 Laju Inflasi (y-o-y) Suku Bunga Fed Funds Suku Bunga Fed Funds (%) Kebijakan moneter yang netral di AS diikuti oleh suku bunga yang relatif stabil di beberapa negara, termasuk ASEAN sejak triwulan III/26. Perkembangan suku bunga deposito di beberapa negara ASEAN dapat dilihat pada Grafik I.9. Thailand, Malaysia (%) 7 6 5 4 3 Grafik I.9. SUKU BUNGA DEPOSITO 3 BULAN 2 Jan'5 Apr Jul Okt Jan'6 Apr Jul Okt Thailand Malaysia Filipina 8,5 7,8 7,1 6,4 5,7 5 Filipina (%) Dalam tahun 26, kesenjangan global melebar. Pertumbuhan ekonomi AS yang didorong oleh kebijakan moneter dan fiskal yang longgar selama beberapa tahun terakhir telah meningkatkan defisit neraca transaksi berjalan AS. Sejak tahun 21, defisit I 4

transaksi berjalan AS meningkat masing-masing dari 3,8 persen PDB pada tahun 21 menjadi 6,5 persen PDB pada tahun 25. Dalam tahun 26, defisit transaksi berjalan AS mencapai USD 836,1 miliar. Salah satu upaya untuk mengurangi defisit transaksi berjalan AS dilakukan dengan mengendalikan defisit anggarannya. Pada tahun 24 dan 25 defisit anggaran AS menurun menjadi 3,4 persen dan 2,6 persen PDB; lebih rendah dibandingkan tahun 23 (3,6 persen PDB). Perkembangan neraca transaksi berjalan AS, Jepang, dan China serta defisit neraca transaksi berjalan dan anggaran AS dapat dilihat pada Grafik I.1 dan Grafik I.11. USD miliar Grafik I.1. NERACA TRANS BERJLN AS, JEPANG, CHINA 2-2 -4-6 -8-1 199 1992 1994 1996 1998 2 22 24 Jepang Amerika Serikat China Defisit Anggaran, Trans Berjln (% PDB) Grafik I.11. NERACA TRANS BERJLN DAN ANGGARAN AS 4 2-2 -4-6 -8 199 1992 1994 1996 1998 2 22 24 Defisit Trans. Berjalan Defisit Anggaran Perekonomian dunia yang tumbuh tinggi meningkatkan kinerja bursa saham di dunia. Pada akhir tahun 26, Indeks Dow Jones di New York, Indeks Nikkei di Jepang, Indeks Strait Times di Singapura, dan Indeks Hang Seng di Hongkong meningkat masingmasing sebesar 16,3 persen, 6,9 persen, 22,5 persen dan 34,2 persen dibandingkan akhir tahun 25. Perkembangan indeks saham sejak awal tahun 21 pada beberapa bursa terkemuka di dunia dapat dilihat pada Grafik I.12. New York Grafik I.12. INDEKS BURSA SAHAM INTERNASIONAL 13 24 11 9 18 12 7 6 Jan' Jan' 2 Jan'4 Jan'6 New York Tokyo Hongkong Tokyo, Hongkong B. MONETER, PERBANKAN, DAN PASAR MODAL Stabilitas ekonomi dalam tahun 26 membaik. Upaya untuk meningkatkan stabilitas ekonomi yang bergejolak tahun 25 memulihkan kembali kepercayaan terhadap rupiah, menjaga stabilitas harga barang dan jasa, dan meningkatkan ketersediaan cadangan devisa. Stabilitas ekonomi yang membaik selanjutnya mendorong kinerja bursa saham di Indonesia. Nilai tukar rupiah relatif stabil sejak pertengahan tahun 26. Memasuki tahun 26, nilai tukar rupiah menguat hingga menembus Rp 9.,- per USD antara lain didorong oleh nilai imbal beli rupiah yang cukup tinggi yang mendorong masuknya investasi portfolio. I 5

Kenaikan suku bunga Fed Funds yang terus berlanjut dan gejolak bursa saham di beberapa negara berpengaruh terhadap bursa saham di negara-negara berkembang dan nilai tukar mata uang dunia termasuk rupiah pada pertengahan Mei 26. Nilai tukar rupiah sempat melemah hingga lebih dari Rp 9.4 per USD pada perdagangan harian. Siklus pengetatan moneter di negara maju yang mereda dan nilai imbal beli rupiah yang masih tinggi menguatkan kembali rupiah. Sejak bulan Juli 26, nilai tukar rupiah relatif stabil pada rentang Rp 9. Rp 9.2 per USD. Dalam keseluruhan tahun 26, rata-rata nilai tukar rupiah harian mencapai Rp 9.168,- per USD. Nilai dan pergerakan rupiah dapat dilihat pada Grafik I.13 dan Grafik I.14. Kurs Rupiah (Rp/USD) Grafik I.13. PERKEMBANGAN KURS RUPIAH HARIAN 98 96 94 92 9 88 86 2-Jan-6 2-Mar-6 5-May-6 5-Jul-6 6-Sep-6 1-Nov-6 Dibandingkan hari sebelumnya (%) Grafik I.14. PERGERAKAN KURS RUPIAH HARIAN 3 2 1-1 -2-3 -4 2-Jan-6 7-Mar-6 15-May-6 18-Jul-6 22-Sep-6 1-Dec-6 Laju inflasi terkendali. Stabilnya rupiah berperan dalam mengendalikan laju inflasi. Sejak bulan Oktober 26, laju inflasi tahunan menurun menjadi satu digit dengan tidak lagi mencakup bulan kenaikan BBM (bulan Oktober 25). Pada bulan Desember 26, laju inflasi mencapai 1,21 persen (m-t-m). Dengan perkembangan ini, laju inflasi dalam tahun 26 mencapai 6,6 persen. Tingginya inflasi bulan Desember 26 terutama disebabkan oleh kenaikan harga kelompok bahan makanan yang menyumbang hampir 2/3 dari inflasi bulan Desember 26 (,77 persen dari 1,21 persen). Dalam keseluruhan tahun 26, hampir separuh dari inflasi tahun 26 disumbang oleh kelompok bahan makanan (3,5 persen dari 6,6 persen) dengan beras menyumbang hampir seperempatnya (1,63 persen dari 6,6 persen). Sejalan dengan itu, harga komoditi untuk komponen yang bergejolak meningkat 15,27 persen. Ringkasan inflasi sampai dengan Desember 26 dapat dilihat pada Tabel I.2. Suku bunga dalam negeri menurun secara bertahap. Nilai tukar rupiah yang relatif stabil dan laju inflasi yang terkendali memberi ruang bagi penurunan suku bunga di dalam negeri. Sejak bulan Mei 26, suku bunga acuan (BI rate) diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 9,5 persen pada awal bulan Januari 27, atau 325 bps lebih rendah dari akhir tahun 25. Dengan menurunnya suku bunga acuan, suku bunga deposito menyesuaikan secara bertahap. Pada bulan Desember 26, suku bunga deposito 1 dan 3 bulan menurun menjadi 9, persen dan 9,7 persen dari 12, persen dan 12,2 persen pada bulan Februari 26. I 6

Tabel I.2. RINGKASAN INFLASI BULAN DESEMBER 26 Bulanan m-t-m andil Inflasi 1,21 1,21 Menurut Kelompok Pengeluaran - Bahan Makanan 3,12,77 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 1,11,18 - Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar,74,2 - Sandang,13,1 - Kesehatan 1,5,3 - Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga,7, - Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan,1,2 Menurut Kelompok Komponen - Komponen Inti,65,38 - Komponen Bergejolak 4,,76 - Komponen Yang Harganya Diatur Pemerintah,29,7 Kalender y-t-d 6,6 12,94 6,36 4,83 6,84 5,87 8,13 1,2 6,3 15,27 1,84 Setahun y-o-y 6,6 12,94 6,36 4,83 6,84 5,87 8,13 1,2 6,3 15,27 1,84 PERBANDINGAN INFLASI TAHUN 23-26 23 24 25 26 Desember (m-t-m),94 1,4 -,4 1,21 Januari - Desember (setahun, y-o-y) Sumber: diolah dari BPS Keterangan: 5,6 6,4 17,11 6,6 m-t-m: thd bln sebelumnya; y-t-d: awal thn hingga bln ybs; y-o-y: thd akhir bln sama thn sebelumnya Suku bunga kredit menurun lebih lambat. Pada bulan Desember 26, suku bunga kredit modal kerja dan investasi menurun berturut-turut menjadi 15,1 persen dan 15,1 persen dari 16,4 persen dan 15,9 persen pada bulan Maret 26. Perkembangan suku bunga sampai dengan bulan Desember 26 dapat dilihat pada Grafik I.15. [%] 22 18 14 1 6 Grafik I.15. PERKEMBANGAN SUKU BUNGA 2 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Jan'5 Jan'6 Kredit Modal Kerja Deposito 3 Bulan SBI (1 bulan) Kinerja pasar modal meningkat. Pada pertengahan bulan Mei 26, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) melemah didorong oleh gejolak bursa saham internasional. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sempat menurun 2,5 persen pada pertengahan bulan Juni 26 dibandingkan dengan indeks harian tertinggi yang dicapai pada bulan Mei 26. Langkah-langkah untuk menjaga stabilitas rupiah menguatkan kembali kepercayaan terhadap pasar modal. Pada tanggal 19 Desember 26, IHSG di BEJ menurun sekitar 5 poin didorong oleh efek menjalar dari rencana pengaturan arus modal jangka pendek di Thailand yang berimbas pada bursa saham di Asia. Pada hari berikutnya, IHSG di BEJ kembali meningkat menjadi 1.766,8. Pada akhir tahun 26, IHSG di BEJ ditutup pada tingkat 1.85,5 atau 55,3 persen lebih tinggi dibandingkan akhir tahun 25. Perkembangan IHSG di BEJ dalam tahun 26 dapat dilihat pada Grafik I.16. I 7

IHSG di BEJ Grafik I.16. INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BEJ 19 18 17 16 15 14 13 12 11 2-Jan-6 1-Mar-63-May-6 3-Jun-6 31-Aug-63-Nov-6 Penyaluran kredit perbankan meningkat cukup tinggi sejak bulan Agustus 26. Menurunnya suku bunga dan membaiknya ekspektasi terhadap perekonomian mendorong penyaluran kredit perbankan. Pada bulan Agustus, September, Oktober, dan November 26, kredit perbankan meningkat berturut-turut sebesar Rp 11,7 triliun, Rp 17,4 triliun, Rp 8,8 triliun, dan Rp 11,7 triliun. Peningkatan ini jauh lebih tinggi dibandingkan bulan Juli yang hanya naik sebesar Rp 1,9 triliun. Dalam bulan Desember 26, kredit perbankan meningkat cukup tinggi yaitu sebesar Rp 25,6 triliun. Dengan perkembangan ini, loan-to-deposit ratio (LDR) meningkat menjadi 61,6 persen pada bulan Desember 26. Kenaikan kredit perbankan didorong oleh kredit modal kerja. Pada bulan Desember 26, kredit modal kerja tumbuh sebesar 17,6 persen dibandingkan bulan Desember tahun 25 (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan kredit konsumsi yang meningkat 9,4 persen (y-o-y). Sementara itu kredit investasi tumbuh 12,4 persen (y-oy). Menurut sektor usaha, pertambahan terbesar penyaluran kredit perbankan sampai dengan bulan Desember 26 terjadi pada kegiatan perdagangan, industri, jasa-jasa (terutama angkutan dan konstruksi), lain-lain, dan pertanian. Pertumbuhan kredit dan pertambahan kredit perbankan sampai dengan bulan Desember 26 dapat dilihat pada Grafik I.17 dan Grafik I.18. %, y-o-y Grafik I.17. PERTUMBUHAN KREDIT PERBANKAN 5 4 3 2 1-1 -2 Jan' 2 Jul Jan'3 Jul Jan'4 Jul Jan'5 Jul Jan'6 Jul Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi (Rp triliun, m-t-m) 3 2 1-1 Grafik I.18. PERTAMBAHAN KREDIT PERBANKAN -2 Jan' 2 Jul Jan'3 Jul Jan'4 Jul Jan'5 Jul Jan'6 Jul Non-performing loan (NPL) meningkat sejak bulan Mei 25 dan menurun pada bulan Desember 26. Pada bulan November 26, NPL meningkat menjadi Rp 61,4 triliun, bertambah Rp 1,3 triliun dibandingkan akhir tahun 25. Peningkatan NPL ini terutama didorong oleh kenaikan kredit dalam kriteria macet dan kurang lancar. Pada bulan Desember 26, NPL menurun menjadi Rp 47,5 triliun. Perkembangan NPL Januari 23 Desember 26 dapat dilihat pada Grafik I.19. I 8

Grafik I.19. NON-PERFORMING LOAN PERBANKAN NPL (%) 9 8 7 6 5 4 Jan'3 Jul Jan'4 Jul Jan'5 Jul Jan'6 Jul NPL (%) NPL (Rp Triliun) 7 6 5 4 3 2 NPL (Rp Triliun) C. PERDAGANGAN LUAR NEGERI Penerimaan ekspor dalam tahun 26 mencapai USD 1,7 milliar, naik 17,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan penerimaan ekspor didorong oleh ekspor migas dan non-migas yang meningkat sebesar 1,5 persen dan 19,7 persen. Meningkatnya penerimaan ekspor migas didorong oleh harga minyak mentah yang tinggi di pasar dunia. Dalam tahun 26, rata-rata harga ekspor minyak mentah Indonesia di pasar internasional mencapai USD 63,5 per barel; 18,9 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 25. Sementara itu penerimaan ekspor non-migas didorong oleh ekspor hasil pertanian, industri, dan pertambangan yang meningkat berturut-turut sebesar 18,2 persen, 16,7 persen, dan 4,9 persen. Selain oleh kenaikan volume, penerimaan ekspor non-migas juga didorong oleh harga komoditi yang meningkat tinggi terutama komoditi pertambangan. Dalam tahun 26, Jepang, Uni Eropah, dan Amerika Serikat masih merupakan negara tujuan utama ekspor non-migas dengan nilai ekspor berturut-turut sebesar USD 12,2 miliar, USD 12, miliar, dan USD 1,7 miliar atau meningkat 27,6 persen, 16,8 persen, dan 12,1 persen. Pasar China semakin penting bagi Indonesia dengan nilai ekspor sebesar USD 5,5 miliar atau naik 37,6 persen. Pengeluaran impor dalam tahun 26 mencapai USD 61,1 miliar, naik 5,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh impor migas dan nonmigas yang masing-masing naik sebesar 9,1 persen dan 4,8 persen. Dari penggunaannya, kenaikan impor terutama didorong oleh barang modal, bahan baku/penolong, dan barang konsumsi yang meningkat 9,5 persen, 5,3 persen, dan 4,7 persen. Ringkasan perkembangan ekspor dan impor dapat dilihat pada Tabel I.3. Tabel I.3. RINGKASAN PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR (US$ miliar) Nov Des Pertumb Jan-Des Jan-Des 26 26 (%) 25 26 EKSPOR 8,9 9,5 6,4 85,7 1,7 Migas 1,8 1,9 7,1 19,2 21,2 Nonmigas 7,2 7,6 6,3 66,4 79,5 - Pertanian 2,9 3,4 - Industri 55,6 64,9 - Pertambangan 8, 11,2 IMPOR 5,9 4,9-15,7 57,7 61,1 Migas 1,4 1,3-5,9 17,5 19, Nonmigas 4,4 3,6-18,9 4,2 42,1 Penggunaan Barang Konsumsi,5,4-13,8 4,6 4,8 Bhn Baku/Penolong Barang Modal Sumber: diolah dari BPS 4,3 1, 3,8,9-12,4-11, 44,8 8,3 47,2 9,1 Pertumb (%) 17,5 1,2 19,7 18,2 16,7 4,9 5,9 8,7 4,6 4,7 5,3 9,5 I 9

D. NERACA PEMBAYARAN Dalam tahun 26, neraca transaksi berjalan serta neraca modal dan finansial mencatat surplus sebesar USD 9,6 miliar dan USD 2,5 miliar. Pada akhir bulan Desember 26, cadangan devisa mencapai USD 42,6 miliar. Penerimaan ekspor meningkat menjadi USD 12,7 miliar, terdiri dari ekspor migas sebesar USD 22,2 miliar dan ekspor non-migas sebesar USD 8,6 miliar. Sementara itu pengeluaran impor sebesar USD 73, miliar, terdiri dari impor migas dan impor nonmigas masing-masing sebesar USD 15,8 miliar dan USD 57,2 miliar. Dengan defisit neraca jasa-jasa (termasuk pendapatan dan transfer) dalam tahun 26 mencapai USD 2,1 miliar, surplus neraca transaksi berjalan mencapai USD 9,6 miliar. Peranan pariwisata dalam menyumbang devisa menurun. Dalam situasi keamanan tahun 26 yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 25 [Bom Bali Kedua, 1 Oktober 25], kinerja sektor pariwisata belum pulih. Dalam tahun 26, arus wisatawan asing yang masuk melalui 13 pintu utama turun sebesar 2,4 persen terutama karena rendahnya arus wisatawan asing ke Bali yang menurun sebesar 12,6 persen. Perkembangan arus wisatawan asing dapat dilihat pada Grafik I.2. 13 Pintu Masuk (Ribu Orang) Grafik I.2. ARUS WISATAWAN ASING 13 12 11 1 9 8 7 6 21:1 22:1 23:1 24:1 25:1 26:1 13 Pintu Masuk Ngurah Rai 5 45 4 35 3 25 2 15 Ngurah Rai (Rb Org( Investasi langsung asing (neto) dalam tahun 26 berjumlah USD 4,1 miliar terutama disumbang oleh saham sebesar USD 7,1 miliar dan investasi lainnya sebesar USD,4 miliar. Sedangkan investasi langsung di luar negeri meningkat menjadi USD 3,4 miliar. Investasi portfolio mengalami surplus USD 3,8 miliar terutama disumbang oleh penerbitan obligasi/surat berharga sebesar USD 3,5 miliar. Dengan perkembangan ini, dalam tahun 26 neraca modal dan finansial mengalami surplus sebesar USD 2,5 miliar. Meningkatnya surplus neraca transaksi berjalan serta neraca modal dan finansial memungkinkan dipercepatnya pelunasan utang IMF. Pada akhir Juni 26 pembayaran utang IMF dipercepat sebesar USD 3,8 miliar. Dengan ketersediaan cadangan devisa sebesar USD 42,4 miliar pada akhir triwulan III/26, sisa utang IMF sebesar USD 3,2 miliar dilunasi efektif sejak tanggal 12 Oktober 26. Pada akhir bulan Desember 26, cadangan devisa terjaga sebesar USD 42,6 miliar. Ringkasan neraca pembayaran sampai dengan triwulan IV/26 dan perkembangan cadangan devisa sampai dengan Desember 26 dapat dilihat pada Tabel I.4 dan Grafik I.21. I 1

Tabel I.4. RINGKASAN NERACA PEMBAYARAN (US$ miliar) 25 26 Tw. I Transaksi Berjalan,3 9,6 2,6 Neraca Perdagangan (neto) 17,5 29,7 6,7 - Migas 4,2 6,4 2,5 - Non-migas 13,3 23,4 4,2 Ekspor 87, 12,7 23,3 - Migas 2,2 22,2 5,5 - Non-migas 66,8 8,6 17,8 Impor, fob -69,5-73, -16,6 - Migas -16, -15,8-3, - Non-migas -53,4-57,2-13,6 Jasa-jasa -9,1-11,2-2,6 Pendapatan (neto) -12,9-13,7-2,8 Transfer 4,8 4,9 1,2 Transaksi Modal dan Finansial,3 2,5 2,4 Transaksi Modal,3,3,1 Transaksi Finansial, 2,1 2,4 - Investasi Langsung 5,3 4,1,7 Di Luar Negeri -3,1-3,4 -,7 Di Indonesia 8,3 7,5 1,3 Saham 7,8 7,1 1,3 Lainnya,5,4, Penarikan 1,6 3,6,7 Pembayaran -1,1-3,2 -,7 - Investasi Portfolio 4,2 3,8 3,7 Aset -1,1-1,9 -,4 Saham, -,1 -, Utang -1,1-1,8 -,4 Obligasi/Srt Berharga -1,1-1,8 -,4 Lainnya,,, Kewajiban 5,3 5,7 4,1 Saham -,2 1,9,5 Utang 5,4 3,8 3,6 Obligasi/Srt Berharga 4,8 3,5 3,1 Lainnya,7,3,5 - Investasi Lainnya -9,4-5,8-2, Total,6 12,1 5, Selisih Perhitungan -,2 3,,8 Lalu Lintas Moneter Cadangan Devisa Sumber: Bank Indonesia, Februari 27 -,4 34,7-15, 42,6-5,8 4,1 26 Tw. II Tw. III 1,5 3,5 7, 8,6 1,2 1,3 5,7 7,3 25,5 27,6 5,9 6, 19,6 21,6-18,5-19, -4,7-4,7-13,8-14,4-2,7-2,8-4, -3,7 1,2 1,3 -,4-1,7,,1 -,5-1,8,8,6 -,5-1,1 1,3 1,7 1,1 1,6,2,1,7 1, -,5 -,9-1,2,1 -,4 -,3 -,1,2 -,3 -,5 -,3 -,5,, -,7,4,4,4-1,1,,3 -,1-1,4,1 -,1-2,5 1, 1,8 2,3,9-3,4-2,6 4,1 42,4 Tw. IV 2,1 7,5 1,3 6,1 26,4 4,7 21,6-18,9-3,4-15,5-3,3-3,2 1,1 2,2,1 2,1 2, -1,1 3,2 3,1,1 1,2-1,1 1,1 -,7 -,1 -,6 -,6, 1,9,6 1,2,2 1,1-1,1 4,3-1, -3,2 42,6 45 Grafik I.21. CADANGAN DEVISA 4 US$ miliar 35 3 25 2 Jan '99 Jan' 1 Jan'3 Jan'5 E. KEUANGAN NEGARA Perkembangan ekonomi makro yang terjadi sampai semester I/26 terutama meningkatnya harga minyak dunia dan pemulihan ekonomi yang masih lambat mendorong dilakukannya perubahan terhadap besaran ekonomi makro yang mendasari penyusunan APBN. I 11

Perubahan APBN Tahun 26 dilakukan untuk mengamankan APBN dari tekanan harga minyak dunia yang tinggi. Subsidi BBM yang sebelumnya diperkirakan sebesar Rp 54,3 triliun (1,8 persen PDB) ditingkatkan menjadi Rp 62,7 triliun (2, persen PDB). Demikian pula subsidi non-bbm ditingkatkan dari Rp 25,2 triliun (,8 persen PDB) menjadi Rp 44,9 triliun (1,4 persen PDB). Secara keseluruhan defisit anggaran yang sebelumnya diperkirakan sebesar Rp 22,4 triliun (,7 persen PDB) meningkat menjadi Rp 4, triliun (1,3 persen PDB). F. PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian tumbuh makin baik dengan prioritas tetap diberikan pada upaya untuk mendorong investasi. Dalam triwulan IV/26, Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 6,1 persen (y-o-y). Percepatan pertumbuhan ekonomi terjadi sejak triwulan III/26 sehingga dalam semester II/26 ekonomi tumbuh 6, persen (y-o-y). Secara keseluruhan tahun 26, ekonomi tumbuh 5,5 persen; sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 25 (5,7 persen). Dari sisi produksi, hampir semua sektor pada triwulan IV/26 mengalami percepatan pertumbuhan. Dalam triwulan IV/26, PDB migas dan nonmigas tumbuh masing-masing sebesar,4 persen dan 6,6 persen (y-o-y). Sektor industri pengolahan tumbuh 5,9 persen (y-o-y) antara lain didorong oleh sub-sektor industri pengolahan migas; sektor bangunan tumbuh 1,4 persen (y-o-y); sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 15,9 persen (y-o-y); sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh 7, persen (y-o-y); serta sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh 8,1 persen (y-o-y). Pertumbuhan lebih lambat terjadi pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, serta jasa-jasa. Dalam triwulan IV/26, sektor pertanian tumbuh 1,8 persen (y-o-y) antara lain karena menurunnya sub sektor kehutanan dan tanaman bahan makanan; sektor pertambangan dan penggalian tumbuh,7 persen (y-o-y) karena menurunnya sub sektor minyak dan gas bumi; serta sektor jasa-jasa tumbuh 6, persen (y-o-y). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan IV/26 didorong oleh investasi, ekspor barang dan jasa, konsumsi rumah tangga, dan pengeluaran pemerintah. Investasi berupa pembentukan modal tetap bruto tumbuh sebesar 8,2 persen (y-o-y); ekspor barang dan jasa tumbuh 6,1 persen (y-o-y); konsumsi rumah tangga tumbuh 3,8 persen (y-o-y); pengeluaran pemerintah tumbuh 2,2 persen (y-o-y). Sementara itu, impor barang dan jasa tumbuh 9,7 persen (y-o-y). Dilihat dari sumbangannya, pertumbuhan ekonomi triwulan IV/26 didukung oleh permintaan dalam negeri dan luar negeri masing-masing sebesar 6,7 persen dan -,6 persen. Secara lebih rinci, pertumbuhan ekonomi triwulan IV/26 (6,1 persen) disumbang oleh konsumsi masyarakat (2,3 persen) + konsumsi pemerintah (,2 persen) + investasi (1,8 persen) + ekspor neto (,6 persen) + perubahan stok (2,4 persen, termasuk diskrepansi statistik). Peranan permintaan dalam dan luar negeri dalam pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada Grafik I.22. I 12

% Grafik I.22. PERANAN PERMINTAAN DLM DAN LUAR NEGERI 1 8 6 4 2-2 -4-6 23:1 23:3 24:1 24:3 25:1 25:3 26:1 26:3 Permintaan Dalam Negeri Permintaan Luar Negeri Dengan perkembangan tersebut, dalam keseluruhan tahun 26, perekonomian tumbuh 5,5 persen dengan PDB nonmigas tumbuh 6,1 persen; sedangkan PDB migas turun 1,3 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, dan sektor-sektor lainnya yang meningkat 3, persen, 2,2 persen, 4,6 persen, dan 6,5 persen. Adapun dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh ekspor barang dan jasa serta pengeluaran pemerintah yang tumbuh tinggi yaitu sebesar 9,2 persen dan 9,6 persen, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang terjaga sebesar 3,2 persen; dan investasi yang meningkat 2,9 persen. Ringkasan pertumbuhan ekonomi sampai dengan triwulan IV/26 dapat dilihat pada Tabel I.5. Tabel I.5. RINGKASAN PERTUMBUHAN EKONOMI SAMPAI DENGAN TRIWULAN IV/26 (persen perubahan, y-o-y) 24 25 26 26 Tw 1 Tw 2 Tw 3 PDB 5, 5,7 5,5 5, 5, 5,9 PDB Migas -3,5-3,2-1,3-2,9 -,4-2,2 PDB Non-migas 6, 6,6 6,1 5,7 5,4 6,6 Menurut Sektor Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 2,8 2,7 3, 6,4 1,5 2,2 Pertambangan dan Penggalian -4,5 3,1 2,2 2,7 4, 1,6 Industri Pengolahan 6,4 4,6 4,6 2,9 3,7 5,9 Industri Migas -1,9-5,9-1,2-6,3-2,2-3, Industri Non-Migas 7,5 5,9 5,3 4, 4,3 6,9 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,3 6,3 5,9 5,1 4,5 5,8 Bangunan 7,5 7,4 9, 7,4 8,7 9,3 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5,7 8,4 6,1 4,4 5,5 7,5 Pengangkutan dan Komunikasi 13,4 13, 13,6 11,5 13,3 13,6 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 7,7 6,8 5,6 5,7 5,3 4,7 Jasa-jasa 5,4 5, 6,2 5,8 6,1 6,8 Menurut Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5, 4, 3,2 2,9 3, 3, Konsumsi Pemerintah 4, 6,6 9,6 11,5 28,8 1,7 Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi) 14,7 1,8 2,9 1,1 1,1 1,3 Ekspor Barang dan Jasa 13,5 16,4 9,2 11,6 11,3 8,2 Impor Barang dan Jasa 26,7 17,1 7,6 2,8 7,5 1,1 Sumber: Diolah dari BPS Tw 4 6,1,4 6,6 1,8,7 5,9 7, 5,8 8,1 1,4 7, 15,9 6,8 6, 3,8 2,2 8,2 6,1 9,7 Perkembangan Sisi Pengeluaran. Sisi pengeluaran mengalami perbaikan tercermin dari konsumsi masyarakat yang terjaga, pengeluaran pemerintah yang meningkat, serta ekspor neto yang cukup tinggi. Sedangkan investasi belum meningkat secara berarti. Keyakinan konsumen meningkat. Membaiknya konsumsi rumah tangga antara lain tercermin dari meningkatnya indeks keyakinan konsumen dan perdagangan eceran I 13

(retail). Pada bulan November 26, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), yang dikumpulkan oleh Danareksa Research Institute mencapai 91,6; meningkat 15,1 persen dibandingkan Desember 25. Indeks yang sama yang dikumpulkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Indeks Keyakinan Konsumen yang dikumpulkan oleh Bank Indonesia pada bulan November 26 meningkat menjadi 11,5 atau naik 17,3 persen dibandingkan bulan Desember 25. 1 Pada bulan Desember 26, indeks konsumen yang dikumpulkan oleh DRI dan BI masingmasing menurun menjadi 84,1 dan 99,1 setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri. Sejak triwulan I/26 keyakinan konsumen cenderung meningkat. Membaiknya daya beli masyarakat juga tercermin dan penjualan eceran. Indeks riil penjualan eceran pada bulan Oktober 26 meningkat 14,6 persen (m-t-m). Meskipun didorong oleh faktor musiman (perayaan Hari Raya Idul Fitri), peningkatan pada bulan Oktober 26 cukup tinggi. Dibandingkan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri tahun sebelumnya (November 25), indeks riil penjualan eceran naik 17,9 persen. Pada bulan Desember 26, indeks riil penjualan eceran mencapai 166,, atau naik 7,4 persen dibandingkan bulan Desember 25. Perkembangan indeks keyakinan konsumen dan penjualan eceran dapat dilihat pada Grafik I.23 dan Grafik I.24. Indeks Konsumen 13 12 11 1 9 8 Grafik I.23. INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN 7 Jan'4 Mei Sep Jan'5 Mei Sep Jan'6 Mei Sep BI DRI Indeks Penjualan Eceran 2 18 16 14 12 Grafik I.24. INDEKS PENJUALAN ECERAN (RIIL) 1 Jan'4 Mei Sep Jan'5 Mei Sep Jan'6 Mei Sep Peningkatan konsumsi masyarakat terlihat dari penjualan sepeda motor dan mobil. Pada bulan November 26, penjualan sepeda motor (menggambarkan daya beli masyarakat menengah bawah) mencapai 529, ribu unit (tertinggi dalam penjualan bulanan) atau naik 51,4 persen (m-t-m). Adapun penjualan mobil mencapai 33,4 ribu unit atau naik 61, persen (m-t-m). Dalam triwulan IV/26, penurunan penjualan mobil melambat dan penjualan sepeda motor mulai meningkat (11,2 persen) dibandingkan triwulan yang sama tahun 25. Perkembangan penjualan mobil dan sepeda motor sampai dengan bulan Desember 26 dapat dilihat pada Grafik I.25. Grafik I.25. PENJUALAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR Mobil (ribu unit) 65 52 39 26 13 Jan '97 Jan '99 Jan' 1 Jan'3 Jan'5 Mobil Sepeda Motor 55 44 33 22 11 Sepeda motor (ribu unit) 1 Indeks keyakinan konsumen di atas 1 menunjukkan pesimisme konsumen dari pandangannya terhadap kondisi saat ini dan ekspektasi mendatang. I 14

Dalam tahun 26 realisasi Izin Usaha Tetap (IUT) masih rendah; sedangkan minat investasi tinggi terutama PMDN. Dalam tahun 26, realisasi izin usaha tetap (IUT) untuk PMDN dan PMA mencapai Rp 2,8 triliun dan USD 6, miliar atau masing-masing 32,2 persen dan 33, persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, persetujuan investasi dalam tahun 26 untuk PMDN dan PMA mencapai Rp 162,8 triliun dan USD 15,6 miliar atau masing-masing meningkat sebesar 221,9 persen dan 15,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tingginya minat investasi pada tahun 26 diharapkan terealisasi pada tahun 27. Ringkasan persetujuan dan realisasi IUT tahun 25 dan 26 dapat dilihat pada Tabel I.6. Tabel I.6. RINGKASAN PERSETUJUAN DAN IZIN USAHA PENANAMAN MODAL Jan-Des 25 Jan-Des 26 Kenaikan (%) PERSETUJUAN PMDN Jumlah Proyek 218 225 3,2 Nilai (Rp triliun) PMA Jumlah Proyek 5,6 1648 162,8 171 221,9 3,8 Nilai (US$ miliar) REALISASI IZIN USAHA TETAP PMDN Jumlah Proyek 13,6 214 15,6 164 15,1-23,4 Nilai (Rp triliun) PMA Jumlah Proyek 3,7 99 2,8 867-32,2-4,6 Nilai (US$ miliar) Sumber: BKPM 8,9 6, -33, Rendahnya peningkatan investasi dalam tahun 26 juga tercermin dari impor barang modal serta penjualan semen. Kenaikan relatif terjadi pada triwulan IV/26. Dalam tahun 26, impor barang modal dan penjualan semen meningkat masing-masing sebesar 9,5 persen dan 2,2 persen. Perkembangan penjualan semen sampai dengan bulan Desember 26 dapat dilihat pada Grafik I.26. 4 Grafik I.26. PENJUALAN SEMEN 5 Semen (juta ton) 3 2 1 Jan'3 Jul Jan'4 Jul Jan'5 Jul Jan'6 Jul Semen Kenaikan (y-o-y) 3 1-1 -3 Kenaikan (y-o-y) Perkembangan Sisi Produksi. Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian terutama didorong oleh produksi tanaman perkebunan, perikanan, peternakan, dan tanaman pangan. Dalam tahun 26 keempat sub-sektor tersebut tumbuh berturut-turut 3,2 persen, 6, persen, 3, persen, dan 2,7 persen. Sedangkan produksi kehutanan masih turun 2,3 persen. Peningkatan produksi tanaman pangan antara lain didorong oleh perluasan lahan padi dan produktivitas lahan. Dalam angka ramalan III Produksi Padi dan Palawija Tahun 26 (BPS) luas panen padi di Jawa dan luar Jawa pada tahun 26 diperkirakan bertambah masing-masing sebesar,3 persen dan,5 persen. I 15

Pertumbuhan industri pengolahan non-migas terutama didorong oleh kelompok industri alat angkut, mesin, dan peralatan; industri makanan, minuman, dan tembakau; industri logam dasar, besi, dan baja; serta industri pupuk, kimia, dan barang dari karet yang masing-masing tumbuh 7,5 persen, 7,2 persen, 4,7 persen, dan 4,5 persen. Ringkasan pertumbuhan sektor pertanian dan industri pengolahan nonmigas dapat dilihat pada Tabel I.7. Tabel I.7. PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI NONMIGAS (persen perubahan, y-o-y) 24 25 26 26 Tw 1 Tw 2 Tw 3 SEKTOR PERTANIAN -Tanaman Bahan Makanan 2,9 2,6 2,7 8,4,1 1,1 -Tanaman Perkebunan,4 2,5 3,2 3,6 2,6 3,6 -Peternakan dan Hasil-hasilnya 3,3 2,1 3, 4,2 3,6 2,2 -Kehutanan 1,3-1,5-2,3-1,3 -,7-3,7 -Perikanan 5,6 5,4 6, 5,1 4,4 6,7 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN NONMIGAS -Mknan, Mnman &Tembakau 1,4 2,7 7,2 1,7 5,5 11,8 -Tekstil, Brg Kulit, & Alas Kaki 4,1 1,3 1,2 1,6 1,9,6 -Brg Kayu & Hsl Hutan Lainnya -2,1 -,9 -,7-1,2 1,9-2,2 -Kertas & Barang Cetakan 7,6 2,4 2,1-4,5,3 1,1 -Ppk Kimia & Brg dari Karet 9, 8,8 4,5 2,7 3,8 7,1 -Semen & Brg Galian Nonlogam 9,5 3,8,5-3,5-1,2 -,4 -Logam Dasar Besi dan Baja -2,6-3,7 4,7 4,3 6,4 6,3 -Alat Angkut, Mesin, & Peralatan 17,7 12,4 7,5 11,2 6, 8,2 -Brg Lainnya 12,8 2,6 3,6 1,3 6,7 4,6 Sumber: Diolah dari BPS Tw 4 -,1 3,1 1,9-3,2 7,8 9,8,8-1,1 11,9 4,2 7,3 2, 5,1 1,9 G. PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KESEJAHTERAAN PETANI Pengangguran terbuka menurun. Jumlah angkatan kerja Agustus 26 sebanyak 16,4 juta orang, bertambah sekitar 53 ribu orang dibandingkan November 25. Sementara lapangan kerja yang tercipta bertambah sekitar 1,5 juta dalam periode yang sama. Dengan perkembangan ini, pengangguran terbuka berkurang dari 11,9 juta orang pada bulan November 25 menjadi 1,9 juta orang pada bulan Agustus 26. Kemampuan ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja tahun 26 membaik yaitu sekitar 265 ribu orang untuk setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi [catatan: menggunakan PDB keseluruhan tahun 26 yang tumbuh 5,5 persen]. Pada periode yang sama pekerja tidak penuh meningkat dari 28,9 juta orang (3,7 persen) menjadi 29,1 juta orang (3,5 persen) terutama karena bertambahnya pekerja sukarela. Ringkasan kondisi ketenagakerjaan dapat dilihat pada Tabel 1.8 dan Grafik I.27 dan I.28. Tabel I.8. KONDISI KETENAGAKERJAAN Agustus 24 - Agustus 26 Agt 24 Feb 25 Nov 25 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas (juta) 153,9 155,5 158,5 Angkatan Kerja (juta) 14, 15,8 15,9 - Bekerja 93,7 94,9 94, - Penganggur Terbuka 1,3 1,9 11,9 Bekerja Tidak Penuh (juta) 27,9 29,6 28,9 - Sukarela 14,5 15,3 15, - Terpaksa 13,4 14,3 13,9 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Tingkat Underemployment (%) Sumber: BPS 9,9 29,8 1,3 31,2 11,2 3,7 Feb 26 159,3 16,3 95,2 11,1 29,9 15,7 14,2 1,4 31,4 Agt 26 16,8 16,4 95,5 1,9 29,1 15,3 13,8 1,3 3,5 I 16

Ribu Orang/1% Pertumbuhan Ekonomi 4 3 2 1 Grafik I.27. PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA 1994 1995 1996 2 21 22 23 24 25 26 Per 1% Pertumbuhan Ekonomi Juta Orang 12 1 8 6 4 2 2 1994 1996 1998 2 22 24 26 Dlm Juta Orang Grafik I.28. PENGANGGURAN TERBUKA 12 1 8 6 4 % Total Angkatan Kerja Dlm % Total Angkatan Kerja Ketidakstabilan ekonomi dan rendahnya penciptaan lapangan kerja pada tahun 25 berdampak pada jumlah penduduk miskin Maret 26. Meningkatnya jumlah pengangguran dan tekanan terhadap stabilitas moneter di dalam negeri pada tahun 25 meningkatkan jumlah penduduk miskin. Berdasarkan hasil Susenas Maret 26, jumlah penduduk miskin mencapai 39,5 juta jiwa (17,75 persen), meningkat hampir 4 juta dibandingkan bulan Februari 25 (35,1 juta jiwa atau sekitar 16, persen jumlah penduduk). Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 26 didasarkan pada garis kemiskinan sebesar Rp 152.847,-/kapita/bulan atau 18,4 persen lebih tinggi dibandingkan bulan Februari 25. Jumlah dan persentase penduduk miskin tahun 1996 26 dapat dilihat pada Tabel I.8. Tahun 1996 Des 1998 1999 Agt 1999 2 21 22 23 24 25 26 Sumber: BPS Tabel I.9. JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN Tahun 1996-26 Jumlah (juta orang) Persentase (%) Kota (K) Desa (D) (K +D ) Kota (K) Desa (D) 9,4 24,6 34, 13,4 19,8 17,6 31,9 49,5 21,9 25,7 15,6 32,3 48, 19,4 26, 12,4 25,1 37,5 15,1 2,2 12,3 26,4 38,7 14,6 22,4 8,6 29,3 37,9 9,8 24,8 13,3 25,1 38,4 14,5 21,1 12,3 25,1 37,3 13,6 2,2 11,4 24,8 36,1 12,1 2,1 12,4 22,7 35,1 11,4 19,5 14,29 24,76 39,5 13,36 21,9 (K +D ) 17,5 24,2 23,4 18,2 19,1 18,4 18,2 17,4 16,7 16, 17,75 Kehidupan petani cenderung membaik; namun perbaikan kesejahteraan buruh tani masih lambat. Pendapatan riil buruh tani merupakan salah satu indikasi kemiskinan di Indonesia. Nilai tukar petani sejak bulan November 25 cenderung meningkat. Pada bulan Desember 26, indeks nilai tukar petani [1996:1=1] sebesar 15,8 atau meningkat 7,1 persen dibandingkan bulan Desember 25. Sejak akhir tahun 25, nilai tukar petani dalam kecenderungan meningkat. Rata-rata harga beli gabah kering giling (GKG) dan gabah kering panen (GKP) dalam tahun 26 sebesar Rp 2.413/kg dan Rp 2.11/kg di tingkat penggilingan dan Rp 2.37/kg dan Rp 2.52/kg di tingkat petani, lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 2.25/kg dan Rp 1.73/kg. I 17

Pendapatan riil buruh tani pada bulan Desember 26 turun,2 persen dibandingkan akhir tahun 25. Perkembangan nilai tukar petani, harga rata-rata GKG dan GKP, serta upah riil buruh tani dapat dilihat pada Grafik I.29 I.32. Indeks Nilai Tukar Petani Grafik I.29. NILAI TUKAR PETANI 11 18 16 14 12 1 98 Jan'3 Jul Jan'4 Jul Jan'5 Jul Jan'6 Jul Rp/kg 24 2 16 Grafik I.3. HARGA GABAH KERING GILING (GKG) 12 Jan'3 Jul Jan'4 Jul Jan'5 Jul Jan'6 Jul Tingkat Penggilingan Tingkat Petani Rp/kg 26 22 18 14 Grafik I.31. HARGA GABAH KERING PANEN (GKP) 1 Jan'3 Jul Jan'4 Jul Jan'5 Jul Jan'6 Jul Tingkat Penggilingan Tingkat Petani Indeks Nasional (1996=1) 13 125 12 115 Grafik I.32. UPAH RIIL BURUH TANI 11 Jan'3 Jul Jan'4 Jul Jan'5 Jul Jan'6 Jul I 18