MULTIKULTURALISME USADA BALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

Eksistensi Balian Usada Dalam Pengobatan Pada Masyarakat Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli

BAB I PENDAHULUAN. baik dan lancar. Oleh karena itu semua orang setuju untuk menjaga tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah

A. Guntur H. Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UNS Solo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GAMBARAN PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH BALIAN DI WILAYAH KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSKESMAS MENGWI II KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

Penggunaan Obat Herbal Berbasis Bukti (Evidence-Based Herbal Medicine)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk yang memiliki akal dan pikiran menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, budaya, lingkungan, ekonomi serta politik. Pada kalangan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non. akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN MALPRAKTIK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN

2 obat tradisional asli Indonesia. Berdasarkan riset tersebut 95,60% (sembilan puluh lima koma enam puluh persen) merasakan manfaat jamu. Dari berbaga

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar belakang. Manusia sebagai mahluk berbudaya memiliki kemampuan untuk merubah keadaan dirinya

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha menghindari diri dengan cara menyembuhkan suatu jenis penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional dan obat tradisional sebagai bagian yang tidak dapat diabaikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pengobat tradisional dukun atau tabib.masyarakat memiliki pandangan terhadap

I. PENDAHULUAN. semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

PERANAN RELIGI DALAM PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS (Berdasarkan Data Prasasti) Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi Program Studi Arkeologi.

BOREH. OM SWASTIASTU By Ni Ketut Erika Dewi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Biodiversitas adalah berbagai variasi yang ada di antara makhluk hidup dan lingkungannya Sekitar 59% daratan Indonesia merupakan hutan hujan tropis

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. setiap usaha dituntut agar selalu memiliki keunggulan untuk berbagai produk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INVENTARISASI TANAMAN OBAT DALAM USADA UPAS DALAM BENTUK BUKU ELEKTRONIK ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA JALANAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus adalah suatu kondisi di mana kadar gula di dalam

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR

LARANGAN PENGGUNAAN TENAGA PROFESIONAL KESEHATAN SEBAGAI MODEL IKLAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA TANPA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor jasa yang begitu cepat diantaranya dipicu oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat,

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data yang di peroleh dalam membuat proyek Tugas akhir ini di peroleh dari

IMPLEMENTASI SURAT IZIN PRAKTIK TERHADAP DOKTER DALAM MELAKUKAN PRAKTIK KESEHATAN DI RS. BHAKTI RAHAYU

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal yang wajib

ABSTRAK HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN UMUR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT TRADISIONAL DI APOTEK AULIA BANJARMASIN.

PERKEMBANGAN ASAS PARTISIPASI DALAM PERATURAN USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA TIRTA

merupakan transpormasi dari naskah/kitab sastra, seeperti: kakawin, kidung dan sebagainya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan waktu. Banyak

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjemahan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Di dalam beberapa karya pustaka kuno (naskah kuno) baik langsung

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE ORGAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI JALANAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 NI MADE SETIARI

ABSTRACT The Position Switch Religion of Krama Villager who Staying In the Village area at Katung Village Territory, Kintamani, Bangli

Layakkah Menjadi Political Act. (Menuju Indonesia yang Lebih Sehat: Resolusi atas Konsep dan Implementasi yang Dijalankan)

PENGATURAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG

TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER KEPADA PASIEN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK

Kata Kunci: konsep sehat dan sakit, health seeking behavior, health system model. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. apoteker Indonesia, masih belum dapat menerima jamu dan obat herbal terstandar

Gambar 1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Bulanan ke Indonesia Tahun (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Transkripsi:

MULTIKULTURALISME USADA BALI Program Studi Kesehatan Ayurweda, Fakultas Kesehatan Denpasar E-mail : idabagussuatama60@gmail.com Abstrak Dua sistem pengobatan yang berkembang di era milenial saat ini adalah sistem Bio Medis kedokteran dan sistem Bio Kultural atau pengobatan tradisional. Usada Bali merupakan sistem pengobatan tradisional Bali yang sampai sekarang masih dilakukan di Bali. Usada Bali merupakan turunan dari Ayurweda. Ayurweda merupakan bagian dari Upaweda, sedangkan Upaweda merupakan bagian dari Weda Smerti. Masuk ke Bali pada abad X pada jaman Pemerintahan Raja Udayana. Sistem Usada Bali dasarnya adalah Empiriko Logis Magis Religius (pengalaman yang masuk akal dan ada unsur magis dan religious). Sistem pengobatan tradisional oleh WHO diakui sebagai Tradisional Medicine / Complementary and Alternative Medicine (TM/CAM). Kedatangan Dokter Wolfgank Von Wack tahun 1937 bertugas di Bali merupakan sebuah petunjuk bahwa Usada Bali kena pengaruh modernism. Secara legal formal sistem pengobatan Usada Bali mulai selangkah demi selangkah terpinggirkan. Dengan adanya regulasi Dasar Hukum legal formal dari Pemerintah tentang Pengobatan Tradisional, Usada Bali mulai mendapat perhatian. Gubernur Bali saat ini telah mempublikasikan dan akan menyediakan media bagi para Balian untuk praktek. Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) menyatakan Balian dapat bersinergi bila telah melewati standarisasi Fitofarmaka yang berlaku. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Rektor menyambut dengan baik regulasi ini. Sekarang kesempatan dunia akademik mendapat peran lebih banyak agar Sistem Pengobatan Usada Bali semakin maju. Dalam penelitian ini diajukan tiga masalah yaitu: (1) Bagaimanakah eksistensi Usada Bali? (2) Bagaimanakah Usada Bali dalam multikulturalisme? (3) Dapatkah Usada Bali menunjang kehidupan masyarakat Bali? Kata Kunci: Multikulturalism, Usada Bali Abstract The two medical systems that developed in the millennial era are Bio medical systems of medicine and Bio Cultural systems or traditional medicine. Usada Bali is a system of traditional Balinese medicine which is still carried out in Bali. Usada Bali is derived from Ayurvedic medicine. Ayurvedic is part of Upaweda, while Upaweda is a part of Vedic Smerti. Entered Bali in the X century in the era of King Udayana's reign. The Usada Bali system is basically the Logical Empiricist Magical Religion (a reasonable experience and there are magical and religious elements). The traditional medical system by WHO is recognized as Traditional Medicine / Complementary and Alternative Medicine (TM / CAM). The arrival of Doctor Wolfgank Von Wack in 1937 serving in Bali was a clue that Usada Bali was affected by modernism. Formally, the Usada Bali medical system starts step by step marginalized. With the existence of basic regulations on formal legal law from the Government regarding Traditional Medicine, Bali Usada began to get attention. The current Governor of Bali has published and will provide media for the Balians to practice. The Chairperson of IDI (Indonesian Doctors Association) stated that Balian could work together if it had passed the applicable Fitofarmaka standardization. Head of Bali Provincial Health Office and Chancellor of the Indonesian Hindu University welcomed the regulation. Now the opportunity for the academic world to get a greater role so that the Usada Medical System in Bali will progress. In this study three problems were proposed, namely: (1) How is the existence of Usada Bali? (2) How is Usada Bali in multiculturalism? (3) Can Usada Bali support the lives of Balinese people? Keywords: Multiculturalism, Usada Bali

1. Pendahuluan Dalam Antropologi Medis, secara teoritis sistem pengobatan dibagi menjadi 2 yaitu, sistem medis modern dan sistem medis tradisional, seperti yang dijelaskan oleh Sikkink (2009;3) Within medical anthropology a distinction is often made between biomedicine, or western medical sistem and ethno medicine, or the local system of indigenous beliefs and practices surrounding health and illness. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa sistem medis modern adalah sistem biomedis (biomedicine) yang berkembang di dunia barat. Sedangkan sistem medis tradisional adalah etnomedis (ethno medicine) yang berkembang pada sistem pengobatan lokal dan berbagai kepercayaan kesehatan yang berkembang di berbagai etnis. Kedua sistem ini masingmasing berdiri sendiri menurut sistem pengobatan atau konsep dan teori yang mendasari (Foster and Anderson 2013;1) Pengertian multikulturalisme memiliki dua ciri utama, yaitu (1) kebutuhan terhadap pengakuan (the need of recognition) dan (2) legitimasi keragaman budaya atau pluralisme budaya. Multikulturalisme adalah sebuah idiologi yang mengakui perbedaan dalam kesederajatan. Multikulturalisme merupakan uraian dari teori perbedaan yang diilhami gagasan posmodernisme. Paradigma multikulturalisme merupakan perbedaan sebagai suatu kerja yang ada didalamnya untuk menghargai banyak kelompok dan narasi khas mereka masing-masing. (Triguna, 2008, 124) 2. Sejarah Singkat Usada Bali Prof. dr. I Gusti Ngurah Nala dalam majalah USADHA (hal. 4 Edisi 1 2007) menjelaskan secara panjang lebar sejarah usada di Bali. Ketika masalah pengobatan telah berkembang pesat di India terjadi hubungan langsung antara India dan Indonesia pada abad V. Hubungan yang erat antara Bali dan Jawa mulai terjadi pada abad ke X, ketika Raja Dharma Udayana menikah dengan Putri Mahendradatta dari Jawa Timur. Disusul dengan kedatangan seorang Mpu dari Jawa Timur yang diberi gelar Mpu Kuturan. Beliau menata pulau Bali dalam segala hal, baik pemerintah, tempat suci, awig-awig dan masalah kesehatan. Masalah kesehatan ini secara jelas disebut dalam Lontar Taru Pramana. Pada pemerintahan Raja Waturenggong di Gelgel Bali (tahun 1460-1550), datanglah seorang Bhagawan dari Jawa Timur yang bernama Dang Hyang Dwijendra. Pada jaman ini penulisan naskah usada mendapat prioritas utama, dalam penataan keterampilan dan kemampuan secara professional, masing-masing ada Ista Dewatanya atau aktornya, contoh : Bhagawan Wrhaspati sebagai Mpu nya ajaran agama Bhagawan Wiswakarma sebagai Mpu nya ajaran menata bangunan, daerah dan tata kota Bhagawan Mredu sebagai Mpu nya Jyotisa atau Wariga Bhagawan Kasyapa sebagai Mpu nya Usada atau para Balian. (Pusdok, 26; 1996) 3. Jenis-Jenis Balian Dalam buku Heilkunde und Volkstum auf Bali oleh dr. Wolgang von Weck (1937) dan dalam buku Usada Bali oleh I Gusti Ngurah Nala (1993) telah dipaparkan tentang jenis-jenis balian yang ada dalam masyarakat Bali yang mana sebagai praktisi Usada Bali, anatara lain: Balian Ketakson, yaitu Balian yang memanggil Ista Dewata nya untuk memasuki tubuhnya sehingga balian tersebut Ketakson / Kerasukan / Trance. Makanya balian tersebut dinamakan Balian Ketakson. Balian Kapican, yaitu Balian yang menggunakan sarana berupa keris, permata, bagian-bagian dari tumbuhan atau binatang. Sarana ini didapat saat melakukan persembahyangan atau meditasi dengan kusuk, sarana ini disebut Pica / pemberian dari alam gaib. Balian Usada, yaitu Balian yang menggunakan acuan dari kepustakaan

Usada, keterampilan ini didapatkan dari mempelajari Lontar-Lontar Usada ditambah dengan adanya faktor keturunan, sehingga Balian Usada menjadi mantap. Balian Campuhan, yaitu Balian yang menggunakan teknik campuran dari keterampilan tersebut diatas, tidak tertutup kemungkinan seorang praktisi kesehatan modern merangkap sebagai Balian Usada Bali. Angelo Hobart menyatakan As long as the Hindu religion remain steadfast, people will continue to believe the seen and umseen worlds, and there will be traditional healers. (Selama orang-orang yakin dengan agama Hindu, akan tetap ada kepercayaan sekala dan niskala, selama itu balian akan tetap ada. (Mbete, 1988) Prastika (2017) dalam disertasinya berjudul Yoga Sastra Laku Mistik Balian Usada Bali menemukan bahwa pengakuan dan penghargaan masyarakat Bali terhadap Balian masih tinggi, sehingga menjadi tantangan bagi para Balian untuk mengembangkan pengetahuan dalam bidang pengobatan, termasuk melalui Yoga Sastra. Yoga Sastra adalah salah satu bentuk yoga dengan jalan mempelajari sastra-sastra usada dan Ayurweda. 4. Sumber Bahan Tamba atau Obat Usada Bali Ada beberapa jenis bahan obat dalam praktek pengobatan tradisional Usada Bali, antara lain: a. Taru Pramana / Pohon Berkhasiat Obat Taru Pramana sungguh populer dalam masyarakat Bali sebagai bahan obat keluarga. Taru Pramana ini mulai dari bunga, daun, buah, batang, kulit, akar, dan umbi dapat dipergunakan sebagai bahan obat. Agar tidak membingungkan karena banyaknya jenis tanaman yang dapat dijadikan obat, sebaiknya diklasifikasikan terlebih dahulu. Klasifikasi Taru Pramana yang ada di Bali dibandingkan dengan ilmu-ilmu eksakta Hindu Kuna yang ditulis oleh Prof. Dr. Tjokorda Rai Sudarta, MA, dkk memiliki kemiripan dalam klasifikasinya, antara lain; Wanaspati, yaitu pohon besar berbuah tanpa bunga (Pohon Beringin, Bunut, Ara, dll) Wriksa, yaitu pohon besar berbuah dan berbunga (Pohon Asem, Kemiri, Jeruk Bali, Cempaka, dll) Taru Lata, yaitu tumbuhan yang merambat (Sirih, Brotowali / Kantawali, Gadung, Tabya Bun, dll) Gulma, yaitu tumbuhan perdu dan semak (silaguri, awar-awar, kem, gunggum,dll) Trena, yaitu rumput-rumputan (alang-alang, adas, pegagagsn, kasegseg / krokot, dll) b. Sato Pramana / Bahan Obat yang Berasal dari Binatang Bahan obat yang berasal dari binatang, baik itu berasal dari minyaknya, kencingnya, tahinya, madunya, susunya, dll. Selain Taru Pramana sebagai sumber obat, lontar-lontar Usada menyebut seperti baem wadak / cula badak, reptil, sapi, kuda, cacing tanah, lebah, dll sebagai sumber bahan obat, yang penting bisa memilih, cara olah dan cara pakainya. (Nawa Usada Bali dan Tutur Usada) c. Toya Pramana / Bahan Obat yang Berasal dari Air Bahan obat yang memakai air sebagai bahan utama dan sebagai penyerta obat, yaitu air laut, air hujan, air sungai, air danau, air bendungan, air kolam, air dari buah, air perasan daun, air pancoran, embun, salju, air kencing, air cucuran atap, air susu ibu, air kumkum, dll. Toya Pramana ini terinspirasi dari lontar Usada Banyu / Usada We / Water Therapy Usada Bali. d. Bayu Pramana / Power of Mind Para Balian dianggap memiliki kekuatan lebih oleh masyarakat, termasuk memiliki taksu / kharisma / power of mind, sehingga balian dalam prakteknya menggunakan daya magis ini untuk kesembuhan pasiennya. Kekuatan magis ini didapatkan dari ketekunan dalam melakukan Dyana / meditasi, sembahyang, dan konsultasi dengan Balian Senior. Hal ini terinspirasi dari Usada Tiwas Punggung dan Dharma Sunia. 5. Kepustakaan Usada

Kepustakaan Usada Bali telah diteliti tahun 1937 oleh dokter Wolfgang Von Weck orang Jerman yang bekerja pada Pemerintahan Belanda yang berkantor di Singaraja. Kurang lebih 150 Cakep lontar sudah habis dibaca oleh timnya dan disalin dalam buku Heilkunde und Volkstum auf Bali. Kepustakaan Usada tersimpan diberbagai lembaga dan rumahrumah penduduk. Kepustakaan Usada tersebut antara lain: Usada Rare Pediatric Usada Dalem Internal Medicine Usada Edan Psychiatry Usada Kacacar Smallpox Usada Cukildaki Dermatology Usada Kamatus Venereology Usada Manak Obstetric Genecology Usada Gondong Goiter Disease Usada Banyu Water Therapy Kuranta Bolong, Tutur Usada, Budha Kecapi / Psikologi Cecarcan Jadma Usada Taru Premana Usada Netra Usada Pengraksa Jiwa Tatengerin Wong Agering / Diagnosa (UPT. Lontar ; 2016, hal. 1) 6. Tatengering Wong Agering / Diagnosa Dalam kepustakaan Tatengering Wong Agering disebutkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan cermat oleh para Balian sebelum menetapkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Selanjutnya para Balian menentukan obatnya dan cara perawatannya. Tatengering Wong Agering / diagnosa antara lain, Netra Pariksa pemeriksaan pada mata pasien, seperti: warnanya, geraknya, cairan yang keluar dari matanya Carma Pariksa pemeriksaan pada kulit pasien Nadi Pariksa pemeriksaan pada denyut nadi pasien, keras lemahnya denyut nadi Naka Pariksa pemeriksaan pada kuku pasien Jihwa Pariksa pemeriksaan pada lidah dan mulut pasien Mutra Pariksa pemeriksaan pada air kencing pasien, seperti volumenya, warnanya, intensitasnya, aromanya Mala Pariksa pemeriksaan pada hasil buang air besar pasien, seperti volumenya, warnanya, bentuk dan aromanya. 7. Pangiwa Panengen Pangiwa Panengen merupakan aliran yang berkembang sehingga kadang-kadang masyarakat bertanya apakah Balian itu Panengen / Penolong atau Pengiwa / Black Magic? Semenjak pengaruh Bhairawa mempengaruhi Bali (abad ke 13) aliran ini mulai diminati. Bhairawa jika dilihat dari tattwa nya adalah penyatuan dengan dewa Siwa yang disebut dengan Wiwaha / Sanggam. Aliran ini dibagi menjadi dua yaitu, Panengen / white magic/ Balian / pelindung / penolong. Pangiwa / black magic / perusak / penghancur / leak. Jika menjadi Balian harus berada di posisi Panengen. Hal ini banyak dimuat dalam Wraspati Tattwa, Jnana Tattwa, Ganapati Tattwa, Pangerehan, Tampur Talo (Nala, 2006, hal. 96 dan Taksu,2018, Edisi 266 Jejak Bhairawa di Bali, hal. 64) 8. Cara Olah, Cara Pakai dan Ukuran / Takaran / Dosis dalam Usada Bali Terdapat beberapa cara dalam pengolahan Usada Bali, antara lain A. Cara Olah :. 1. Rebus. 2. Kukus 3. Goreng 4. Bakar 5. Remas 6. Tumbuk 7. Ulek 8. Fermentasi dll B. Cara Pakai Terdapat beberapa cara dalam pemakaian / penggunaan Usada Bali, antara lain 1. Sembur / Simbuh 2. Tetes / Tutuh 3. Balur / Boreh 4. Minum 5. Makan 6. Hirup 7. Cocor 8. Mandi 10. Tempel / Kompres 9. Telan / Uluh 11. Oles 12. dll C. Ukuran / Takaran / Dosis Terdapat beberapa macam ukuran / takaran / dosis dalam Usada Bali, antara lain

1. Sehelai 2. Beberapa Biji 3. Segenggam 4. Seiris 5. Sejumput 6. Sebatang 7. Ukuran waktu ngunyah sirih, sehari, tiga hari 8. dll 9. Sistem Usada Bali ISTA DEWATA PASIEN BALIAN SARANA PRASARANA HASIL SEMBUH GAGAL STAG/NANENG Di tengah-tengah kemapanan sistem medis modern, rupanya pengobatan Usada Bali tidak serta-merta kehilangan panggung. Masih kuatnya kepercayaan sebagian masyarakat terhadap penyebab penyakit nonmedis menjadi salah satu alasan praktik pengobatan Usada Bali masih diminati. Hal ini sejalan dengan Nala (1993:2) yang menyatakan bahwa masyarakat Hindu di Bali umumnya percaya jika penyakit dapat disebabkan oleh dua penyebab atau kausa, yakni kausa sakala dan kausa niskala. Semakna dengan pandangan Foster dan Anderson (1978:45) bahwa menurut masyarakat tradisional penyebab penyakit (etiologi) dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni kausa naturalistik dan kausa personalistik. Namun dalam konteks yang lain, juga kebertahanan pengobatan Usada Bali tersebut menunjukkan kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan. 10. Regulasi Pemerintah Setelah lama terhegemoni oleh sistem pengobatan modern, sekarang mulai diterbitkan beberapa peraturan tentang pengobat tradisional. Dengan harapan setapak demi setapak Pengobat Tradisional Usada Bali mampu bersinergi dengan sistem pengobatan modern. Dalam Garis Besar Haluan Negara 1988 telah dicantumkan bahwa penggunaan obat dan pengobat tradisional dikembangkan terus, hal ini terkait erat dengan penggunaan biaya mahal, kita juga sebagai penerus diharapkan untuk melestarikan warisan budaya bangsa. Warisan budaya berupa pengobatan tradisional nyata-nyata telah diakui masyarakat dan nilainya perlu dikaji serta disesuaikan dengan ilmu dan teknologi yang terus berkembang. Usada Bali sempat mengalami stagnasi yang disebabkan oleh, antara lain (1) alih fungsi lahan yang tidak terkontrol sehingga tidak tersedia lahan yang cukup untuk membudidayakan tanaman obat; (2) Taru Pramana atau tanaman obat di rumah tangga mulai digantikan dengan tanaman hias; (3) citra balian kalah dengan citra dokter; (4) kurangnya promosi; (5) sistem multilevel marketing yang mengkomersilkan obat-obatan alternatif dari luar Bali; (6) kepustakaan kesehatan tradisional terutama Ayurveda dan lontar-lontar usada berkurang peminatnya; (7) infrastruktur dan fasilitas sistem medis modern, seperti puskesmas, klinik, rumah

sakit, alat-alat kesehatan, dan lembaga pendidikan berkembang pesat, sebaliknya infrastruktur dan fasilitas pemerintah bagi pengobatan tradisional sangat minim bahkan nihil; (8) pemberdayaan pengobatan tradisional tidak berjalan dengan baik; dan (9) masih adanya pandangan masyarakat bahwa pengobatan tradisional irasional, hanya memberikan harapan tanpa kepastian (Majalah Sarad, No. 48, Edisi April, hal. 9) Di Bali telah pernah terbit Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 180/DIPDA/1991 tanggal 1 April 1991, tentang pengobatan tradisional. Dengan Surat Keputusan itu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. I Dewa Putu Sudana, M.Pd, membentuk tim untuk mengumpulkan tanaman-tanaman obat yang bersumber dari Usada Bali dan beberapa buku tentang tanaman obat dalam Usada Bali telah diterbitkan, belakangan terbitlah peraturanperaturan dari Kementrian Kesehatan Pusat, antara lain, Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 1076/menkes/sk/vii/2003 (tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional) Peraturan Pemerintah R.I. No 103 thn 2014 (tentang pelayanan kesehatan tradisional) Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No 9 thn 2016 (tentang upaya pengembangan kesehatan tradisional) Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No 37 thn 2017 (tentang pelayanan kesehatan tradisional integritas) Berdasarkan regulasi tersebut diatas terdapat pengobat tradisional / balian yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu (1). Pengobat Tradisional Empiris (2). Pengobat Tradisional Komplementer, dan (3). Pengobat Tradisional Terintegrasi. 11. Usada dan Pariwisata Pada tahun 2001 sebanyak 30 orang wisatawan asal Swedia berkunjung ke Bali. Profesi mereka adalah sebagai pedagang bahan obat dan ramuan tradisional. Bahan obat dan ramuan yang dipakai di Swedia semuanya diimpor dari luar negeri dan tidak ada dari Indonesia / Bali, setelah di Bali mereka sangat tertarik melihat berbagai macam tanaman obat Usada Bali. Mereka juga tertarik dengan tatacara Balian terutama dalam cara urut, pijat, apun, loloh, boreh, dll Setelah melalui perjalanan yang jauh para wisatawan dari tempat asalnya mereka akan merasa lelah setelah sampai di tujuan. Tenaga dan minat untuk segera melakukan kunjungan akan menurun, karena masih terasa lelah. Oleh sebab itu masalah ini perlu diantisipasi agar tenaganya pulih kembali. Pusat kebugaran fisik, mandi uap, minum minuman penyegar tubuh, melakukan pijat dan urut tradisional perlu diupayakan. Berbagai cendera mata dapat pula dibuat yang berkaitan dengan bagian dari tanaman usada yang dapat dipergunakan sebagai obat. Bagian dari tanaman ini dkemas sedemikian rupa sehingga menarik dan tahan lama. Mandi di pancuran kolam atau mandi spa misalnya yang memanfaatkan berbagai bunga serta ramuan usada sebagai tambahannnya. Industri pariwisata dapat mengemas hal-hal tersebut sedemikian rupa dengan cara dimodifikasi dari bahan alami, sehingga layak dijual untuk kepentingan wisatawan. (Nala, makalah Usada Bali dan Pariwisata) 12. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu 1. Usada sebagai warisan budaya di bidang pengobatan tradisional Bali, perlu dikembangkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Usada merupakan bagian sistem pengobatan holistik dalam multikulturalisme yang bercirikan kebutuhan akan pengakuan dan legitimasi keragaman budaya pengobatan. 3. Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dunia berpeluang mengangkat Usada atau pengobatan tradisional sebagai salah satu penunjang pariwisata di Bali b. Saran Untuk kemajuan Usada Bali hendaknya para cendikiawan di bidang kesehatan melakukan penelitian lebih intensif. Regulasi perlu disikapi secara positif agar Usada Bali selangkah demi selangkah semakin maju. Pelaku pariwisata hendaknya memperhatikan Usada Bali sebagai aset budaya yang telah mengakar di masyarakat etnis Bali, layak diperkenalkan dan ditawarkan sebagai salah satu penunjang kepariwisataan di Bali.

DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat I Bali. 1991/1992. Tanaman Obat Dalam Lontar Usada Vol. VIII. Denpasar Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat I Bali. 1992/1993. Tanaman Obat Dalam Lontar Usada Vol. IX. Denpasar Foster and Anderson. 1978. Antropologi Kesehatan. UI Press. Jakarta Kantor Dokumentasi Kebudayaan Bali. 1996. Bhuwana Mahbah. Denpasar Mbete, Aron Meko. 1988. Proses dan Protes Budaya. BP. Press. Denpasar Nala, N. 1993. Usada Bali. PT. Upada Sastra. Denpasar. 2006. Usada Bali dan Pariwisata.. Denpasar Prastika, I Nyoman. 2017. Yoga Sastra Laku Mistik Balian Usada Bali (Disertasi).. Denpasar Pulasari, Jro Mangku. 2009. Nawa Usada Bali, Paramita Surabaya Sudira, I Made. 1997. Tutur Usada. Paramita Surabaya Sudharta, Tjok Rai. 2001. Ilmu-ilmu Pengetahuan Eksakta Hindu Kuno. Paramita Surabaya Triguna, IBG Yudha. 2008. Kebudayaan dan Modal Budaya Bali Dalam Teropong Lokal, Nasional, Global. Widya Dharma Denpasar Weck, Wolfgang von. 1937. Heilkunde und Volkstum auf Bali. Niederlandisch Majalah Majalah Usadha, Edisi I. 2007 Majalah Suara Balian, Volume I. 2008 Majalah Taksu, Edisi 266. 2018 Majalah Sarad, Edisi April no. 48. 2004 Koran Jawa Pos, Radar Bali. 11 November 2018