KARAKTERISTIK REPRODUKSI KERBAU RAWA DALAM KONDISI LINGKUNGAN PETERNAKAN RAKYAT ABSTRAK



dokumen-dokumen yang mirip
PERFORMAN REPRODUKSI KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) DI KABUPATEN MALANG.

PERFORMAN REPRODUKSI KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) DI KABUPATEN MALANG. Suhendro Dwi. W 1, Gatot Ciptadi 2 dan Suyadi 2

PRODUKSI SUSU, REPRODUKSI DAN MANAJEMEN KERBAU PERAH DI SUMATERA BARAT MILK PRODUCTION, REPRODUCTION AND MANAGEMENT OF SWAMP BUFALLO IN WEST SUMATERA

DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS KERBAU DI JAWA : STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG

Kata Kunci : Kerbau Betina, Karakteristik Reproduksi, Tingkat Kesuburan. Keyword: Female Buffalo, Reproductive Characteristics, Fertility Rate

KARAKTERISTIK SISTEM PEMELIHARAAN KERBAU RAWA DI KALIMANTAN SELATAN

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

PEMASARAN KERBAU RAWA DI WILAYAH BANUA ENAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

STRATEGI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU RAWA DI KALIMANTAN SELATAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KERBAU RAWA DI KALIMANTAN SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

KERAGAAN USAHA TERNAK KERBAU RAWA DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

Karakteristik Morfologis Dan Reproduksi Kerbau Pampangan Di Propinsi Sumatera Selatan ABSTRAK Kata kunci PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

(Reproduction Performance of Female Mud Buffalo (Bubalus Bubalis) In West Simeulue District Simeulue Regency)

PENDAHULUAN. Hasil sensus ternak 1 Mei tahun 2013 menunjukkan bahwa populasi ternak

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Umum Lokasi Penelitian di Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar dengan luas lebih kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

PRODUKTIVITAS KERBAU RAWA DI KECAMATAN MUARA MUNTAI, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI MARIA LITA

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang

DAYA DUKUNG LAHAN RAWA SEBAGAI KAWASAN SENTRA PENGEMBANGAN KERBAU KALANG DI KALIMANTAN SELATAN

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak

PENYIGIAN KARAKTERISTIK REPRODUKSI KERBAU SUMBAWA

IV HASIL dan PEMBAHASAN

5 KINERJA REPRODUKSI

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

KARAKTERISTIK KERBAU KALANG (RAWA) SEBAGAI PLASMA NUTFAH DI KALIMANTAN SELATAN. (Characteristics of Swamp Buffalo as Germ Plasm in South Kalimantan)

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

KARAKTERISTIK KERBAU RAWA KALIMANTAN SELATAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

PENENTUAN DAN PENGENDALIAN SIKLUS BERAHI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KERBAU

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

IDENTIFIKASI MANAJEMEN REPRODUKSI TERNAK PADA TIGA KELOMPOK PETERNAK KERBAU MELALUI DINAMIKA KELOMPOK

HASIL DAN PEMBAHASAN

INOVASI TEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU

STUDI PERMINTAAN PASAR KERBAU RAWA DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN LAHAN RAWA DAN PROGRAM KECUKUPAN DAGING DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

POTENSI, PERAN DAN PERMASALAHAN BETERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERBAU RAWA, ALTERNATIF TERNAK POTONG MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING DI KALIMANTAN SELATAN

TANDA-TANDA ESTRUS DAN TINGKAH LAKU KAWIN KERBAU MURRAH (Bubalus bubalis) Nur Ari Murni Hasibuan

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

PRODUKTIVITAS INDUK KERBAU RAWA (Bubalus bubalis) DITINJAU ASPEK KINERJA REPRODUKSI DAN UKURAN TUBUH DI KECAMATAN TEMPURSARI KABUPATEN LUMAJANG

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

KONDISI PETERNAKAN KERBAU DI DESA TAMBAKBOYO KECAMATAN AMBARAWA, KABUPATEN SEMARANG

PRODUKTIVITAS, POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KERBAU BELANG DI KECAMATAN SANGGALANGI, KABUPATEN TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Pedaging

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

JURNAL TERNAK Vol. 06 No.01 Juni

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

SKRIPSI. STRATEGI PENGEMBANGAN KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) SEBAGAI SUMBER DAYA LOKAL DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR

PERFORMANS REPRODUKSI TERNAK KERBAU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

Sistem Usahatani Integrasi Tanaman Pangan dengan Kerbau Lumpur (Bubalus bubalus) di Kabupaten Brebes

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

POTENSI SUMBERDAYA TERNAK KERBAU DI NUSA TENGGARA BARAT

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah transaksi domba antara pengepul atau pembeli

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. membeli ternak kerbau di Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng, Desa Ciwareng,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Transkripsi:

BIOSCIENTIAE Volume 2, Nomor 1, Januari 2005, Halaman 43-48 http://bioscientiae.tripod.com KARAKTERISTIK REPRODUKSI KERBAU RAWA DALAM KONDISI LINGKUNGAN PETERNAKAN RAKYAT UU. Lendhanie Program Studi Ternak, Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian tentang Karakteristik Reproduksi Kerbau Rawa Dalam Kondisi Lingkungan Peternakan Rakyat telah dilaksanakan di desa Sapala, kecamatan Danau Panggang, kabupaten Hulu Sungai Utara. Penelitian ini menggunakan metode survey. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dan kuisioner. Penelitian bertujuan untuk mengkaji bagaimana umur pubertas, berahi, kebuntingan, selang kelahiran dan daya reproduksi kerbau rawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerbau rawa mempunyai karakteristik reproduksi sebagai berikut : 1) Umur dewasa kelamin 2-3 tahun; 2) Panjang siklus berahi tidak diketahui; 3) Lama periode berahi 4-7 hari; 4) Lama kebuntingan satu tahun; 5) Berahi kembali setelah melahirkan 3-6 bulan; 6) Selang kelahiran 18-24 bulan; dan Daya reproduksi 10-15 ekor anak selama hidup. Kata kunci : Kerbau rawa, reproduksi, survey PENDAHULUAN Kerbau rawa (Bubalus bubalis), yang dalam bahasa Banjar sering disebut hadangan atau kerbau kalang, merupakan plasma nuftah Propinsi Kalimantan Selatan. Kerbau rawa memiliki ciri spesifik berupa tanduk melingkar panjang ke belakang, warna abu-abu coklat, bentuk tubuh yang gempal padat dan berisi yang membuktikan bahwa kerbau ini mampu mengubah pakan yang berkualitas rendah Program Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

BIOSCIENTIAE. 2005. 2(1): 43-48 berupa rumput dan pakan lainnya menjadi daging. Pada umur 1 tahun beratnya mencapai 195-200 kg, panjang badan 95,4-97,6 cm dan lingkar dada 135,7-138,4 cm. Kerbau rawa dewasa berumur 3 tahun mencapai berat badan 400-500 kg dengan panjang badan 128-138 cm dan lingkar dada 174,6-177,0 cm (BPTP, 2002). Kerbau Rawa sudah lama beradaptasi pada daerah rawa monoton yang tidak ditanami seluas 2.651.002 hektar. Rawa tersebut tersebar di lima kabupaten yaitu Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Banjar dan Barito Kuala. Populasi kerbau rawa terbanyak terdapat di kabupaten Hulu Sungai Utara yaitu di kecamatan Danau Panggang dengan total populasi 6.439 ekor dan luas lahan penggembalaan 61.000 Ha yang tersebar di tujuh desa yaitu Palbatu, Bararawa, Salapa, Ambahai, Tapus Dalam, dan Danau Cermin (Dinas Peternakan Kalimantan Selatan, 2004). Pada tahun 1995 populasi kerbau rawa mencapai 15.000 ekor dan mengalami penurunan menjadi 10.000 ekor pada tahun 2001. Hal ini selain disebabkan oleh tingkat pemotongan yang tinggi yaitu 10% per tahun, juga oleh rendahnya pertambahan populasi yang hanya 0,64 % pertahun (BPTP, 2002). Menurut Toelihere (1981), rendahnya peningkatan populasi ini terutama disebabkan oleh rendahnya tingkat reproduksi. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya tingkat reproduksi kerbau Rawa adalah kurangnya pengetahuan dan perhatian peternak terhadap aspek-aspek reproduksi. Informasi tentang karakter reproduksi kerbau rawa di Kalimantan Selatan sampai saat ini belum banyak diketahui, sehingga penelitian semacam itu perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana umur pubertas, berahi, kebuntingan, selang kelahiran dan daya reproduksi kerbau rawa dalam kondisi lingkungan peternakan rakyat. 44

Lendhanie Karakteristik reproduksi kerbau rawa METODE Penelitian dilaksanakan di Desa Sapala, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Penarikan sampel berdasarkan metode purposive atau dilakukan pemilihan secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Adapun populasi dalam penelitian ini terdiri dari 30% kepala keluarga petanipeternak yang ada di desa tersebut. Data primer bersumber dari peternak yang terpilih sebagai responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai intansi yang terkait dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dan teknik kuesioner. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianaliasis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem pemeliharaan kerbau rawa di lokasi penelitian dilakukan secara ekstensif tradisional, yaitu digembalakan di daerah rawa (floating system). Pada musim air pasang, setelah digembalakan kerbau masuk kalang untuk istirahat pada malam hari, sedangkan pada musim air surut kerbau tidak pulang kandang melainkan tersebar di padang penggembalaan. Peranan peternak sangat kecil dalam aspek reproduksi. Peranan yang paling menonjol adalah pengawasan supaya ternak tidak tersesat dan dapat bersatu dalam kelompoknya. Umur Pubertas Umur pubertas kerbau rawa tidak diketahui dengan pasti. Meskipun demikian, berdasarkan umur kelahiran pertama yaitu 3-4 tahun diperkirakan konsepsi pertama terjadi pada umur 2-3 tahun. Umur konsepsi pertama ini dapat dijadikan patokan sebagai umur dewasa kelamin dengan asumsi lama kebuntingan selama 12 bulan. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Guzman (1980) yaitu umur pubertas kerbau Thailand selama empat tahun, maka kerbau rawa mencapai pubertas 45

BIOSCIENTIAE. 2005. 2(1): 43-48 lebih cepat. Akan tetapi pencapaian pubertas ini lebih lambat daripada kerbaukerbau rawa yang terdapat di Philipina dan Malaysia. Menurut Chantalakhana (1980) kerbau rawa di Malaysia mencapai pubertas pada umur 2,5 tahun. Kerbau rawa di Philipina umur pubertasnya berkisar antara 20-30 bulan (Guzman, 1980). Siklus Berahi dan Lama Berahi Siklus berahi kerbau rawa di desa Sepala tidak diketahui. Hal ini disebabkan peternak tidak pernah melakukan pengamatan berahi sehubungan keberadaan kerbau yang selalu di dalam air rawa. Menurut Castillo (1981) panjang siklus berahi kerbau rawa adalah 20-22 hari. Para peneliti lainnya menyatakan bahwa kerbau rawa Thailand memiliki siklus berahi 21 hari sedangkan di Philipina siklus berahi kerbau rawa selama 20 hari (Guzman, 1980). Lama berahi pada kerbau rawa adalah selama tujuh hari. Hal ini sangat jauh berbeda dengan hasil penelitian Mongkopunya (1980) yang menyatakan bahwa lama berahi kerbau rawa adalah 32 jam, begitu pula halnya dengan pendapat Guzman (1980) yang menyatakan lama berahi kerbau rawa berkisar anatara 1-36 jam atau rata-rata 32 jam. Perbedaan ini disebabkan oleh kesalahan peternak dalam pengamatan berahi. Peternak melihat kerbau betina selama tujuh hari selalu dikerubuti pejantan. Padahal penentuan lama berahi harus melihat tingkah laku kerbau betina terhadap pejantan, bukan tingkah laku jantan terhadap betina. Menurut McDonald (1977) lama berahi berkisar antara waktu penerimaan pertama sampai penolakan terakhir. Lama Kebuntingan Lama bunting adalah suatu aspek yang mempengaruhi selang kelahiran. Lama bunting pada kerbau rawa dari semua responden sepakat yaitu selama satu tahun. Angka yang pasti tidak diketahui karena tidak diketahuinya waktu konsepsi. Menurut Guzman (1980), kerbau rawa memiliki lama bunting berkisar antara 320-325 hari. Sedangkan Mongkopunya (1980) menyatakan lama bunting kerbau rawa 46

Lendhanie Karakteristik reproduksi kerbau rawa adalah 336 hari. Menurut Toelihere (1981) perbedaan lama kebuntigan bisa disebabkan oleh manajemen, pakan, dan iklim lingkungan. Berahi Setelah Kelahiran Apabila masa kebuntingan telah mencukupi maka akan terjadi fase kelahiran atau partus. Setelah peristiwa kelahiran organ reproduksi, terutama uterus, akan mengalami proses penyembuhan yaitu kembali keukuran semula pada saat tidak bunting. Proses ini disebut dengan istilah involunsi uterus. Setelah involusi uterus selesai maka akan terjadi berahi kembali. Proses berahi setalah melahirkan pada tiap individu berbeda-beda bergantung kepada lamanya proses involusi uterus. Pada kerbau rawa di Danau Panggang, berahi kembali terjadi selama 3-5 atau rata empat bulan setelah melahirkan. Hal ini berbeda dengan Guzman (1980) yang menyatakan bahwa pada kerbau rawa berahi setelah melahirkan adalah 35 hari. Calving Interval Setelah kerbau mengalami berahi kembali setelah melahirkan maka siklus reproduksi akan diulang kembali sampai pada kebuntingan berikutnya. Jarak antara dua kebuntingan yang berurutan disebut selang kelahiran atau calving interval. Panjang calving interval sangat bervariasi pada kerbau rawa bergantung kepada semua karakteristik reproduksi. Selang kelahiran kerbau rawa di Danau Panggang adalah 18-24 bulan. Hal ini sesuai dengan pendapat Guzman (1980) bahwa selang kelahiran kerbau rawa berkisar antara 1-3 tahun atau rata-rata 1,5 tahun. Daya Reproduksi Daya reproduksi didefinisikan sebagai kemampuan seekor ternak untuk menghasilkan anak selama hidupnya. Berdasarkan informasi dari responden bahwa kerbau rawa selama masa hidupnya mampu menghasilkan 5-10 ekor anak. Jika 47

BIOSCIENTIAE. 2005. 2(1): 43-48 beranak pertama terjadi pada umur empat tahun dan calving interval 1,5 tahun maka kerbau rawa mampu hidup lebih dari 20 tahun. Menurut Cockrill (1976), kerbau rawa mampu menghasilkan anak 10-15 ekor selama hidupnya, dan bisa hidup sampai 25 tahun. KESIMPULAN Karakter reproduksi kerbau rawa adalah sebagai berikut : 1) Umur dewasa kelamin 2-3 tahun; 2) Panjang siklus berahi tidak diketahui; 3) Lama periode berahi tidak diketahui; 4) Lama kebuntingan satu tahun; 5) Berahi kembali setelah melahirkan 3-5 bulan; 6) Selang kelahiran 18-24 bulan; dan 7) Daya reproduksi 10-15 ekor anak selama hidup. DAFTAR PUSTAKA Abubakar, S.A. 1980. National Buffalo Research and Development Programmes in Malaysia. Dalam Recent Advances in Buffalo Research and Development. FFTC. Taipei. Chantalakhana, A. 1980. Breeding Improvement of Swamp Buffaloes for Small Farm in South East Asia. Dalam Recent Advances in Buffalo Research and Development. FFTC. Taipei. Cockrill, W.R. 1976. The Buffaloes of China. FAO. Rome. Disnak Kalsel. 2003. Statistik Peternakan. Kalimanatan Selatan. Guzman, M.R. 1980. An Overview of Recent Development in Buffalo Research and Management in Asia. Dalam Buffalo Production for Small Farms. ASPAC. Taipei. Hardiansyah dan Noorhidayati, 2001. Padang Penggembalaan Kerbau Rawa (Bubalus bubalis Linn) di desa Sapala Kecamatan Danau Panggang. Struktur dan Komposisi Komunitas. Kalimantan Agrikultura. Vol. 8 No 1. April : 16-22. Mongkopunya, K. 1980. Reproductive Pailures in Swamp Buffaloes in Thailand. Dalam Buffalo Production for Small Farms. ASPAC, Taipei. Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung. 48