BAB I PENDAHULUAN. dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di arab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun

2 4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan Lembaran

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 T

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Haji merupakan ibadah yang ada di dalam agama Islam dan dilaksanakan

2 menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Keuangan Haji (Lembara

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama

2017, No Indonesia Nomor 5061); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Peny

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia. Sila pertama dari Pancasila

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada

MUATAN SUBSTANSI RUU PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Hasil riset yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara

2016, No atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang 2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembahan Negara Republik Indonesia Nomor 5061); 2. Peraturan Pres

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH DENDA (DAM) HAJI DAN UMROH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi Haji dan Umrah. Dosen: Dr. H. Aden Rosadi. M.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PENGARUH KUOTA TERHADAP DAFTAR TUNGGU NAIK HAJI DI KOTA PADANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. produk bank ataupun jasa bank sehingga keberadaan bank sudah menyebar

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN TRANSPORTASI UDARA BAGI JEMAAH HAJI REGULER

2016, No tentang Nilai dan kelas Jabatan Struktural dan Jabatan fungsional pada Kementerian Agama; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Outreach Umrah. Sosialisasi Prduk Hukum Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah. By: Direktur Pembinaan Haji dan Umrah, Muhajirin Yanis

BAB I PENDAHULUAN. Keharusan untuk melangsungkan kehidupan bersama merupakan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu sektor ekonomi yang mampu untuk terus berekspansi juga melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tidak hanya di dapatkan di dalam buku, akan tetapi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. penutup rukun-rukun Islam. karena itu, bila ada orang Islam yang tergolong

BUPATI SEMARANG TANGGAL 19 APRIL 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 019 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PETUGAS HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERKIRAAN PORSI JAMAAH HAJI REGULER

2016, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168); 4. Pera

2017, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang P

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SANKSI PEYELENGGARAAN IBADAH HAJI KHUSUS YANG TIDAK MEMBERANGKATKAN JAMA AH HAJI DI INDONESIA

KEMENAG. Asrama Haji. Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK PIKIRAN IPHI TENTANG URGENSI PEMBENTUKAN BADAN KHUSUS DALAM MEMBANGUN SISTEM PENGELOLAAN HAJI YANG PROFESIONAL DAN AMANAH*)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut jurnal Lefeuvre (1980) Wisata religius adalah salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. adanya wilayah, adanya penduduk, dan adanya pengakuan dari negara lain,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JEMAAH HAJI KABUPATEN KENDAL

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu rukun islam yang wajib bagi setiap muslim yang mampu. Jumlah

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tenta

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI LAHIR IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA KE 25 TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim yang mampu, dan apabila ia melaksanakan haji kembali itu sifatnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Inovasi Pelayanan Jemaah Haji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran

SUCI FITRIANI MUSRI E

No melaksanakan ibadah haji sesuai dengan tuntutan syariah dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan aman dan nyaman. Meskipun penyelenggaraan

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya. Perintah melaksanakan. Allah SWT yang ditentukan dalam Al-Qur`an yang berbunyi :

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. muslim yang memenuhi syarat isti tha ah sekali seumur hidupnya. Rukun Islam kelima

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah

MABRUR OK (MODEL ANTRIAN BIJAK PRIORITAS USIA RENTAN ORIENTASI KEEFEKTIFAN) : SOLUSI AKSELERASI PEMBERANGKATAN JAMAAH HAJI NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-XIII/2015

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri atas perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XV/2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya. Haji

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN URUSAN HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini identik dengan hal yang cepat, instan dan mudah.

, No.1735 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Berdasarkan jumlah tersebut, menjadi potensi dan peluang yang luar biasa

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini berkembang pesat begitu juga dengan teknologi

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. operasi yang digunakan seperti windows, sedangkan sistem operasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban dalam Rukun Islam adalah menunaikan ibadah haji bagi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENGALAMAN KERJA PRAKTEK

INDEPENDENSI PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN IBADAH HAJI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EXECUTIVE SUMMARY PELAKSANAAN BIMBINGAN MANASIK HAJI OLEH KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG: SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM IBADAH HAJI

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya sebagai tempat untuk ibadah mahdhah semata. Tapi fungsi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa, menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di arab saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji ( bulan Dzulhijah ). Antusiasme masyarakat Indonesia untuk menunaikan ibadah haji sangat tinggi. Sementara itu, kuota haji Indonesia sangat terbatas, hingga 2018 hanya 221.000 pertahun. Akibatnya, daftar antrian (waiting list) jamaah haji Indonesia terus memanjang. Warga Kota Bandung, yang ingin menunaikan ibadah haji harus lebih bersabar. Pasalnya, daftar tunggu haji di ibu kota Jawa Barat ini sudah cukup banyak, yakni hingga 10-20 tahun. Tabel 1.1 Jumlah Waiting List Tahun 2012-2019 Keberangkatan Haji Reguler Kota Bandung No Tahun Jumlah Waiting List Kuota Berangkat 1 2019 22.176 2.464 2 2020 19.712 2.464 3 2021 17.248 2.464 4 2022 14.784 2.464 5 2023 12.32 2.464 6 2024 9.856 2.464

2 7 2025 7.392 2.464 8 2026 4.928 2.464 9 2027 2.464 2.464 (Sumber : Kantor Kementerian Agama Kota Bandung Tahun 2019) Lamanya daftar tunggu ini karena jumlah pendaftar haji terus bertambah setiap harinya. Dari pendaftar tahun 2012 sampai 2019 jumlah daftar antrian di Kota Bandung mencapai 22.176 orang. Dalam setahun, jumlah yang mendaftar mencapai 7.000 orang dan setiap tahun terdapat pendaftar yang telah menunaikan ibadah haji mendaftar kembali untuk ibadah haji kedua kalinya atau seterusnya. Sedangkan kuota per tahun Kota Bandung hanya 1.731 orang. Tabel 1.2 Pembatalan No Validasi (karena sudah pernah haji) No Tahun Jumlah Pendaftar 1 2015 62 2 2016 53 3 2017 46 (Sumber : Kantor Kementerian Agama Kota Bandung Tahun 2019) Lamanya daftar tunggu ini bisa terus bertambah karena pendaftaran tak dibatasi. Sejak 10 tahun lalu, jumlah pendaftar lebih besar dari kuota. Setiap warga Negara yang beragama Islam berhak untuk menunaikan ibadah haji, seharusnya dimaknai bagi umat Islam yang belum beribadah haji agar dapat mengurangi kuota antrian haji.

3 Tabel 1.3 Kuota Haji dalam 20 Tahun Terakhir (Sumber : Kantor Kementerian Agama Kota Bandung Tahun 2019) Agar antrian jamaah tidak semakin memanjang, Kementerian Agama mengeluarkan kebijakan bahwa pengisian kuota haji benar-benar diprioritaskan untuk jamaah yang belum pernah berhaji. Dari sekian banyak Problematika penyelenggaraan haji tentang semakin meningkatnya keinginan berhaji masyarakat muslim di Indonesia, tetapi di sisi lain kuota haji Indonesia tidak mengalami peningkatan, sehingga kemudian muncullah kebijakan pemerintah tentang pembatasan pendaftaran haji, melalui peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2015. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, menjelaskan bahwa Kementerian Agama telah menerbitkan Peraturan Menteri Agama (PMA) No 29 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler yang mengatur bahwa orang yang sudah berhaji dan ingin mendaftar lagi, baru diberi kesempatan paling cepat sepuluh tahun kemudian. Mulai sekarang akan diberlakukan bagi setiap calon jamaah yang mendaftar dan sudah

4 berhaji, maka paling cepat bisa berhaji (lagi) sepuluh tahun kemudian. Kebijakan ini dalam rangka untuk mempriotitaskan bagi yang belum berhaji. Tapi tidak menutup pintu sama sekali bagi yang sudah. Karena diberi peluang setelah sepuluh tahun, Namun demikian, pembatasan mendaftar setelah sepuluh tahun itu, tidak berlaku bagi pembimbing ibadah. Pasal 3 ayat (4) Jamaah haji yang pernah menunaikan ibadah haji dapat melakukan pendaftaran haji setelah 10 (sepuluh) tahun sejak menunaikan ibadah haji yang terakhir. Ayat (5)-nya berbunyi Ketentuan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak berlaku bagi pembimbing. Ayat (6) ditegaskan bahwa Ketentuan lebih lanjut pendaftaran bagi pembimbing sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Sebenarnya wacana pembatasan haji cukup sekali sudah digulirkan lebih kurang 10 (sepuluh) tahun yang silam, hal ini mengingat bahwa Negara Indonesia adalah muslim terbesar di dunia dimana animo masyarakat untuk melaksanakan ibadah haji sangat besar, bahkan ada prestise tersendiri di sebagian suku-suku tertentu bagi orang yang melakukan ibadah haji. Pembatasan haji cukup sekali pada dasarnya adalah untuk memberikan kesempatan bagi orang yang belum pernah sama sekali melaksanakan ibadah haji karena terbentur dengan kuota haji dan lamanya masa menunggu giliran (waiting list) yang berkisar 10-20 tahun akibat membludaknya jamaah calon haji per tahunnya. Ibadah haji yang dilakukan memang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu regular dan paket haji khusus. Penyelenggaraan Ibadah haji telah lama menjadibagian

5 dari tugas negara berlandaskan pada Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU. Jika kebijakan pembatasan ibadah haji ini diterapkan maka tentu saja akan ada permasalahan yang terjadi mengingat ibadah haji adalah hak individu seorang muslim/muslimah dalam beribadah, lalu Apakah kebijakan pemerintah dalam membatasi ibadah haji seseorang melanggar hak individual seseorang dalam beribadah. Mengacu pada uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Haji Reguler di Kota Bandung. B. Fokus/Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, fokus masalah penelitian ini adalah implementasi kebijakan dalam pembatasan pendaftaran haji di Kota Bandung. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana implementasi kebijakan Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan haji regular di Kota Bandung (studi kasus pembatasan pendaftaran haji)?

6 D. Maksud Dan Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan haji regular di Kota Bandung (studi kasus pembatasan pendaftaran haji). E. Manfaat Dan Kegunaan Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Untuk mengambangkan teori tentang administrasi publik khususnya tentang implementasi kebijakan Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan haji regular di Kota Bandung (studi kasus pembatasan pendaftaran haji). 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Mengembangkan wawasan, terutama bagi peneliti, dalam rangka menerapkan hasil-hasil studi implementasi kebijakan penyelenggaraan haji di kota Bandung (studi kasus pembatasan pendaftaran haji) menjadi lebih baik. b. Bagi Instansi Bagi instansi terkait dijadikan sebagai bahan masukan dan menambah referensi mengenai implementasi kebijakan penyelenggaraan haji di kota Bandung (studi kasus pembatasan pendaftaran haji).

7 c. Bagi Umum Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan informasi bagi pihak yang berkepentingan dengan masalah yang diteliti oleh peneliti. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk studi-studi lanjutan para peneliti dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama secara lebih mendalam. F. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian ini dimulai karena adanya permasalahan lamanya antrian pendaftaran calon jamaah haji di Kota Bandung, lamanya daftar tunggu ini karena jumlah pendaftar haji terus bertambah setiap harinya. Untuk itu, agar antrian jamaah tidak semakin memanjang, Kementerian Agama mengeluarkan kebijakan bahwa pengisian kuota haji benar-benar diprioritaskan untuk jamaah yang belum pernah berhaji. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, menjelaskan bahwa Kementerian Agama telah menerbitkan Peraturan Menteri Agama (PMA) No 29 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler yang mengatur bahwa orang yang sudah berhaji dan ingin mendaftar lagi, baru diberi kesempatan paling cepat sepuluh tahun kemudian. Namun demikian, pembatasan mendaftar setelah sepuluh tahun itu, tidak berlaku bagi pembimbing ibadah. Ketentuan tentang hal ini, lanjut Menag, akan diatur lebih lanjut oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

8 Pasal 3 ayat (4) Jamaah haji yang pernah menunaikan ibadah haji dapat melakukan pendaftaran haji setelah 10 (sepuluh) tahun sejak menunaikan ibadah haji yang terakhir. Ayat (5) Ketentuan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak berlaku bagi pembimbing. Ayat (6) ditegaskan bahwa Ketentuan lebih lanjut pendaftaran bagi pembimbing sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Atas dasar permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian tentang implementasi kebijakan penyelenggaraan haji di Kota Bandung (studi kasus pembatasan pendaftaran haji). Penelitian ini akan berlandaskan pada Peraturan Menteri Agama (PMA) No 29 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler Selain berlandaskan pada PMA tersebut, penelitian ini berlandaskan pada teori implementasi kebijakan oleh George. C Edwards sebagaimana dikutip dalam buku Agustino (2012:149), mengatakan bahwa, yaitu: Terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu (1) Komunikasi (2) Sumberdaya (3) Disposisi dan (4) Struktur birokrasi.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan penyelenggaraan haji di Kota Bandung (studi kasus pembatasan pendaftaran haji). Dari uraian di atas, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

9 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Pembatasan pendaftaran haji mengurangi antrian daftar tunggu pemberangkatan haji Peraturan Menteri Agama No 29 Tahun 2015 Implementasi kebijakan Komunikasi Sumberdaya Disposisi Struktur Birokrasi Terlaksananya kebijakan pembatasan pendaftaran haji sesuai harapan G. Proposisi Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka proposisi dari penelitian ini memperjelas Peraturan Menteri Agama Nomer 29 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan ibadah haji regular di Kota Bandung akan efektif bila sesuai dengan konsep komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi.