BAB I ASAL-USUL BAHASA



dokumen-dokumen yang mirip
1. Spekulasi tentang Asal-usul Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

Batu yang Menjadi Roti

Bahasa dan Linguistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

PERKEMBANGAN MASA BAYI

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

Yesus Kristus. David C Cook. All Rights Reserved. Kisah tentang

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran

ARTIKEL Kehidupan muncul di bumi dengan tiba tiba dan dalam bentuk yang kompleks DAN mengapa transisi dari air ke darat tidak mungkin

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

Sebelumnya, Dayu mengikuti kegiatan pramuka dan bermain Kereta Api. Sekarang Dayu akan bermain Roti dan Mentega. Bagaimana Dayu melakukannya?

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

Kegiatan Sehari-hari

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Pangeran dari Sungai

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

2-3. Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

3. Menambah referensi atau repertoar lagu, khususnya untuk instrumen gitar tunggal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM )

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran:

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin banyak pula tuntutan yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bus merupakan simpul utama dalam jaringan yang dalam jaringan ini

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Perkembangan Emosi Anak

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

Pengantar Psikologi Fungsi-Fungsi Psikis. Dosen Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

Coba perhatikan sekitar Anda di kantor atau lingkungan

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pekerja Dalam Gereja Tuhan

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun)

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

MANAJEMEN KELAS RAHMA WIDYANA

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

Daftar Cek Perkembangan Bahasa (Instrumen Asesmen Bahasa Anak Tunagrahita) Diadaptasikan oleh Didi Tarsidi

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

Allah Menjadikan Saudara Sebagaimana Adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

JENIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

Informasi 107. Bab 10. Informasi

Tumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR. 5-6 Tahun

Bab 7 Memilih dan Belajar Bahasa

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI (ERA KOMUNIKASI TULISAN)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. 1 Semester 1


Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Sukacita atas ciptaan Allah

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

Persiapan untuk Wawancara Disiplin Mulailah untuk mempersiapkan diri dengan memperbarui bagaimana Anda tahu karyawan tersebut telah melakukan suatu

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka.

Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

[Amazing] Inilah 50 Keunikan Tubuh Manusia yang Mengagumkan

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si

Transkripsi:

BAB I ASAL-USUL BAHASA 1. Pendahuluan Asal-usul bahasa adalah aspek bahasa yang paling banyak dipertentangkan oleh para ahli. Hasil kajian tentang hal ini pun tidak memuaskan karena sulitnya para penyelidik mencapai kesepakatan tunggal. Bagaimana bahasa itu mulai ada? Untuk jawaban ini ada beberapa teori tentang asal bahasa. Ada yang lucu, aneh bin ajaib, sampai ada yang berbau ilmiah. Karena alasan inilah, Masyarakat Linguistik Prancis pernah melarang anggotanya mendiskusikan asal bahasa karena dianggap hanya spekulasi yang tiada artinya. Terlepas dari kontroversi di atas, Dr. Jacob pernah mengemukakan bahwa bahasa berkembang perlahan-lahan dari sistem tertutup ke sistem terbuka antara 2 juta sampai 0,5 juta tahun yang lalu, tetapi baru dianggap sebagai proto-lingual antara 100.000 hingga 40.000 tahun yang lalu. Perkembangan yang penting baru terjadi sejak Homo Sapiens, tetapi perkembangan bahasa yang pesat barulah di zaman pertanian (Jacob dalam Keraf, 1983 :2). Karena tidak adanya data tertulis mengenai bagaimana timbulnya bahasa umat manusia dahulu kala, maka telah dilontarkan berbagai macam teori mengenai hal itu. Teori yang ada itu secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua fase yaitu (1) divine origin phase atau fase berdasarkan kedewaan, kepercayaan, mistik, takhyul, dan (2) organic phase atau fase organis. 2. Divine Origin Phase Fase ini berlangsung sebelum abad ke 18. Pada fase ini, manusia masih dianggap memiliki kebudayaan primitif. Menurut teori antropologi, kebudayaan primitif lebih banyak meyakini keterlibatan Tuhan, Dewa, Nabi dan sejenisnya dalam permulaan sejarah berbahasa manusia. Oleh 1

karena itulah, asal usul bahasa berdasarkan hal ini sering dianggap hanya sekadar cerita rekaan oleh para ilmuwan modern. Cerita tentang asal bahasa banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Bahkan, hampir setiap daerah sebenarnya memiliki cerita tentang ini. Beberapa cerita tentang asal bahasa ini akan disajikan secara ringkas di bawah ini. Pada abad ke 17, seorang penyelidik bahasa dari Swedia, Andreas Kemke, menyatakan bahwa di surga, Tuhan berbicara dalam bahasa Swedia, Nabi Adam berbahasa Denmark, sedangkan naga berbahasa Perancis. Dengan demikian, ketiga bahasa itulah dianggap pertama kali ada di muka bumi ini. Dan, bahasa swedia dianggap sebagai bahasa Tuhan. Sebelumnya, seorang Belanda bernama Goropius Becanus mengemukakan bahwa bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi di surga adalah bahasa Belanda. Dalam versi ini, tentu saja, bahasa Belandalah yang pertama ada. Cerita dari Mesir lain lagi. Ceritanya begini. Pada abad ke 17 SM, raja Mesir yang bernama Psammetichus mengadakan penyelidikan tentang bahasa pertama. Menurut sang Raja kalau bayi dibiarkan maka ia akan tumbuh dan berbicara bahasa asal. Untuk penyelidikan itu diambillah dua bayi dari keluarga biasa dan diserahkannya kepada seorang gembala untuk dirawatnya. Gembala itu dilarang berbicara sepatah kata pun kepada bayi-bayi tersebut. Setelah sang bayi berusia dua tahun, mereka secara spontan menyambut si gembala tadi dengan berkata becos. Setelah kejadian itu, segera si gembala tadi menghadap Sri Baginda Raja dan diceritakannya tentang bayi itu. Raja Psammetichus segera menelitinya dan berkonsultasi dengan para penasehatnya. Menurut mereka becos berarti roti dalam bahasa Phrygia; dan inilah bahasa pertama di bumi ini. Cerita ini diturunkan kepada orang-orang Mesir kuno sehingga menurut mereka bahasa Phrygia (Mesir) adalah bahasa yang pertama ada di muka bumi ini. Kaisar Cina T ien-tzu, anak Tuhan (menurut Versi Cina), katanya mengajarkan bahasa pertama pada manusia. Ada juga versi lain, seekor 2

kura-kura diutus Tuhan membawa bahasa (tulisan) kepada orang-orang Cina. Di Jepang pun bahasa pertama dihubungkan-hubungkan dengan Tuhan mereka, yang biasa disebut Amaterasu. Orang-orang Babilonia pun percaya bahwa bahasa pertama berasal dari Tuhan mereka, yang disebutnya Nadu. Di India pun cerita tentang bahasa juga ada. Begitulah pandangan orang-orang jaman dahulu tentang asal bahasa. Mereka selalu mengaitkan keberadaan bahasa dengan kepercayaannya kepada Tuhan atau pun hal-hal yang berbau mistik, gaib, dan tahyul. Dari cerita tadi, tampaknya masing-masing pemakai bahasa menganggap bahasa merekalah yang pertama ada. 3. Organic Phase Organic Phase atau fase organis dimulai pada akhir abad ke 18. Pada fase ini spekulasi tentang asal-usul bahasa berpindah dari wawasan keagamaan, mistik, dan tahyul ke alam baru yang disebutnya sebagai alam organis. Pengutamaannya adalah berdasarkan pada logika dan hasil observasi terhadap kenyataan bahasa yang ada. Hasilnyapun relatif lebih akurat dan lebih dapat diterima oleh akal sehat karena mengandung nilai keilmiahan. Pada fase ini ada beberapa teori tentang asal usul bahasa yang dikemukakan oleh para pakar. Di bawah ini, dikemukakan 11 teori tentang asal usul bahasa. 3.1 Teori Tekanan Sosial Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith. Teori ini beranggapan bahwa bahasa manusia timbul karena adanya kebutuhan untuk saling memahami pada manusia primitif. Apabila mereka ingin menyatakan objek tertentu, maka mereka terdorong pula untuk mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Bunyi-bunyi yang selalu mengiringi mereka untuk menyatakan objek yang mereka kenal dengan baik akan dipolakan oleh anggota kelompoknya dan akan dikenal sebagai tanda bahasa untuk menyatakan 3

hal itu. Misalnya, ketika orang-orang jaman dulu pergi ke sungai untuk mandi, tiba-tiba ada seorang yang menemukan benda besar yang keras dengan warna hitam di dasar sungai. Lalu orang yang menemukan itu ingin mengatakan temuannya kepada rekan-rekannya, karena benda itu belum punya nama, maka si penemu itu kemudian menyampaikan nama benda itu dengan kata yang berbunyi batu, oleh teman-temannya bunyi batu itu kemudian dipakai untuk menyebut benda tersebut. Demikianlah seterusnya yang terjadi dengan objek-objek lainnya. Teori ini beranggapan bahwa tekanan sosiallah yang menyebabkan timbulnya bahasa. Tekanan sosial ini memaksa manusia untuk mencipta bunyi-bunyi untuk objek yang dijumpainya atau pun kegiatan yang dilakukan. 3.2 Teori Onomatopetik atau Ekoik Teori onomatopetik atau ekoik ini adalah teori imitasi suara yang ada di alam ini. Teori ini diperkenalkan oleh J.G. Herder. Teori ini mengatakan bahwa objek-objek diberi nama sesuai dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh objek-objek itu. Objek-objek yang dimaksud adalah bunyibunyi binatang atau peristiwa-peristiwa alam. Manusia berusaha meniru bunyi tokek, cecak, atau desis angin, debur gelombang, dan lain-lainnya, kemudian menyebut objek-objek atau perbuatannya dengan bunyi-bunyi itu. Misalnya, karena binatang tertentu suaranya cek-cek-cek, maka disebut cecak, karena suaranya tokek, tokek, tokek, maka kemudian diberi nama tokek. Demikian pun dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia seperti berkokok, berkukuruyuk, mencicit, menggelegar, dan lain-lainnya. Seorang penganut lain dari teori ini yaitu Whitney mengatakan bahwa dalam setiap tahap pertumbuhan bahasa, banyak kata baru muncul dengan cara ini. Miasalnya, pada anak-anak yang berusaha meniru bunyi mobil, kereta api, dan lain-lainnya. Teori ini ditolak oleh penentang-penentangnya dengan alasan bahwa tidak mungkin dan juga tidak logis bahwa bahasa manusia, yang merupakan mahluk yang lebih tinggi kedudukannya meniru bunyi dari 4

mahluk yang lebih rendah. Max Muller bahkan secara agak kasar mengatakan bahwa teori ini hanya berlaku bagi kokok ayam dan bunyi itik, padahal kegiatan bahasa lebih banyak terjadi di luar kandang ternak. Karena dianggap lebih banyak berhubungan dengan binatang tadi maka teori ini sering juga diejek dengan nama teori bow-bow oleh Max Muller. Walaupun cukup banyak ada kritik terhadap teori ini, tetapi kenyataannya memang cukup banyak kata-kata dalam setiap bahasa yang merupakan tiruan bunyi dari bunyi-bunyi yang ada di alam ini. Dalam bahasa Indonesia pun, kata-kata onomatope ini cukup banyak. Bahkan, sampai sekarang pun ada muncul kata-kata baru yang merupakan hasil tiruan dari bunyi objek atau peristiwa tersebut. 3.3 Teori Pooh-pooh atau Teori Interjeksi Teori interjeksi bertolak dari asumsi bahwa bahasa lahir dari ujaranujaran instingtif karena tekanan-tekanan batin, perasaan yang mendalam, dan rasa sakit yang dialami manusia. Pada waktu seseorang merasakan sesuatu, maka ada kecenderungan untuk mengungkapkan perasaannya itu dengan menunjukkan ekpresi wajah atau bagian tubuh tertentu disertai dengan bunyi-bunyi yang keluar dari mulut atau hidungnya. Misalnya, pada waktu seseorang jijik terhadap sesuatu hal, maka biasanya orang itu akan secara spontan menggerakkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya disertai dengan ucapan ih atau iih, atau kalau di dunia barat diungkapkan dengan pooh, sehingga teori ini sering juga disebut dengan nama teori pooh-pooh. Kalau seseorang sedang jengkel, maka dia melakukan gerakan tertentu, misalnya membanting sesuatu sambil mengeluarkan suara brengsek atau kalau penonton sepak bola, misalnya sedang jengkel, mereka biasanya mengucapkan ooo... Kalau sedang heran, seseorang bisa juga mengucapkan wah, kalau sakit aduh..., dan sebagainya. 5

Demikianlah anggapan teori ini bahwa bahasa lahir dari adanya tekanan-tekanan batin, atau perasaan yang mendalam, atau rasa sakit yang dialami manusia. Tekanan seperti disebutkan tadi memunculkan kata-kata yang digolongkan ke dalam interjeksi atau kata seru. Kata seru ini memang oleh beberapa ahli ditolak sebagai satu kelas kata, tetapi dalam kenyataan masih ada beberapa ahli yang tetap mempertahankan kelas kata ini. Kata seru merupakan bahasa yang utuh yang komplit untuk menyatakan perasaan, sehingga jenis kata ini disebut bahasa afektif. Bahasa afektif ini tidak hanya terjadi pada orang-orang yang kurang terpelajar dan belum berkembang, tetapi juga terjadi pada orang-orang terpelajar dan yang sudah maju dalam perkembangannya. Dengan alasan inilah kritik yang menyatakan bahwa teori ini hanya berlaku bagi orangorang yang tidak terpelajar dan belum berkembang, ditolak oleh penganut teori interjeksi ini. 3.4 Teori Nativistik atau Teori ding-dong Teori ini dikemukakan oleh Max Muller. Pada awalnya ia mengeritik teori onomatopetik dan teori interjeksi, kemudian ia sendiri menciptakan teori nativistik atau ding-dong ini. Sebagai dasar teorinya, Muller mengemukakan asumsi bahwa terdapat suatu hukum yang meliputi hampir seluruh jagat raya ini, yaitu bahwa setiap barang akan mengeluarkan bunyi kalau dipukul. Tiap barang memiliki bunyi yang khas. Karena bunyi-bunyi yang khas itu, manusia lalu memberikan responnya atas bunyi tersebut. Karena manusia memiliki kemampuan ekspresi artikulatoris, maka responsnya juga diberikan melalui ekspresi artikulatoris kepada apa yang diterima melalui panca inderanya. Kemampuan ini bukan buatan manusia sendiri tetapi suatu insting. Sebab itu, bahasa juga merupakan suatu produk dari insting manusia, suatu kemampuan yang berada dalam keadaannya yang primitif. Dengan insting ini, setiap impresi dari luar akan mendapatkan ekspresi vokalnya dari dalam. Kesan yang diterima oleh panca inderanya 6

itu bagaikan pukulan pada bel sehingga melahirkan ucapan yang sesuai. Berdasarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa mulai dengan akar, dan akar itu adalah bunyi yang khas atau bunyi pokok. Kurang lebih ada empat ratus bunyi pokok yang membentuk bahasa pertama ini. Misalnya sewaktu orang primitif melihat seekor serigala, pandangannya ini menggetarkan bel yang ada pada dirinya secara insting sehingga terucapkanlah kata wolf (serigala, ing). Teori ini sedikit sejalan dengan teori Socrates bahwa bahasa lahir secara alamiah. 3.5 Teori Yo-He-Ho Teori ini menyimpulkan bahwa bahasa pertama lahir dalam suatu kegiatan sosial. Sekelompok orang primitif dahulu bekerja sama. Mereka selalu bersama-sama mengerjakan pekerjaan-pekerjaan semacam itu. Untuk memberi semangat kepada sesamanya, mereka akan mengucapkan bunyi-bunyi yang khas, yang dipertalikan dengan pekerjaan itu. Kita pun mengalami kerja serupa, misalnya sewaktu mengangkat kayu besar, maka kita biasanya secara spontan mengeluarkan ucapan-ucapan atau bunyi-bunyi tertentu karena terdorong gerakan otot. Misalnya, iaaat... atau do...rong (dorong). Ucapan-ucapan semacam itu kemudian menjadi nama untuk pekerjaan itu, seperti diam, angkat, dan lain-lainnya. 3.6 Teori Isyarat dan Teori Isyarat Oral Teori ini menganggap bahwa bahasa manusia bermula dari isyaratisyarat yang digunakan oleh manusia primitif yang menciptakan bahasa. Itu berarti isyaratlah yang lebih dahulu ada dibandingkan bahasa. Para pendukung teori ini menunjukkan penggunaan isyarat oleh berbagai binatang, dan juga sistem isyarat yang digunakan oleh orang-orang primitif. Salah satu contoh adalah bahasa isyarat yang dipakai oleh suku Indian di Amerika Utara sewaktu mereka berkomunikasi dengan sukusuku yang tidak sebahasa dengannya. Namun, menurut Darwin, walaupun isyarat itu dipergunakan dalam berkomunikasi, dalam beberapa hal isyarat 7

tidak dapat digunakan, umpamanya orang tidak dapat memberikan isyarat di tempat gelap, atau kalau kedua tangan telah memegang benda tertentu, atau kalau yang diajak berkomunikasi tidak melihat isyarat atau kalau orang yang diajak berkomunikasi itu buta. Isyarat yang digunakan oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu : (1) gerakan mimetik berupa gerakan-gerakan atau ekspresi wajah seseorang untuk menyatakan emosi atau pun perasaan, (2) gerakan pantomimetik berupa gerakan-gerakan tubuh, dan (3) gerakan artikulatis, beruapa gerakan alat-alat ucap manusia. Isyarat artikulatoris inilah yang menjadi cikal bakal bahasa manusia sekarang ini. Gerakan artikulatoris ini dipakai karena adanya keadaan seperti di atas (tempat gelap, tangan berisi barang, orang tidak melihat isyarat atau buta). Keterbatasan isyarat mimetik dan pantomimetik inilah yang mendorong digunakan isyarat artikulatoris berupa bahasa lisan. Inilah alasan teori isyarat lisan atau oral tersebut mengenai asal-usul bahasa. 3.7 Teori Permainan Vokal Pendukung teori ini menyimpulkan bahwa bahasa primitif menyerupai bahasa anak-anak sebelum mereka merangkai bahasanya seperti bahasa orang dewasa. Pada awalnya, bahasa manusia yang sekarang adalah berupa dengungan dan senandung yang tidak berkeputusan dan tidak mengungkapkan pikiran apa pun. Hal ini mirip dengan senandung atau nyanyian orang-orang tua untuk membuai dan menyenangkan anaknya (seorang bayi) supaya tidak menangis. Dengan demikian, bahasa dianggap timbul dari permainan vokal. Organ-organ bicara mula-mula dilatih dalam permainan vokal itu untuk mengisi waktu senggang. Setelah organ bicara itu cukup terlatih (lentur) barulah dipakai untuk menciptakan ujud ungkapan-ungkapan setengah musik. Ujud ungkapan ini berupa ungkapan yang bersifat puitis. Dari wujud ini berkembanglah keharmonisan bunyi dan makna. Sehubungan dengan ini, Jepersen beranggapan bahwa bahasa manusia 8

mula-mula lebih bersifat puitis, dalam permainan yang riang gembira, dalam cinta remaja yang ceria, dalam suatu impian yang romantik. Contoh bahasa seperti ini, dapat kita perhatikan bahasa mantra tradisional dari dukun atau pawang. 3.8 Teori Kontrol Sosial Teori ini beranggapan bahwa bahasa adalah media utama yang memungkinkan manusia bekerja sama. Dengan demikian, bahasa adalah alat untuk melakukan kontrol sosial terhadap tingkah laku manusia. Oleh karena itulah, bahasa itu mula-mula muncul untuk membantu manusia bekerja sama dalam mencapai tujuan. Kontrol sosial itu dapat berupa meminta pertolongan, membantu sesama, bekerja bersama, melindungi diri dan kelompok, dan lain sebagainya. Hal-hal seperti ini mengharuskan manusia menciptakan suatu media yang dapat menampung segala maksud tersebut sehingga tercipta suatu harmonisasi kehidupan bersama. Media untuk menampung hal itu adalah bahasa. Kontrol sosial ini sebenarnya tidak hanya dimiliki oleh manusia. Hampir semua mahluk hidup di bumi ini mempunyai keinginan dan cara tersendiri untuk melakukan kontrol sosial. Binatang pun mempunyai ujaran-ujaran yang berfungsi sosial. Misalnya, panggilan induk ayam ketika seekor elang melintas di atasnya, membangkitkan respons tertentu pada anak-anaknya untuk mencari tempat persembunyian. Kontrol sosial ini tentunya berwujud teriakan yang sangat sederhana karena kemampuan artikulatoris dan intelektualnya yang tidak berkembang seperti manusia. Pada manusia, kontrol sosial itu diwujudkan dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucapnya yang sudah lebih sempurna dan dilatih sehingga lentur. Selain itu, otak manusia yang berkembang akhirnya membantu mereka menciptakan suatu tanda bahasa yang nyaris sempurna untuk kegiatan komunikasi sosial tersebut. 9

3.9 Teori Kontak Teori ini sebagian kecilnya mirip dengan teori tekanan sosial, tetapi pada bagian lainnya menyerupai teori kontrol sosial, sehingga dapat dikatakan sebagai sintesis antara kedua teori tersebut. Menurut teori ini, bahasa itu muncul karena adanya keinginan pada manusia untuk mengadakan kontak yang tak terbatas. Kontak itu dibedakan atas tiga jenis yaitu (1) kontak spasial (kontak karena kerapatan fisik), (2) kontak emosional, (3) kontak intelektual. Pada tahap yang sangat rendah, yaitu pada tahap instingtif, kebutuhan untuk mengadakan kontak ini tampaknya dapat dipenuhi oleh kontak spasial yaitu kontak berupa kerapatan jarak fisik. Tetapi, semakin berkembang kehidupan itu maka manusia memerlukan kontak secara emosional. Pada tingkat ini kepuasan itu akan tercapai karena adanya kedekatan emosional dengan orang lain. Kedekatan ini akan menimbulkan saling pengertian, simpati, dan empati pada orang lain. Kontak emosional ini akan dapat mengalahkan kontak spasial. Sebagai contoh, dua orang sebut saja si A yang tinggal di Bali dan si B yang tinggal di Jakarta merasa secara emosional sangat dekat karena mereka berdua saling menyayangi. Sebaliknya, si C dan si D yang tinggal satu rumah justru merasa asing karena secara emosi mereka bermusuhan. Dengan demikian, kontak emosional adalah hal yang esensial pada tingkah laku berbahasa. Bahasa hanya mungkin ada bila ada hubungan personal antara orang-orang yang mampu berbicara. Aspek terakhir dari kontak yang sangat esensial bagi perkembangan bahasa adalah kontak intelektual. Kalau kontak emosional berfungsi untuk menyampaikan emosi, maka kontak intelektual ini berfungsi untuk bertukar pikiran. Seorang anak manusia yang tak pernah terlibat dalam jaringan kontak intelektual dengan orang-orang lain, tidak akan memahami pengaruh bahasa sebagai alat untuk komunikasi intelektual. Kontak emosional dan kontak intelektual inilah yang mendorong lahirnya suatu alat komunikasi berupa bahasa. 10

3.10 Teori Hockett-Ascher Teori ini dikembangkan oleh Charles F. Hockett dan Robert Ascher. Mereka ini mensintesiskan beberapa penelitian para ahli, seperti penelitian antropologi, arkeologi, fosil-fosil secara geologis, dan lainlainnya lagi. Pada prinsipnya, para ahli menerima bahwa mahluk yang disebut proto hominoid sudah memiliki semacam bahasa sebagai alat komunikasi. Sistem komunikasinya itu disebut call atau panggilan. Proto hominoid itu tidak mampu berbicara. Mereka menggunakan sistem komunikasi atau call yang sederhana, yang hanya terdiri dari enam tanda distingtif atau pembeda. Keenam sistem call atau panggilan itu adalah : 1. call untuk menandakan adanya makanan, 2. call untuk menyatakan adanya bahaya, 3. call untuk menyatakan persahabatan atau keinginan untuk bersahabat, 4. call untuk perhatian seksual, 5. call untuk menyatakan kebutuhan akan perlindungan keibuan, 6. call yang tidak mempunyai arti dan hanya menunjuk di mana gobbon atau jenis proto hominoid itu berada; call ini berfungsi untuk menjaga agar anggota kelompok tidak terpisah terlalu jauh ketika mereka bergerak di antara pohon-pohonan. Call inilah yang merupakan cikal-bakal bahasa manusia. Prosesnya adalah sesuai dengan proses evolusi proto hominoid itu sampai menjadi manusia seperti sekarang ini. Mahluk proto hominoid yang dulunya hidup dipohon-pohon mulai turun ke tanah dan membentuk kelompok-kelompok. Dalam kehidupannya ini, mereka mulai berkurang menggunakan mulutnya untuk memegang makanan karena mereka tidak perlu lagi bergelayutan dengan kedua tangannya di atas pohon. Akibat dari ini tentu saja mulutnya mulai menganggur. Dari sana, mahluk itu kemudian memanfaatkan mulutnya 11

untuk mengeluarkan bunyi-bunyi yang lebih bervariasi. Call yang dulunya hanya bersifat tertutup diarahkan kepada sistem yang bersifat lebih terbuka yang menjadi ciri dari bahasa manusia. Call yang bersifat tertutup maksudnya adalah hanya dipakai untuk menyatakan satu panggilan saja. Secara prinsip, proto hominoid tidak mampu mengeluarkan tanda yang memiliki ciri-ciri gabungan dari dua jenis call atau lebih. Misalnya, jika ia berjumpa dengan makanan dan menghadapi bahaya pada waktu yang bersamaan, maka ia hanya menggunakan salah satu call, bukan menggabungkan kedua-duanya, atau bagian dari keduanya. Sementara itu, call terbuka maksudnya adalah kita (manusia) dapat dengan bebas mengucapkan apa yang belum pernah kita ucapkan atau dengar sebelumnya, sementara maknanya dapat juga dipahami dengan mudah. Oleh karena itu, sistem call dan bahasa manusia memiliki perbedaan minimal dalam dua hal, yaitu : 1. sistem call tidak mengandung ciri pemindahan, bahasa justru memiliki ciri ini. Ciri pemindahan mengandung pengertian bahwa kita dapat berbicara dengan bebas mengenai suatu hal yang jauh letaknya dari pandangan kita, atau sesuatu yang berada pada masa lampau, atau masa yang akan datang. Proto hominoid tidak dapat melakukan itu. 2. Ujaran dari suatu bahasa terdiri dari susunan unit-unit tanda yang disebut fonem yang tidak mengandung makna, tetapi berfungsi untuk memisahkan ujaran-ujaran yang bermakna. Jadi, bahasa memiliki dua struktur, yaitu struktur yang tidak mengandung makna dan struktur yang mengandung makna. Demikianlah pandangan teori ini bahwa bahasa itu berkembang dari sistem call yang tertutup menuju ke bahasa yang merupakan sistem call yang terbuka. Perkembangan itu terjadi sejalan dengan perkembangan mahluk yang disebut proto hominoid sampai menjadi manusia yang dapat berpikir seperti sekarang ini. 12

Rangkuman Asal usul bahasa merupakan salah satu kajian linguistik yang banyak diperdebatkan oleh para linguis. Bahkan, para linguis Prancis pernah melarang anggotanya untuk membicarakan asal-usul bahasa. Terlepas dari larangan masyarakat linguis Prancis tersebut, Dr. Jacob mengemukakan bahwa bahasa berkembang dari sistem tertutup menuju sistem terbuka antara 2 juta sampai ½ juta tahun yang lalu, tetapi bari dianggap sebagai protolingual antara 100.000 hingga 40.000 tahun yang lalu. Perkembangan pesat terjadi ketika zaman pertanian mulai berkembangan di kalangan manusia di bumi ini. Dari jangka waktu tersebut hingga sekarang, teori asal-usul bahasa selanjutnya dapat dikelompokkan menjadi dua fase. Fase pertama yaitu fase yang berkembang sebelum abad ke 18. Fase ini disebut fase kedewaan atau lebih dikenal dengan Divine origin phase. Fase ini dipengaruhi oleh kebudayaan primitif. Pada fase ini, manusia lebih banyak meyakini keterlibatan Tuhan, Dewa, Nabi dan sejenisnya dalam perkembangan bahasa. Dengan dasar kepercayaan seperti itu, maka asal-usul bahasa selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat gaib kadang-kadang juga tidak masuk akal menurut pola pikir manusia modern. Fase ke dua adalah fase organis atau organic phase. Fase ini dimulai pada akhir abad ke 18. Pada fase ini, spekulasi tentang asal-usul bahasa berpindah dari wawasan keagamaan, mistik, tahyul menuju alam baru yang disebut alam organis. Teori asal-usul bahasa yang muncul paswa fase ini didasarkan pada pola berpikir logis dengan mendasarkan diri pada pengamatan. Pada fase organis ini muncul beberapa teori asal-usul bahasa, yaitu (1) Teori Tekanan Sosial yang dikemukakan oleh Adam Smith, (2) Teori Onomatopetik atau Teori Ekoik yang dikemukakan oleh J.G. Herder yang kemudian ditentang oleh Max Muller, (3) Teori Pooh-Pooh atau Teori Interjeksi, (4) Teori Nativistik atau Teori Ding-Dong oleh Max Muller, (5) 13

Teori Yo-He-Ho, (6) Teori Isyarat dan Isyarat Oral, (7) Teori Permainan Vokal, (8) Teori Kontrol Sosial, (9) Teori Kontak, (10) Teori Hocket-Asher. Tugas Latihan 1. Jelaskan perbedaan pandangan mengenai asal-usul bahasa antara divine origin phase dan organic phase! 2. Kapan bahasa mulai berkembang dengan pesat dan mengapa pada saat itu? 3. Jelaskan secara singkat pandangan teori-teori pada fase organis (10 teori) mengenai asal-usul bahasa. Sedapat mungkin berikan contohcontohnya! 4. Apa perbedaan alat komunikasi yang dipakai oleh binatang dengan bahasa manusia? 14