1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pengelolaan hutan tidak boleh hanya berlandaskan pada kelestarian hasil saja, namun juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Hutan sebagai salah satu komponen penting dalam menjaga kestabilan ekosistem di bumi berperan sebagai penghasil emisi maupun penyerap emisi karbondioksida (CO 2). Fungsi hutan sangat penting dalam mitigasi terhadap perubahan iklim karena kemampuannya dalam mengurangi akumulasi CO 2 di atmosfer. Hutan yang merupakan hamparan vegetasi raksasa berperan sebagai paru-paru, yang selama proses fotosintesis menyerap CO 2, mengeluarkan oksigen (O 2) dan sekaligus menimbun karbon (C) dalam bentuk bahan organik (Soemarwoto, 1991). Berkurangnya konsentrasi CO 2 di udara dapat mengurangi efek pemanasan global yang sangat merugikan manusia (Purwanto, 2010). Hutan tropika menyimpan sekitar 40% dari karbon yang tersimpan di daratan (Dixon et al., 1994). Dengan keragaman jenis pohon yang tinggi dan seresah yang banyak, hutan tropika memiliki simpanan karbon tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan lain (Hairiah dan Rahayu, 2007). Pohon hutan menyimpan 50-80 % karbon, namun akumulasinya dipengaruhi oleh jenis, tanah, iklim dan model pengelolaan (Palm et al., 1999). Dengan manfaat yang begitu besar dari hutan tropika, para pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) di kawasan hutan alam produksi juga berperan besar di dalam upaya mitigasi perubahan iklim dengan terlibat aktif di dalam upaya penurunan emisi karbon dengan melaksanakan pengelolaan hutan lestari. 1
2 Teknik pemanenan yang digunakan dalam eksploitasi hasil hutan kayu berpengaruh cukup besar terhadap struktur tegakan, komposisi jenis dan simpanan karbon hutan. Pemanenan kayu yang dilakukan di hutan alam tropis Indonesia pada umumnya menggunakan teknik pemanenan konvensional dengan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Menurut Elias (1998), dampak pemanenan hutan alam di Indonesia akibat kegiatan penebangan dan penyaradan dengan teknik pemanenan konvensional dapat menyebabkan kerusakan tegakan tinggal sebesar 25-45% dan keterbukaan areal sebesar 20-35%. Lebih lanjut Whitmore (1984) menyatakan bahwa sistem tebang pilih menyebabkan kerusakan tegakan hingga 50% dan akan menciptakan rumpang yang mempengaruhi komposisi jenis dan struktur tegakan. Kerusakan tegakan tinggal di Indonesia akibat pemanenan konvensional dapat mencapai 54% apabila ditinjau dari jumlah batang yang rusak dan mencapai 58% apabila dilihat dari luas bidang dasar (Supriyatno dan Haryanto, 2009). Selain itu, pemanenan kayu juga mengurangi simpanan karbon di dalam hutan. Lasco (2002) mengemukakan bahwa aktifitas penebangan hutan untuk pemanenan kayu berperan dalam menurunkan simpanan karbon di atas permukaan tanah. Pada hutan tropis Asia penurunan simpanan karbon akibat aktivitas pemanenan kayu berkisar 22-67%, di Indonesia diperkirakan sebesar 38-75%. Untuk meminimalkan dampak pemanenan yang berpengaruh pada struktur hutan, komposisi dan kemampuan beregenerasi, maka pemanenan secara mekanis haruslah dikontrol. Reduced Impact Logging (RIL) merupakan teknik yang digunakan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dalam kegiatan
3 pemanenan hasil hutan kayu (Sist dan Bertault, 1998). Hasil percobaan RIL di Indonesia menunjukkan bahwa kerusakan tegakan tinggal berkisar antara 6 18% apabila diperhitungkan dari jumlah batang atau 6-17% apabila diperhitungkan dari luas bidang dasar (Supriyatno dan Haryanto, 2009). Teknik pemanenan RIL dapat meminimalkan kerusakan tegakan tinggal hampir 50% apabila dibandingkan dengan teknik pemanenan konvensional (Elias, 1998). Kegiatan pemanenan kayu menyebabkan berubahnya struktur tegakan dan komposisi jenis di dalam hutan. Penelitian mengenai struktur dan komposisi tegakan hutan tropika telah banyak dilakukan di Indonesia, namun sebagian besar hanya survei pada satu lokasi dan pada satu waktu tertentu, serta masih dilakukan di hutan alam yang belum menerima perlakuan atau gangguan (misalnya: Kartawinata et al., 1981; Riswan, 1987; Suselo and Riswan, 1987; Sist and Saridan, 1998; Heriyanto, 2001; Krisnawati, 2003; Sidiyasa, 2009). Penelitian mengenai dinamika hutan tropika dan simpanan karbon pasca tebangan di Indonesia masih sangat terbatas. Dalam pengelolaan hutan lestari mempelajari dinamika struktur tegakan dan karakteristiknya merupakan suatu prasyarat dasar, karena hal tersebut sangat penting untuk mengetahui bagaimana hutan akan memberikan respon terhadap gangguan alam ataupun perlakuan silvikultur (Nguyen-The et al., 1998). Oleh karena itu, penelitian mengenai dinamika struktur tegakan, komposisi jenis dan simpanan karbon di atas permukaan tanah pada hutan tropika ini menjadi penting untuk menghasilkan informasi yang dapat dipercaya untuk mengetahui bagaimana hutan tumbuh dan beradaptasi terhadap kondisi alam dan adanya perlakuan pemanenan.
4 Salah satu perangkat monitoring yang sering digunakan untuk mengetahui dinamika struktur dan komposisi tegakan di dalam suatu kawasan hutan adalah Petak Ukur Permanen (PUP). Di hutan tropika, PUP telah banyak digunakan sebagai alat mengetahui dampak dari penebangan dan perubahan pada tegakan hutan di atasnya. Pengukuran PUP dengan interval waktu tertentu dalam periode yang panjang diperlukan untuk mengetahui proses perubahan dalam struktur dan komposisi tegakan sebagai dampak dari perlakuan yang diterapkan. 1.2. Perumusan Masalah Pengelolaan hutan alam produksi lestari tidak akan berhasil dilakukan tanpa pemahaman mengenai dinamika hutan pasca pemanenan. Vegetasi di dalam hutan selalu dinamis dan berubah secara kontinyu dari waktu ke waktu baik pada level individu, populasi maupun pada level komunitas. Produktifitas hutan pasca tebangan sangat berhubungan dengan teknik pemanenan yang diterapkan dan bagaimana vegetasi tersebut beradaptasi terhadap kondisi pasca tebangan. Dalam sistem silvikultur tebang pilih ada dua pendekatan teknik pemanenan yang dapat diterapkan, yaitu teknik pemanenan konvensional dan teknik pemanenan ramah lingkungan (Reduced Impact Logging/RIL). Namun, ketersediaan informasi mengenai pengaruh teknik pemanenan terhadap dinamika struktur tegakan, komposisi jenis dan produktivitas biomassa hutan tropika bekas tebangan di Indonesia masih kurang. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk memberikan informasi mengenai dinamika struktur tegakan, komposisi jenis dan simpanan karbon hutan tropika bekas tebangan dengan teknik pemanenan yang berbeda untuk mengetahui dampak pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
5 hutan terhadap kelestarian hasil hutan. Pengukuran dinamika struktur tegakan, komposisi jenis dan simpanan karbon atas permukaan tanah ini menggunakan metode, model dan inventarisasi yang dilakukan secara berulang pada skala lokal. Data yang digunakan merupakan hasil inventarisasi di PUP STREK (Silvicultural Technique For Regeneration Of Logged Over Area In East Kalimantan) yang dibangun sejak 1989 di daerah Labanan, Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur. Dari PUP tersebut diharapkan dapat diketahui bagaimana dinamika struktur tegakan, komposisi jenis dan simpanan karbon di atas permukaan tanah pada hutan tropika bekas tebangan, baik yang menggunakan teknik pemanenan konvensional maupun RIL. Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa permasalahan mendasar yang ingin dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana dinamika struktur tegakan pada hutan tropika bekas tebangan yang menggunakan teknik pemanenan konvensional dan RIL? 2. Bagaimana dinamika komposisi jenis pada hutan tropika bekas tebangan yang menggunakan teknik pemanenan konvensional dan RIL? 3. Bagaimana dinamika simpanan karbon di atas permukaan tanah pada hutan tropika bekas tebangan yang menggunakan teknik pemanenan konvensional dan RIL?
6 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui dinamika struktur tegakan, komposisi jenis dan simpanan karbon atas permukaan tanah pada hutan tropika bekas tebangan yang menggunakan teknik pemanenan konvensional dan RIL di Berau, Kalimantan Timur. 2. Membandingkan dinamika struktur tegakan, komposisi jenis dan simpanan karbon atas permukaan tanah pada hutan tropika bekas tebangan yang menggunakan teknik pemanenan konvensional dan RIL di Berau, Kalimantan Timur. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Menghasilkan data dan informasi mengenai dinamika struktur tegakan, komposisi jenis dan simpanan karbon di atas permukaan tanah pada hutan tropika bekas tebangan. 2. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan dalam rangka pengembangan penelitian mengenai dinamika struktur tegakan, komposisi jenis dan simpanan karbon di atas permukaan tanah pada hutan tropika bekas tebangan. 3. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk pengelolaan hutan tropika dalam rangka pengurangan dampak degradasi hutan dalam kerangka REDD+.
7 1.5. Kerangka Pemikiran Kerangka pimikiran dari penelitian ini ditampilkan pada Gambar 1. Mitigasi Perubahan Iklim Hutan Tropika Carbon Sources / Carbon Sink Penyerap CO 2 Konvensional Pemanenan / Penebangan RIL Perubahan Struktur Tegakan Perubahan Komposisi Jenis Perubahan Stok Karbon di Atas Permukaan Tanah Pertumbuhan Hutan Struktur Tegakan: Kerapatan, Luas Bidang Dasar, Mortalitas, Ingrowth, Distribusi Kelas Diameter. Komposisi Jenis: Pengelompokan jenis; Indeks Nilai Penting; Indeks Keanekaragaman; Indeks Kemerataan Simpanan Karbon Atas Permukaan: Total Biomassa dan Karbon Atas Permukaan Tanah; Total Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah dan Seresah Dinamika Struktur Tegakan, Komposisi Jenis dan Stok Karbon di Atas Permukaan Tanah Petak Ukur Permanen Pengelolaan Hutan Lestari Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
8 1.6. Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah areal hutan hujan tropika di Berau, Kalimantan Timur yang merupakan hutan dipterokarpa campuran dataran rendah (lowland mixed dipterocarp forest). Penelitian dilakukan di hutan primer dan hutan bekas tebangan. Hutan primer merupakan hutan alam yang belum mendapatkan perlakuan (virgin forest). Sedangkan hutan bekas tebangan (logged over area/loa) adalah areal hutan primer yang telah mendapatkan perlakuan tebang pilih. Struktur tegakan yang diamati adalah struktur tegakan secara horizontal yang meliputi kerapatan, luas bidang dasar, ingrowth, mortalitas dan distribusi kelas diameter. Komposisi jenis dikelompokkan berdasarkan spesies, famili dan komersialitasnya. Sedangkan simpanan karbon atas permukaan tanah yang diukur adalah tumbuhan bawah, seresah dan pohon dengan dbh >10 cm. Penelitian menggunakan dua jenis data, yaitu: 1. Data Primer, yang meliputi data struktur, komposisi jenis dan simpanan karbon atas permukaan tanah pada tumbuhan bawah dan seresah di hutan bekas tebangan dengan sistem TPTI dengan batas diameter tebangan > 50 cm. 2. Data Sekunder, yang menggunakan data dari Petak Ukur Permanen Silvicultural Technique For Regeneration Of Logged Over Area In East Kalimantan (PUP STREK) di daerah Berau, Kalimantan Timur. Data yang dimanfaatkan adalah data pengukuran tahun 1990 sampai dengan tahun 2006 pada pohon dengan dbh > 10 cm dari PUP hutan primer, teknik pemanenan konvensional dan teknik RIL.