BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan jumlah penduduk dan industri pada CAT Karanganyar-Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai geokimia air tanah adalah salah satu jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di

KIMIA AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH MAGELANG-TEMANGGUNG BAGIAN BARAT, KABUPATEN TEMANGGUNG DAN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, baik untuk kebutuhan sehari-hari yang bersifat individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. BAB II. GEOLOGI REGIONAL...12 II.1. Geomorfologi Regional...12 II.2. Geologi Regional...13 II.3. Hidrogeologi Regional...16.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya airtanah terbentuk akibat adanya proses siklus hidrologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

<Lampiran> KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif

PENGELOLAAN AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH JAKARTA : Permasalahan dan Kemajuan Penyelesaian Masalah

UNIVERSITAS DIPONEGORO PEMETAAN HIDROGEOLOGI SERTA KAJIAN KUALITAS AIRTANAH PADA CEKUNGAN AIRTANAH SUMOWONO TUGAS AKHIR

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MEMTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

Groundwater Quality Assesment of Unconfined Aquifer System for Suitable Drinking Determination at Northern Jakarta Groundwater Basin

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

SKRIPSI. Oleh: RADEN MUHAMMAD NUH Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii. Daftar Tabel... vii. Daftar Gambar... ix. Daftar Lampiran... xiv. Intisari... xv. Abstract...

3,28x10 11, 7,10x10 12, 5,19x10 12, 4,95x10 12, 3,10x xviii

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR DI DAERAH RAWAN KERING

Model Hydrogeology for Conservation Zone in Jatinangor using Physical and Chemical Characteristic of Groundwater

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda

SUMBERDAYA HIDROGEOLOGI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. - Bagian barat dengan Kabupaten Jayapura. - Bagian selatan dengan Kecamatan Arso, Kabupaten Jayapura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1


BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

PEMETAAN SEBARAN AIR TANAH ASIN PADA AQUIFER DALAM DI WILAYAH SEMARANG BAWAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Air diperlukan manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Daerah penelitian saat ini sedang mengalami perkembangan pemukiman

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cekungan Airtanah (CAT) Pati-Rembang merupakan cekungan airtanah lintas kabupaten yang terletak di Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang dan Kabupaten Jepara dengan luas keseluruhan sekitar 102.800 Ha. Kemajuan pembangunan yang semakin meningkat di wilayah CAT Pati-Rembang membuat pertumbuhan penduduk yang tercatat terus mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah penduduk membuat kebutuhan masyarakat terhadap air bersih untuk berbagai keperluan akan meningkat juga. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang semakin meningkat setiap hari dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan keberadaan airtanah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Jepara Tahun 2015, jumlah penduduk yang termasuk dalam wilayah CAT Pati-Rembang adalah 973.270 jiwa. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 1996 untuk wilayah CAT Pati-Rembang memiliki perkiraan kebutuhan air bersih untuk kegiatan rumah tangga adalah 52.404.743 m 3 /tahun. Jika dilihat dari kondisi batuan atau litologi, CAT Pati-Rembang yang terletak di lintas 3 kabupaten ini tersusun oleh berbagai jenis batuan yang bervariasi. Kondisi jenis batuan yang bervariasi mengakibatkan perbedaan proses perubahan komposisi hidrokimia airtanah ketika airtanah mengalir dan berinteraksi dengan batuan yang dilaluinya. Sistem akuifer airtanah memiliki sifat yang dinamis, mudah dipengaruhi oleh infiltrasi air meteorik, mudah terpengaruh oleh aktivitas manusia terutama dalam penggunaan zat kimia baik untuk pertanian maupun industri, serta sifatnya yang sangat terpengaruh oleh kondisi musim yang sedang terjadi membuat perlunya penelitian agar pemanfaatan zona akuifer yang berbeda satu dengan lainnya lebih tepat penggunaannya. Seperti pada contohnya titik-titik airtanah akuifer dangkal yang tidak layak minum nantinya dapat digunakan untuk irigasi serta titik-titik airtanah pada akuifer tertekan yang memiliki kandungan kimia yang 1 1

sesuai dengan peraturan Kementerian Kesehatan dapat dimanfaatkan untuk air minum. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis geokimia airtanah yang berasal dari akuifer dangkal dan akuifer tertekan CAT Pati-Rembang kemudian diuji untuk mengetahui kandungan kimia airtanah serta hasil dari uji kimia akan diklasifikasikan daerah mana saja dari CAT Pati-Rembang yang memiliki airtanah yang sesuai dengan syarat standar baku air minum dari Kementrian Kesehatan dan daerah mana yang seharusnya airtanah akuifer bebasnya digunakan untuk keperluan selain air minum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fasies airtanah dan pengaruhnya terhadap kondisi batuan yang dilewatinya serta untuk mengetahui persebaran kualitas airtanah pada CAT Pati-Rembang sehingga nantinya akan terlihat persebaran kualitas airtanah yang ada serta dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah setempat untuk mengatur pengelolaan penggunaan airtanah agar sesuai dengan kondisi kualitas airtanahnya yang terdapat pada CAT Pati-Rembang. 1.2 Masalah Penelitian Permasalahan utama dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi beberapa pertanyaan antara lain: 1. Bagaimana kondisi geologi CAT Pati-Rembang? 2. Bagaimana kondisi hidrogeologi pada CAT Pati-Rembang? 3. Bagaimana kondisi kualitas airtanah pada CAT Pati-Rembang untuk keperluan air minum dan irigasi? 1.3 Objek Penelitian Penelitian dilakukan berdasarkan data hasil pemetaan hidrogeologi di CAT Pati-Rembang yang meliputi Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Jepara. Data yang diambil berupa sampel airtanah akuifer bebas yang berasal dari sumur gali dan mata air serta sampel airtanah dari akuifer tertekan yang berasal dari sumur bor warga dan sumur milik PDAM untuk kemudian dianalisis komposisi ion-ion kimia, uji nilai DHL, serta uji nilai derajat keasaman (ph). 2

1.4 Maksud Penelitian Penelitian yang dilakukan di daerah CAT Pati-Rembang memiliki maksud sebagai berikut: 1. Melakukan pengamatan geologi berupa jenis litologi permukaan dan kelerengan atau morfologi daerah penelitian. 2. Melakukan pengambilan data hidrogeologi seperti muka airtanah, debit mataair, dan pengukuran daya hantar listrik (DHL). 3. Melakukan uji kimia sampel airtanah daerah penelitian untuk mengetahui fasies dan kelas airtanah. 4. Melakukan uji kimia sampel airtanah daerah penelitian untuk peruntukan air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492 Tahun 2010. 5. Melakukan uji kimia sampel airtanah daerah penelitian untuk menentukan kualitas airtanah yang layak digunakan untuk irigasi. 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan di daerah penelitian ditujukan untuk mencapai hal hal sebagai berikut: 1. Mengetahui kondisi geologi berupa litologi permukaan dan morfologi daerah penelitian. 2. Mengetahui kondisi hidrogeologi daerah penelitian seperti pola dan arah aliran airtanah bebas. 3. Mengetahui fasies dan kelas airtanah pada daerah penelitian. 4. Mengetahui kualitas airtanah untuk keperluan air minum pada daerah penelitian. 5. Mengetahui kualitas airtanah untuk keperluan irigasi pada daerah penlitian. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini akan memberikan dua manfaat yaitu manfaat bagi masyarakat dan juga manfaat untuk pemerintah daerah. 1. Manfaat untuk masyarakat adalah masyarakat atau warga sekitar jadi lebih mengetahui bagaimana kondisi kualitas airtanah yang ada di sekitarnya dan 3

juga masyarakat bisa membagi pemanfaatan airtanah berdasarkan komposisi ion-ion kimia yang mempengaruhi kualitas airtanah. 2. Manfaat bagi pemerintah adalah pemerintah daerah dapat menjadikan hasil penelitian ini untuk menjadi dasar penyusunan zona pemanfaatan airtanah agar daerah penelitian tidak lagi kesulitan persediaan air. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Lingkup Spasial Lokasi penelitian secara administratif terletak di Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang dan Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah yang diperlihatkan pada Gambar 1.1. Pembuatan peta-peta dasar dalam penelitian menggunakan sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) dengan datum World Geodetic System (WGS) Tahun 1984. Daerah penelitian terletak pada koordinat antara 488695-543510 mt dan 9291895-9239260 mu dimana wilayah penelitian termasuk dalam zona 49 Southern Hemisphere. Akses ke daerah penelitian memerlukan waktu sekitar 3-4 jam dari Kota Semarang ke arah timur dengan menggunakan sepeda motor. Gambar 1.1 Lokasi Penelitian CAT Pati-Rembang. (Setiadi, 2004). 4

1.7.2 Lingkup Substansial Kegiatan penelitian ini meliputi pengambilan data geologi berupa jenis litologi secara umum dengan deskripsi secara megaskopis, pengambilan data morfologi daerah penelitian dengan metode pengamatan langsung dan metode perhitungan morfometri, serta melakukan pengambilan data hidrogeologi yang dilakukan pada bulan Juli 2017 saat musim kemarau. Data hidrogeologi yang diambil berupa pengukuran debit mataair, pengukuran muka airtanah (MAT) dangkal, pengukuran daya hantar listrik (DHL) dan derajat keasaman airtanah (ph), analisis kimia airtanah untuk keperluan air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 429 Tahun 2010. Penentuan jenis akuifer berdasarkan log bor milik PDAM Kabupaten Pati. Penentuan fasies airtanah menggunakan diagram Piper dengan cara menghitung perbandingan kation-anion dari ion yang terdapat pada airtanah. Pembahasan dibatasi mengenai kondisi morfologi dan litologi secara umum, hasil analisis kimia airtanah berdasarkan data laboratorium dan data lapangan. 1.8 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang CAT Pati-Rembang sebagai berikut. 1. Sukrisno dan Said (1988) meneliti tentang kondisi hidrogeologi di daerah Semarang dan sekitarnya termasuk daerah penelitian. Hasil dari penelitian diketahui bahwa daerah penelitian disusun oleh lebih dari 1 jenis akuifer dengan tingkat produktivitas yang berbeda. 2. Suwarti dan Wikarno (1992) meneliti tentang kondisi geologi dan menghasilkan peta geologi lembar Kudus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa formasi batuan yang menyusun CAT Pati-Rembang adalah Qa (Aluvium), Qvlm (Lava Muria), Qvtm (Tuff Muria), Qvg (Batuan Gunungapi Genuk), dan Tpp (Formasi Patiayam). 3. Darwin dan Sudjono (1993) meneliti kondisi geologi dan menghasilkan peta geologi lembar Rembang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 5

formasi batuan yang menyusun CAT Pati-Rembang adalah Qvm (Batuan Gunungapi Muria) dan Qa (Aluvium). 4. Dinas Energi Sumber Daya dan Mineral Provinsi Jawa Tengah (2005) meneliti tentang potensi airtanah yang terdapat pada akuifer tertekan dan akuifer bebas CAT Pati-Rembang. Berisikan tentang batas cekungan airtanah Pati-Rembang yang dibatasi oleh Gunung Muria dan Laut Jawa bagian Utara serta membahas tentang potensi airtanah yang terdapat dalam wilayah CAT Pati-Rembang. 5. Dinas Energi Sumber Daya dan Mineral Provinsi Jawa Tengah (2017) meneliti tentang konservasi airtanah yang yang dilakukan pada akuifer tertekan dan akuifer bebas CAT Pati-Rembang. Berisikan tentang pembahasan zonasi konservasi yang dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan nilai DHL dan penurunan muka airtanah yang telah terjadi dalam wilayah CAT Pati-Rembang. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, penulis akan meneliti tentang kondisi airtanah jika digunakan untuk air minum serta akan meneliti tentang fasies airtanah pada daerah penelitian. Penelitian tersebut belum pernah dilakukan pada daerah penelitian. Kondisi airtanah untuk air minum ini akan mendukung penelitian pemerintah untuk menentukan zona pemanfaatan airtanah daerah penelitian. Fasies airtanah berguna untuk mengetahui kelas-kelas air agar dapat diketahui apakah kelompok akuifer batuan sedimen dan akuifer pada batuan vulkanik memiliki kelas yang sama. 1.9 Sistematika Penulisan Laporan penelitian tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut : 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan. 6

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai geologi regional yang termasuk dalam cakupan wilayah CAT Pati-Rembang, pengertian airtanah, pengertian cekungan airtanah dan penentuan kualitas airtanah untuk air minum dan irigasi. 3. BAB III METODOLOGI Bab III berupa tahapan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan penelitian, meliputi tahapan penelitian, persiapan alat dan bahan, diagram alir penelitian, dan analis komposisi kimia yang terkandung dalam sampel yang diuji. 4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi mengenai hasil penelitian yang meliputi kondisi hidrologi dan kondisi hidrogeologi serta kondisi muka air tanah pada akuifer bebas dan akuifer tertekan. Berisikan juga tentang hasil pembobotan nilai kualitas airtanah sebagai air minum berdasarkan peraturan Kementrian Kesehatan serta kualitas airtanah untuk irigasi. 5. BAB V KESIMPULAN Bab V berupa tentang kesimpulan dari hasil pembahasan tentang penentuan pemanfaatan airtanah akuifer bebas dan akuifer tertekan CAT Pati-Rembang. 7