HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DI JALAN RAYA DENGAN NILAI AMBANG DENGAR PADA MASYARAKAT PEMUKIMAN DI KELURAHAN TITIWUNGEN SELATAN KOTA MANADO Nels Capa Waromi, Paul A. T. Kawatu 1, Audy Wuntu 2. 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam ratulangi Manado 2 Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam ratulangi Manado ABSTRAK Latar belakang : Pemukiman adalah suatu perumahan atau kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang di lengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan (UU No.2 / th 92 ). Pemantauan kebisingan tahun 2008 merupakan lanjutan dari program pemantauan kebisingan lingkungan pada tahun 2006 dan 2007, dimana pemantauan difokuskan pada kawasan pemukiman dengan tujuan mengetahui pola kebisingan yang terjadi di daerah pemukiman. Pemantauan tahun 2008 ini dilakukan di lima kota di Indonesia, yaitu Pekanbaru, Denpasar, Pangkal Pinang, Balikpapan, dan Palangkaraya. Di tiap kota dilakukan pengukuran tingkat kebisingan lingkungan di dua titik, dimana titik pertama merupakan pemukiman yang berhadapan langsung dengan jalan raya utama yang melintasi pemukiman tersebut. Sedangkan titik kedua terletak di dalam kawasan pemukiman tersebut. Dari hasil pengukuran yang didapat, 95% data titik pengukuran satu telah melewati baku tingkat kebisingan lingkungan KepMen LH No. 48 Tahun 1996 untuk kawasan pemukiman. Sedangkan untuk titik pengukuran dua pada umumnya tidak melewati baku tingkat kebisingan lingkungan KepMen LH No. 48 Tahun 1996. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah bersifat observasional analitik dengan desain crosssectional study. Sampel sebanyak 30 responden dengan metode purposive sampling. Data intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar dengan α = 0.05 CI = 95%. Hasil Penelitian : Hasil uji didapatkan nilai probabilitas untuk hubungan intensitas kebisingan dengan nilai ambang dengar sebesar 0,433 (p<0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara tingkat kebisingan di jalan raya dengan nilai ambang dengar pada masyarakat pemukiman di Kelurahan Titiwungen Selatan. Kata Kunci : kebisingan dan nilai ambang dengar.
RELATIONSHIP BETWEEN THE INTENSITY OF THE NOISE ON THE HIGHWAY WITH THE VALUE OF HEARING THRESHOLD ON RESIDENTIAL COMMUNITIES AT KELURAHAN TITIWUNGEN SELATAN MANADO CITY Nels Capa Waromi, Paul A. T. Kawatu 1, Audy Wuntu 2. 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam ratulangi Manado 2 Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam ratulangi Manado ABSTRACT Background: The retreat is a residential or group home that serves as the residence are equipped with facilities and infrastructure environment (UU No.2 / th 92 ). Noise monitoring in 2008 is a continuation of environmental noise monitoring program in 2006 and 2007, where monitoring is focused on residential areas in order to know the pattern of noise that occur in residential areas. Monitoring was conducted in 2008 in five cities in Indonesia, Pekanbaru, Denpasar, Louth, Balikpapan, and Palangkaraya. In each city environmental noise levels measured at two points, where the first point is directly opposite the settlement of a major highway that crosses the settlement. While the second point is located within the residential area. From the measurement results obtained, 95% of the data points of measurement of the noise level was beyond the range of standard LH KepMen No. 48 of 1996 for the settlement. As for the two measurement points generally do not pass raw noise level within KepMen LH No. 48 Tahun 1996 for residential areas As for the two measurement points generally do not pass standard environmental noise levels KepMen LH No. 48 Tahun 1996. Methods: This study was an observational analytic cross-sectional study design. Sample of 30 respondents with a purposive sampling method. Noise intensity data and hearing threshold values with α = 0.05 level CI = 95%. Results: The test results obtained probability value for the relationship intensity noise with hearing threshold value of 0.433 (p <0.05). Conclusion: There is no relationship between the noise level on the road with thresholds heard on resettlement community in the District of South Titiwungen. Keywords: noise and hearing threshold value.
PENDAHULUAN Pemukiman adalah suatu perumahan atau kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang di lengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan (UU No.2 / th 92 ). Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan diikuti dengan meningkatnya pembangunan dalam segala bidang termasuk kemajuan teknologi membawa pengaruh negatif lainnya bagi kehidupan manusia. Salah satu sektor kemajuan yang sangat pesat adalah sarana transportasi yang dapat mempermudah dan juga mempercepat manusia dalam menjalankan suatu kegiatan. Sektor transportasi khusunya kendaraan bermotor baik roda 2 yaitu sepeda motor, maupun roda > 2 seperti mobil dan truk, memberikan kontribusi yang potensial dalam meningkatnya intensitas kebisingan di kawasan pemukiman. Kebisingan merupakan salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang dapat mengakibatkan gangguan yang dialami penduduk dan lingkungan sekitar di sepanjang tepi jalan yang tidak dapat dihindari akibat kemajuan sarana transportasi tersebut. Saat ini banyak kota-kota di Indonesia yang mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama pada sarana transportasi dan perluasan daerah pemukiman. Dampak dari perkembangan tersebut antara lain banyaknya pemukiman yang berhadapan langsung dengan jalan raya, bandara, ataupun rel kereta api sehingga menimbulkan dampak negatif antara lain kebisingan. Oleh karena itu untuk menjaga kenyamanan dan kelestarian lingkungan pemukiman, diperlukan usahausaha manusia yang bertujuan untuk meminimumkan dampak negatif tersebut. Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kota-kota besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan, mengganggu kegiatan sehari-hari di sekolah, di tempat kerja, di rumah, dan saat waktu senggang. Berdasarkan latar belakang di atas maka peniliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang hubungan intensitas kebisingan di jalan raya dengan nilai ambang dengar pada masyarakat pemukiman di kelurahan titiwungen selatan yang berada di kawasan Boulevard On Bussines. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48/MenLH/XI/1996 tingkat kebisingan maksimum untuk daerah pemukiman 55 dba. METODE PENELITIAN Jenis penelitian Penelitian ini adalah bersifat observasional analitik dengan desain cross-sectional study (studi potong lintang). Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Titiwungen Selatan Kota Manado. Waktu dantempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Titiwungen Selatan, pada bulan Maret-Mei 2013. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat permukiman yang tinggal di Kelurahan Titiwungen. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 orang ibu rumah tangga yang tinggal atau bermukim di sepanjang jalur jalan raya. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen yang digunakan Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,berdasarkan ciri data sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Instrument dalam penelitian ini adalah Sound Level Meter ( SLM ) dan Audio Meter. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20. data yang telah diolah selanjutnya di analisis dengan menggunakan uji statistik yang digunakan adalah chi- square pada tingkat kemaknaan 95 % atau nilai α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Umur Dari hasil penelitian terhadap 30 orang ibu rumah tangga, umur responden terbanyak pada golongan umur 21-40 tahun yaitu sebanyak 16 (53,3%), umur 40-61 tahun yaitu sebanyak 12 ( 40%) sedangkan >60 tahun yaitu 2 (6,7%). Tingkat Pendidikan keseluruhan responden berjenis kelamin perempuan yang tamat SD sebanyak 2 responden (6,7%). 1 responden (3,3%) tamat SLTP. Responden yang tamat SLTA 23 responden (76,7%). Kemudian Diploma dan Sarjana sebanyak 4 responden (13,3%). Analisis Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Dengan Nilai Ambang Dengar Berdasarkan analisis terhadap variabel kebisingan, diperoleh gambaran bahwa keseluruhan responden yang berjumlah 30 responden (100%) menganggap pemukiman tersebut merupakan pemukiman yang bising. Sedangkan pada analisis nilai ambang dengar sebanyak 5 responden merasa mengalami gangguan pendengaran selama tinggal di pemukiman di Kelurahan Titiwungen Selatan, sedangkan 25 responden lainnya merasa tidak mengalami gangguan pendengaran selama tinggal di pemukima tersebut. Tabel berikut ini menunjukkan hasil analisis hubungan antara kebisingan dengan nilai ambang dengar masyarakat pemukiman di Kelurahan Titiwungen Selatan. Tabel 10. Analisis Hubungan Antara Kebisingan Dengan Nilai Ambang Dengar. Kebisingan rata-rata Nilai Ambang Dengar (NAD) Telinga Kanan N (%) Normal Tuli Ringan 22 3 25 (83,3) Bising ( 70,9 db) Tidak Bising 5 - (<70,9 db) Total 27 3 5 (16,7) 30 (100) Nilai p (value) 0,490 Table 10 menunjukan bahwa dengan tingkat bising 70,9 db sebanyak 25 responden, 22 responden tergolong normal dan 3 responden diantaranya tergolong tuli ringan. Tabel 11. Analisis Hubungan Antara Kebisingan Dengan Nilai Ambang Dengar. Nilai Ambang Dengar (NAD) Telinga Kiri N Kebisingan rata-rata Normal Tuli Ringan Bising ( 70,9 db) 22 3 25 Tidak Bising 5-5 (<70,9 db) Total 27 3 30 Nilai p (value) 0,620
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan tingkat bising 70,9 db sebanyak 25 responden, 22 responden tergolong normal dan 3 responden diantaranya tergolong tuli ringan. PEMBAHASAN Hubungan Intensitas Kebisingan Di Jalan Raya Dengan Nilai Ambang Dengar Pada Masyarakat Pemukiman Di Kelurahan Titiwungen Selatan Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kebisingan mengunakan sound level meter pada titik pertama didepan lorong maesa, titik kedua ditempat jualan dan titik ketiga didepan lorong penca dengan rarta-rata keseluruhan tingkat kebisingan >61,8 db maka permukiman ini tergolong bising. Hasil pemeriksaan nilai ambang dengar dengan audiometer pada frekuensi berkala : 500Hz, 1000Hz, 2000Hz, 4000Hz, dan 8000Hz terhadap 30 responden diperoleh data bahwa responden sebanyak 3 (10%) mengalami tuli ringan pada telinga kiri dan 27 (90%) responden normal. Juga pada telinga kanan diketahui bahwa sebanyak 3 (10%) responden mengalami tuli ringan dan 27 (90%) diantaranya normal. Dari data tersebut menunjukkan bahwa 90% responden di kelurahan titiwungen selatan nilai ambang dengarnya baik. Ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss / NIHL) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Berdasarkan hasil uji menggunakan uji chi square dihasilkan nilai probabilitas sebesar 0,433 dengan tingkat kesalahan 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan atau tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat kebisingan dijalan raya dengan nilai ambang dengar pada masyarakat permukiman di Kelurahan Titiwungen Selatan. Dari hasil bivariat diatas didapat dilihat bahwa hasil kebisingan di jalan raya >61,8 db dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada masyarakat sekitar pemukiman di Kelurahan Titiwungen Selatan. Sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss / NIHL) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Made (2007) tentang Pengaruh Kebisingan Lalulintas Jalan Raya Terhadap Gangguan Kesehatan Psikologis Anak SD bahwa kebisingan lalulintas jalan >61,8 db dapat menyebabkan gangguan kesehatan psikologis. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kebisingan di jalan raya dengan nilai ambang dengar pada masyarakat permukiman di Kelurahan Titiwungen Selatan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Intensitas kebisingan di Kelurahan Titiwungen Selatan diukur pada 3 titik, pada titik pertama yaitu lorong Maesa intensitas kebisingan 60,5 db, pada titik kedua yaitu dikawasan tempat perdagangan intensitas kebisingan 77,8 db, dan pada titik ke tiga yaitu lorong penca intensitas kebisingannya 74,4 db. 2. a. Persentase tuli ringan pada telinga kanan sebanyak 3 responden (10%) dan normal sebanyak 27 responden (90%). b. Persentase tuli ringan pada telinga kiri sebanyak 3 responden (10%) dan normal sebanyak 27 responden (90%).
3. Tidak terdapat hubungan antara tingkat kebisingan di jalan raya dengan nilai ambang dengar pada masyarakat pemukiman di Kelurahan Titiwungen Selatan.. Saran 1. Berdasarkan kesimpulan maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengetahui apakah ada hubungan antara kebisingan dengan nilai ambang dengar mengingat dimana nilai kebisingan di permukiman ini sudah tidak memenuhi syarat permukiman yang layak. 2. Hasil pada penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi masyarakat agar menghindari terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi dan lama terpapar bising. 3. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain. DAFTAR PUSTAKA Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta; PT Elex Media Komputindo Bahri dkk. 2007. Penggunaan Metode Logika Fuzzy Untuk Memprediksikan Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas, Lebar Jalan dan Faktor Koreksi. Jurnal gradien Vol : 3 No.2. Budiyanto dkk. 2010. Hubungan Kebisingan dan Massa Kerja Terhadap Terjadinya Stress Kerja pada Pekerja di bagian Tenun Agung Saputra Tex Piyungan Bantul Yogyakarta. Junal Kesmas UAD. Fahri, S. 2008. Kebisingan dan tekanan panas dengan perasaan kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian drilling pertamina EP Jambi. Jurnal Unimas Harianto, R. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : ECG Ikron dkk, 2005. Pengaruh Kebisingan Lalulintas Jalan Terhadap Gangguan Kesehtan Psikologis Anak SDN Cipinang Muar Kecamatan Jatinegaea, Kota Jakarta Timur, Propinsi DKI Jakarta. Makara Kesehatan, Vol. 11, Juni 2007 Moeljasoedarmo, S. 2008. Hygeine Industri. Jakarta; FKUI Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta; PT Graha Mulia Natoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; PT Rineka Cipta Natoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta; PT Rineka Cipta Rumajar dkk, 2009. Gambaran Tingkat Ketulian pada Tenaga Kerja Ruang Mein PLTA Sektor Minahasa Wilayah Suluttenggo. IKM UNSRAT Manado : Universitas Sam Ratulangi Manado Sintorini dkk, 2007. Hubungan Tingkat Kebisingan Pesawat Udara Terhadap Kesehatan Pekerja di Sekitar Landas Pacu 1 dan 2 Bandar Udara Internasional Soekarno hatta, Banten. Jurnal Universitas Trisakti Volume 4 No. 1, Juni 2007 Sugeng, A. M. 2005. Hygiene Perusahan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta; Sagung Seto Tampubulon Y, 2012. Perbedaan Nilai Ambang Dengar Antara Tenaga Kerja Ground Handling Dengan Pegawai Administrasi di Bandar Udara Sam
Ratulangi Manado. IKM UNSRAT Manado : Universitas Sam Ratulangi. Yadnya dkk., 2008. Tingkat Kebisigan dan Tajam Dengan Petugas Ground Handling di Bandara Ngurah Rai Bali. Bali : Pascasarjana UNUD.