REMAJA, AGAMA DAN NILAI Oleh : Agus Gunawan, S.Pd.



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kepemimpinan merupakan hubungan antara pemimpin dengan bawahannya yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan akhir dari proses pendidikan. dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki sangatlah minim sekali.

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

I. PENDAHULUAN. menjadi masyarakat modern. Modernisasi memberikan banyak konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

Surat untuk Ibu dan Bapak Guru Dari Mendikbud *

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, di antaranya: pendidikan dan pelatihan guru, pengadaan sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

Banyaknya fenomena penyimpangan perilaku yang bisa dilihat secara. setiap hari, membentuk keprihatinan bahwa bangsa ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkharakter baik. Selain itu juga harus mempunyai kepribadian yang sehat,

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

dimanfaatkan sebagai tanda bukti diri, iklan, dan seni. Stiker juga dapat dimanfaatkan untuk media pembelajaran. Materi pembelajaran gaya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

BAB I PENDAHULUAN. produk dengan kualitas-kualitas yang lebih baik. Untuk memenuhi. sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Untuk memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

PEMEROSOTAN MORAL REMAJA INDONESIA

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PADA PERINGATAN HARI GURU NASIONAL 2014 TANGGAL 25 NOVEMBER 2014

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

IMPLEMENTASI KTSP DALAM INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BAGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN NASIONAL 1 Paul Suparno

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pelajar di negeri ini. Fenomena mencontek, tawuran antar pelajar, orang tuanya juga semakin memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN. oleh Tubagus Herlambang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses untuk mendewasakan manusia atau dalam istilah lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat diandalkan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDIDIKAN MOH. SALEH, SH., MH. KARAKTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

AGAMA DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

BAHAN AJAR CHARACTER BUILDING BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Di dalam Undang-Undang Sistem

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

Syarat dan Tugas Pengurus OSIS SMAK PENABUR Cirebon Tahun Ajaran 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehinga mendorong

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi kehidupan yang kompleks karena tuntutan perkembangan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

Mengapa Anda ingin menambahkan syarat dalam revisi UU tentang Kepala Daerah nanti bahwa peserta pilkada harus bermoral?

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. 3 Moral menjadi tolok ukur

Transkripsi:

REMAJA, AGAMA DAN NILAI Oleh : Agus Gunawan, S.Pd. POTENSI REMAJA DAN PERAN AGAMA Jumlah remaja yang terdapat di Jawa Barat sekitar 30 % dari jumlah seluruh warga. Dari sekitar sepertiga jumlah masyarakat Jawa Barat, remaja erat kaitannya dengan agresivitas. Masalah agresifitas ini menimbulkan permasalahan sosial di masyarakat. Diantara masalah yang ditimbulkan adalah kawin muda, nafza (narkotika dan zat adiktif), tawuran, berandalan bermotor dan resiko terkena HIV. Permasalahan sosial ini dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini tentu mengkhawatirkan seluruh pihak karena remaja merupakan potensi bagi masa depan bangsa. Oleh karena itu, maka sudah seharusnya pemerintah menuntaskan permasalahan remaja. Salah satunya dengan tersedianya tempat-tempat penyaluran kegiatan para remaja sehingga dapat mengalihkan kelebihan energi yang dimiliki kepada hal-hal yang lebih bermanfaat. Berkaitan dengan wahana penyaluran kegiatan remaja, peran agama tidak dapat ditinggalkan. Karena agama berperan penting dalam pembentukan karakter. Maka tidak boleh terjadi remaja kita memiliki agama hanya sebatas simbolisasi. Agama yang menjadi anutan bagi umat manusia, ternyata tidak terkikis dengan adanya kemajuan. Bahkan kemajuan terkait dengan tingginya pertumbuhan manusia tidak mengurangi minat mereka untuk beragama. Dengan urutan pertama dengan jumlah pemeluk terbanyak diduduki oleh agama Kristen dengan penganut sebanyak 2,1 miliar jiwa. Urutan kedua adalah agama Islam dengan 1,5 miliar jiwa, agama Hindu sebanyak 900 juta jiwa, agama Budha sebanyak 376 juta jiwa dan selebihnya menganut kepercayaan dan agama yang lain. Adapula penduduk yang tidak memiliki agama atau atheis ada sebanyak 500 juta jiwa.

Adapun remaja adalah bagian dari masyarakat yang menjadi pemeluk salah satu dari agama tersebut. Tetapi dari sekian agama atau kepercayaan, mampukah agama berperan merubah karakter remaja di atas muka bumi ini. REMAJA DAN BAHASA MULIA AGAMA Oleh karena itu, Agama dengan bahasa mulia yang terkandung di dalamnya perlu menginspirasi para remaja agar memiliki arah sehingga tidak bermasalah. Dan mampu menjadi barometer agar tiap remaja memiliki karakter. Bahasa agama mengandung eufemisme atau bahasa penghalusan. Sehingga dengan ini diharapkan mampu mempengaruhi kekerasan hati dan keinginan yang kuat para remaja saat mengekspos segala hasrat dan penat yang dirasakan. Selain itu, diharapkan pula memiliki dampak terhadap perkembangan perilaku remaja menjadi semakin halus, bukan sarkasme atau kekasaran yang muncul sehingga remaja terkurung dalam karakter disfemisme. Ungkapan yang baik dari bahasa Agama yang mulia akan mencegah kebahasaan para remaja untuk berbahasa dengan gaya peyoratif atau buruk. Karena agama akan mendegradasi ungkapan mereka yang bernada buruk menjadi bahasa yang sesuai dengan kesopanan dan kemuliaan. REMAJA DAN KRISIS KETELADANAN Selain berkaitan dengan ungkapan atau ucapan yang baik, para remaja membutuhkan pedoman dan panduan. Bahasa mulia yang berasal dari agama salah satu pedoman yang utama. Selain dari bahasa agama, pedoman dapat muncul dari balik sebuah keteladanan. Dan saat ini, remaja masih gamang dan bingung, disebabkan mereka krisis dan kekeringan sosok teladan. Sosok teladan ideal yang mampu memenuhi pikiran dan harapan remaja masih belum muncul ke permukaan. Situasi saat ini, apabila remaja melihat kepada para tetinggi. Disana ada para pejabat publik sebagai para pemimpin yang seharusnya bisa dijadikan teladan. Hanya bagi remaja dengan segala perhatian dan perasaannya, jurang pemisah antara pemimpin dan masyarakat ternyata lebar dan terjal. Perbedaan

ekonomi, kesejahteraan dan kemapanan pemimpin dibandingkan masyarakat begitu jelas sehingga remaja semakin bersikap apriori terhadap para pemimpin. Para pejabat publik dengan segala pedoman dalam menjalankan tanggungjawabnya seharusnya menjadi teladan yang ideal. Akan tetapi tidak bagi para remaja karena mereka menghendaki bukti nyata dibandingkan retorika belaka. Semakin jauh remaja dari keteladanan para pemimpin setelah banyaknya kasus korupsi. Dan kasus korupsi yang marak terjadi ternyata tidak sedikit yang berasal dari kebijaksanaan yang mereka para petinggi buat. Ternyata para pejabat tersebut membuat sebuah kebijaksanaan yang tidak memiliki kebajikan bahkan menyalahi kebaikan. NILAI KEMANUSIAAN BAGI REMAJA Beberapa hal di atas mengakibatkan kegalauan. Hal Ini mengakibatkan kebingungan remaja dalam menentukan pilihan. Bagaimana seharusnya para remaja bersikap, berkomunikasi dan beraktivitas sehingga membentuk kondisi psikis yang labil. Dengan psikilogis yang baik, tidak ada remaja yang tidak memiliki prinsip dan mudah tertiup angin. Tidak ada remaja yang apabila terjadi sedikit perubahan lalu mengapresiasinya dengan sikap berlebihan. Demikian, sehingga tidak ada lagi budaya yang terbentuk dengan melihat remaja sebagai generasi yang banyak dikhawatirkan arah masa depannya. Nilai-nilai kemanusiaan (human values) yang berakar dari nilai universal dan perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi merupakan objek wajib untuk tertanam dalam hati sanubari para remaja. Terutama bagi remaja Jawa Barat yang hampir menguasai jumlah terbesar penghuni di dalamnya. Maka nilai universal yang terdiri dari kebenaran (truth), kasih sayang (love), perdamaian (peace), perilaku yang benar (right conduct) dan anti kekerasan (non-violence) harus tertanam dalam setiap kurikulum kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. Oleh karena itu, hendaknya kita upayakan kemajuan bangsa ini dengan memajukan remaja sebagai pengisi peradaban bangsa, agen of change dimana remaja harus menjadi cikal bakal perubahan. Merubah dirinya, lingkungannya, bangsanya bahkan menjadi contoh untuk generasi selanjutnya.