BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal.III. 12

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di

Tabel Kapasitas Rill kemampuan keuangan daerah untuk mendanai Pembangunan Daerah

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI (Rp)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN KEUANGAN POKOK

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

BAB III PENGELOLAAN KEUNGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

BAB 3. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN KEUANGAN 2014

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAANKEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PROFIL KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

Anggaran Realisasi Realisasi Cat

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN KEUANGAN POKOK

Bab-3 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 3 - GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IIIGAMBARAN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KOTA DENPASAR LAPORAN ARUS KAS

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Bab III Gambaran Keuangan Daerah

PROGRAM S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN A. Kinerja Keuangan Daerah Tahun 2011-2015 Dalam rangka pelaksanaankewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang saat ini telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kemudian diikuti dengan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah tersebut merupakan subsistem dari pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Selain kedua Undang-Undang tersebut, terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Berdasarkan Pasal 13 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah, maka APBD dalam satu tahun anggaran meliputi : a. Hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih; b. Kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih; dan c. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Implementasinya dalam struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah. III-1

1. Kinerja Pelaksanaan APBD Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Wonosobo tidak terlepas dari kebijakan yang ditempuh, baik dari sisi efektivitas pengelolaan penerimaan yang dijabarkan melalui target APBD dan realisasinya, maupun dilihat dari efisiensi dan efektivitas pengeluaran daerah melalui belanja tidak langsung dan belanja langsung. Secara umum gambaran pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan pendapatan dan belanja daerah selama tahun 2011 2015 telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Pengelolaan keuangan daerah yang telah dilaksanakan dengan baik diharapkan mampu mendorong perkembangan dan pertumbuhan perekonomian daerah. Dalam pelaksanaannya, sumber pembiayaan yang memegang peranan penting dalam keuangan daerah Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Wonosobo, yang pelaksanaannya ditetapkan melalui Peraturan Daerah setiap tahun; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah, dan c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). Kebijakan umum keuangan daerah yang tergambar dalam pelaksanaan APBD yang merupakan instrument dalam menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah mengacu pada aturan yang melandasinya baik Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah maupun Keputusan Kepala Daerah. Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan secara professional, partisipatif, transparan dan akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. a. Pendapatan Daerah Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah, hal penting yang harus diperhatikan adalah tingkat penerimaan pendapatan daerah. Optimalisasi pengelolaan pendapatan daerah baik pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan maupun sumber pendapatan daerah lainnya akan mendukung pengelolaan keuangan daerah. Upaya-upaya dalam rangka peningkatan pendapatan daerah, khususnya PAD telah dilaksanakan melalui berbagai langkah dan strategi. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah melalui pajak daerah dan retribusi daerah terus diupayakan. Pajak daerah dan retribusi daerah III-2

merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh karena itu perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah merupakan hal penting dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Langkah-langkah yang telah ditempuh dalam melakukan intensifikasi pendapatan antara lain : 1. Melakukan kegiatan penyuluhan terhadap wajib pajak dan wajib retribusi daerah mengenai peraturan yang berlaku dan manfaat yang diharapkan dari peningkatan PAD. 2. Melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait di tingkat pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat dalam menunjang peningkatan bagi hasil pajak dan bukan pajak. 3. Menyusun dan mengevaluasi regulasi tentang pengelolaan pajak dan retribusi daerah termasuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat. 4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan optimalisasi peningkatan pendapatan daerah. 5. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat dengan memberikan penghargaan kepada wajib pajak yang tepat waktu dalam melunasi pajak dan kepala wilayah yang dapat mencapai target penerimaan PBB. Kinerja pengelolaan pendapatan daerah selama kurun waktu 2011 2015 disajikan pada tabel berikut ini. III-3

Tabel III.1 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2011-2015 Kabupaten Wonosobo No Uraian Jumlah 2011 2012 2013 2014 2015 1 PAD 67.398.727.303 82.335.296.457 108.729.508.524 175.319.364.867 182.607.628.797 29,82 Pendapatan Pajak Daerah 8.822.722.948 9.441.193.741 26.416.352.676 26.122.824.174 27.484.141.296 44,38 Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Rata2 g 13.017.003.175 17.622.354.246 19.024.710.492 23.816.881.941 9.967.184.606-10,76 4.967.038.563 4.728.450.130 6.129.819.969 8.179.049.682 9.290.538.963 20,71 40.591.962.617 50.543.298.340 57.158.625.387 117.200.609.070 135.865.763.932 166,57 2 DANA PERIMBANGAN 590.833.383.925 697.594.306.625 758.139.018.684 824.656.337.009 836.382.532.154 9,23 3 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 42.786.344.925 43.765.552.625 34.640.804.684 40.988.318.009 31.393.027.154-4,92 Dana Alokasi Umum 485.766.439.000 597.858.484.000 665.548.034.000 724.245.009.000 748.447.761.000 11,27 Dana Alokasi Khusus 62.280.600.000 55.970.270.000 57.950.180.000 59.423.010.000 56.541.744.000 0,73 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 321.450.890.879 251.118.305.939 277.313.995.387 277.169.968.089 413.169.490.078 43,36 Pendapatan Hibah 7.500.000.000 0 0 5.000.000.000 0 0,00 Bagi Hasil Pajak 27.675.845.839 37.532.838.178 42.906.742.924 47.049.296.780 81.707.802.179 34,41 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 145.743.885.040 107.537.478.530 145.810.630.000 169.467.713.000 198.827.670.000 31,15 Bantuan Keuangan 140.531.160.000 106.047.989.231 88.596.622.463 55.652.958.309 132.634.017.899 131,12 ADD 0 0 0 0 0 0,00 JUMLAH PENDAPATAN 979.683.002.107 1.031.047.909.021 1.144.182.522.595 1.277.145.669.965 1.432.159.651.029 15,67 Sumber : Bagian Keuangan dan Asset Daerah Setda Kabupaten Wonosobo, 2010-2016; Bappeda 2016 (data diolah) III-4

Dari Tabel III.1 diatas dapat diketahui bahwa pendapatan daerah Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011 sampai tahun 2015 terus mengalami kenaikan, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 15,67%. Pendapatan asli daerah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 29,82%. Besarnya peningkatan pendapatan asli daerah dikarenakan adanya peningkatan yang tinggi pada sektor pajak daerah dengan rata-rata pertumbuhan 44,38%. Dana perimbangan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 9,23%. Sedangka Lain-lain pendapatan yang sah mengalami pertumbuhan sebesar 43,36% dengan kontribusi terbesar berada di pendapatan bantuan keuangan sebesar 131,12%. b. Belanja Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja diklasifikasikan ke dalam : 1. Belanja Tidak Langsung, yang terdiri dari : a. Belanja Pegawai b. Belanja Bunga c. Belanja Subsidi d. Belanja Hibah e. Belanja Bantuan Sosial f. Belanja Bagi Hasil g. Belanja Bantuan Keuangan h. Belanja Tidak Terduga 2. Belanja Langsung, yang terdiri dari : a. Belanja Pegawai b. Belanja Barang dan Jasa c. Belanja Modal Selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2011 sampai 2015, kebijakan pengelolaan keuangan daerah di bidang belanja daerah diprioritaskan untuk: a. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. b. Peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan. c. Peningkatan kualitas pelayanan publik. d. Pengembangan kawasan strategis, lingkungan hidup dan sumberdaya alam. e. Peningkatan pengelolaan keuangan daerah. f. Peningkatan pendapatan daerah. g. Peningkatan keamanan dan ketertiban. h. Revitalisasi pertanian dan kehutanan. Kinerja pengelolaan belanja daerah Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini. III-5

No 1 2 Uraian BELANJA TIDAK LANGSUNG Tabel III.2 Rata-rata Pertumbuhan Belanja Pendapatan Daerah Tahun 2011-2015 Kabupaten Wonosobo Jumlah 2011 2012 2013 2014 2015 g 547.918.781.312 606.980.926.646 657.244.353.901 789.389.087.204 880.919.993.072 12,11 Belanja Pegawai 475.354.529.180 541.754.405.633 587.856.934.045 628.029.130.000 694.946.392.637 10,90 Belanja Hibah 25.126.273.455 15.543.085.255 15.153.119.710 104.130.611.914 30.628.168.435 89,03 Belanja Bantuan Sosial 2.004.753.477 3.119.979.979 3.023.599.946 3.340.357.690 2.991.639.256 38,97 Bunga 0 0 0 0 0 0,00 Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan Belanja tidak terduga BELANJA LANGSUNG 0 0 0 0 3.060.322.050 0,00 44.561.557.200 44.593.569.179 49.362.126.320 51.418.016.600 147.026.667.694 40,16 871.668.000 1.969.886.600 1.848.573.880 2.470.971.000 2.266.803.000 26,77 340.519.637.831 379.555.986.242 330.859.418.508 430.934.553.163 613.527.298.730 33,10 Belanja Pegawai 6.448.326.390 6.623.304.400 10.250.813.960 13.751.852.992 21.913.675.741 31,46 Belanja Barang dan Jasa 214.310.738.463 183.465.535.843 182.413.506.696 211.084.690.020 334.201.779.281 24,77 Belanja Modal 119.760.572.978 189.467.145.999 138.195.097.852 206.098.010.151 257.411.843.708 62,20 JUMLAH BELANJA 888.438.419.143 9.986.536.912.888 988.103.772.409 1.220.323.640.367 1.494.447.291.802 17,78 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2010-2016, Bappeda 2016 (data diolah) Rata2 III-6

Dari Tabel III.2 diatas dapat diketahui bahwa belanja daerah terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17,78%, dimana belanja tidak langsung rata-rata tumbuh sebesar 12,11% dan belanja langsung tumbuh sebesar 33,10%. Bila ditinjau dari proporsinya, prosentase rata-rata belanja tidak langsung sebesar 64,56% dari rata-rata total belanja daerah sedangkan untuk belanja langsung sebesar 35,44%. Berarti bahwa belanja daerah sebagian besar masih dipergunakan untuk belanja tidak langsung dimana penggunaan yang paling besar adalah pada belanja pegawai untuk gaji dan tunjangan pegawai negeri, tunjangan dan representasi anggota DPRD serta gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Untuk belanja langsung, terjadi peningkatan terus pada belanja pegawai dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 31,46%. Pada belanja barang dan jasa terjadi fluktuasi dalam pengelolaannya. Dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami penurunan dan naik kembali pada tahun 2014. Belanja modal dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 58,20%, tetapi mengalami penurunan 27,06% pada tahun 2013 serta naik kembali 49,14% di tahun 2014 dan menurun di tahun 2015 sebesar 24,88%. Jika dilihat proporsi pada belanja langsung, belanja daerah lebih banyak dipergunakan untuk belanja barang dan jasa. c. Pembiayaan Daerah Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat, namun dari sisi pembiayaan sumber pendapatannya sangat terbatas. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup SILPA tahun anggaransebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman dan penerimaan kembali pemberian pinjaman. Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman. Anggaran pembiayaan netto yang merupakan selisih antara pembiayaan penerimaan dan pembiayaan pengeluaran merupakan anggaran yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara anggaran pendapatan daerah dan anggaran belanja daerah. Kinerja pembiayaan daerah dalam kurun waktu tahun 2011 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini. III-7

Tabel III.3 Rata-rata Pertumbuhan Pembiayaan Daerah Tahun 2011-2015 Kabupaten Wonosobo No Uraian Jumlah Rata2 2011 2012 2013 2014 2015 g PENERIMAAN 1 PEMBAYARAN 35.704.318.707 117.573.984.655 156.079.075.488 297.208.756.864 342.065.873.521 71,23 Penggunaan SiLPA 35.593.744.407 117.502.901.671 156.022.980.788 297.157.825.674 327.766.817.462 72,26 Pencairan Dana Cadangan 0 0 0 0 14.232.284.559 0,00 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang 0 0 0 0 0 0,00 Dipisahkan Penerimaan Piutang Daerah 110.574.300 71.082.984 56.094.700 50.931.190 66.771.500-22,71 Penerimaan Lain-lain (Dana 0 0 0 0 0 0,00 Talangan) PENGELUARAN 2 PEMBIAYAAN 9.446.000.000 6.062.000.000 15.000.000.000 26.263.969.000 41.768.737.622 34,08 Pembentukan Dana Cadangan 0 1.000.000.000 5.000.000.000 7.000.000.000 0 0,00 Penyertaan Modal Pemerintah 9.446.000.000 5.062.000.000 10.000.000.000 19.263.969.000 41.768.737.622 45,53 Daerah Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri- 0 0 0 0 0 0,00 Lembaga Keuangan Bank Pengeluaran Lain-lain 0 0 0 0 0 0,00 (DanaTalangan) PEMBIAYAAN NETTO 26.258.318.707 111.511.984.655 141.079.075.488 270.944.787.864 300.297.135.899 337,85 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2010-2016; Bappeda, 2016 (data diolah) III-8

Penerimaan pembiayaan tahun 2011 2015 sebagian besar berasal dari SILPA tahun lalu sedangkan pengeluaran pembiayaan dipergunakan sebagian besar untuk penyertaan modal. Pengeluaran pembiayaan untuk penyertaan modal pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2011, kemudian meningkat kembali pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan pembiayaan dari tahun 2011 sampai 2014 sebesar 45,53%. Berdasarkan realisasi pembiayaan tahun 2011 2015, diketahui bahwa pembiayaan APBD Kabupaten Wonosobo tergantung pada SILPA baik SILPA tahun lalu maupun SILPA tahun berkenaan. Ke depan diharapkan bahwa sumbersumber pembiayaan dapat dikembangkan melalui penyertaan modal pada BUMD, pembentukan dana cadangan ataupun investasi pada sektor-sektor ekonomi yang menguntungkan, sehingga sumber pembiayaan pembangunan menjadi lebih beragam. Kebijakan pembiayaan daerah ditetapkan untuk menutup defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat, namun dari sisi sumber pendapatannya sangat terbatas. Untuk itu perlu didorong dan terus dikembangkan upaya-upaya peningkatan investasi daerah, antara lain dengan : 1. Deregulasi peraturan daerah untuk meningkatkan investasi di Kabupaten Wonosobo; 2. Kerjasama pemerintah dengan pihak swasta atau pemerintah lain; 3. Kerjasama antara BUMD dengan pihak swasta; 4. Mendorong investasi masyarakat terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melibatkan peran masyarakat secara luas; 5. Meningkatkan investasi melalui fasilitasi PMA dan PMDN. 2. Neraca Daerah Perkembangan aset dalam neraca keuangan Kabupaten Wonosobo mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 1,32% dari tahun 2010 2015. Aset lancar mengalami pertumbuhan sebesar 48,15%. Pertumbuhan aset lancar disebabkan karena kenaikan kas dari tahun 2012 sampai tahun 2015 dengan rata-rata pertumbuhan 68,16%. Piutang daerah mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 41,34% sedangkan persediaan mengalami penurunan sebesar 3,69%. Investasi jangka panjang mengalami pertumbuhan sebesar 23,63%, peningkatan investasi ini didorong oleh peningkatan investasi permanen dari Rp 87.201.314.930,77,- menjadi Rp 123.826.465.172,37,- atau naik sebesar 28,05%. Walaupun investasi jangka panjang mengalami pertumbuhan, namun pada investasi III-9

non permanen mengalami penurunan dari Rp 7.268.427.486,- dari tahun 2012 menjadi Rp 0,- atau dengan pertumbuhan rata-rata menurun sebesar 46,54%. Jumlah aset tetap dalam neraca keuangan Kabupaten Wonosobo dari tahun 2010 2015 mengalami penurunan sebesar 2,39%. Penurunan ini disebabkan asset tetap pada komponen konstruksi dalam pengerjaan mengalami penurunan rata-rata pertumbuhan sebesar 58,97%. Jumlah dana cadangan meningkat dengan pertumbuhan 106,55%. Komponen pembentuk asset daerah yang meningkat sangat besar adalah pada asset lainnya yaitu dari Rp 1.820.241.118,- pada tahun 2010 menjadi Rp 153.844.567.858,-pada tahun 2015 dengan pertumbuhan rata-rata 298,53%. III-10

Tabel III.4 Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Wonosobo No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 III-11 Rata-rata Pertumbu han (%) 1. ASET 1.750.533.460.191,00 1.864.642.183.185,73 2.184.729.758.770,95 2.468.385.322.425,26 1.461.831.601.357,75 1.618.325.931.483,78 1,32% 1.1 ASET LANCAR 56.922.252.690,00 134.224.570.932,00 172.546.521.635,00 323.197.871.112,25 347.494.393.138,37 283.480.529.310,99 48,15% 1.1.1 Kas 35.630.155.976,00 117.605.323.418,00 156.180.021.975,00 297.244.779.272,00 327.842.369.356,00 253.526.775.341,00 68,16% 1.1.2 Piutang 7.254.586.805,00 5.587.298.470,00 7.295.874.613,00 17.044.250.937,00 8.851.025.228,50 18.901.788.062,79 41,34% 1.1.3 Beban Dibayar dimuka 167.130.306,00 83.416.666,67 1.1.4 Persediaan 14.037.509.909,00 11.031.949.044,00 9.070.625.047,00 8.908.840.903,25 10.633.868.247,87 10.968.549.240,53-3,69% 1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG 52.850.841.014,00 70.092.147.222,73 47.061.031.676,95 53.822.167.721,01 87.230.798.891,77 123.826.465.172,37 23,63% 1.2.1 Investasi Non Permanen 7.268.427.486,00 7.157.853.186,00 7.086.770.202,00 42.606.335,00 29.483.961,00 0,00-46,54% 1.2.2 Investasi Permanen 45.582.413.528,00 62.934.294.036,73 39.974.261.474,95 53.779.561.386,01 87.201.314.930,77 123.826.465.172,37 28,05% 1.3 ASET TETAP 1.638.940.125.369,00 1.653.296.708.963,00 1.950.999.633.317,00 2.074.095.987.770,00 876.751.197.288,61 1.057.174.369.142,42 "-2,39% 1.3.1 Tanah 121.096.495.305,00 160.738.981.812,00 263.964.217.978,00 269.366.664.349,00 280.229.470.364,00 277.669.779.801,85 20,42% 1.3.2 Peralatan dan Mesin 157.805.383.712,00 200.295.468.454,00 244.188.582.459,00 264.528.000.699,00 291.686.855.269,00 337.038.893.512,13 16,60% 1.3.3 Gedung dan Bangunan 692.402.034.603,00 574.175.000.506,00 610.762.293.738,00 663.743.192.978,00 683.208.425.978,00 788.394.963.455,58 3,26% 1.3.4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 620.471.970.811,00 657.111.435.323,00 760.405.468.066,00 798.540.097.778,00 745.752.679.531,00 841.628.993.117,00 6,58% 1.3.5 Aset tetap lainnya 41.703.934.938,00 57.077.101.618,00 66.922.009.076,00 77.918.031.966,00 67.201.005.784,00 84.955.630.678,15 16,64% 1.3.6 Konstruksi dalam Pengerjaan 5.460.306.000,00 3.898.721.250,00 4.757.062.000,00 0,00 11.258.954.963,00 1.323.674.950,00-58,97% 1.3.7 Akumulasi Penyusutan Aset 0,00 0,00 0,00 0,00 (1.202.586.194.600) (1.273.837.566.372) 5,92% Tetap 1.4 DANA CADANGAN 0,00 0,00 1.000.175.347,00 6.083.252.580,00 13.659.745.156,00 0,00 106,55% 1,4,1 Dana Cadangan 0,00 0,00 1.000.175.347,00 6.083.252.580,00 13.659.745.156,00 0,00 106,55% 1.5 ASET LAINNYA 1.820.241.118,00 7.028.756.068,00 13.122.396.795,00 11.186.043.242,00 136.695.466.883,00 153.844.567.858,00 298,53%

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Pertumbu han (%) 1.5.1 Aset lainnya 1.820.241.118,00 7.028.756.068,00 13.122.396.795,00 11.186.043.242,00 136.695.466.883,00 153.844.567.858,00 298,53% JUMLAH ASET DAERAH 1.750.533.460.191,00 1.864.642.183.185,73 2.184.729.758.770,95 2.468.385.322.425,26 1.461.831.601.357,75 1.618.325.931.483,78 1,32% 2 KEWAJIBAN 1.421.334.331,00 359.600.932,00 297.794.966,00 2.173.369.329,00 13.725.836.293,00 3.553.940.986,83 199,07% 2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 1.421.334.331,00 359.600.932,00 297.794.966,00 2.173.369.329,00 13.725.836.293,00 3.553.940.986,83-34,40% 2.1.1 Kewajiban Jangka Pendek 432.455.000,00 0,00 0,00 0,00 13.725.836.293,00 3.553.940.986,83 96,27% 2.1.2 Utang Perhitungan 23.460.065,00 5.887.757,00 41.402.442,00 77.203.026,00 0,00 205,88% Fihak Ketiga (PFK) 2.1.3 Utang Jangka Pendek Lainnya 965.419.266,00 353.713.175,00 256.392.524,00 2.096.166.303,00 0,00 0,00% 2.2 HUTANG JANGKA PANJANG 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 199,07% JUMLAH KEWAJIBAN 1.421.334.331,00 359.600.932,00 297.794.966,00 2.173.369.329,00 13.725.836.293,00 3.553.940.986,83 3 EKUITAS DANA 1.749.112.125.860,00 1.864.282.582.253,73 2.184.431.963.804,95 2.466.211.953.096,26 1.448.076.281.102,70 1.614.771.990.496,95 1,38% 3.1 EKUITAS DANA LANCAR 55.500.918.359,00 133.864.970.000,00 172.248.726.669,00 321.024.201.783,25 - - 32,24% 3.1.1 Silpa 35.593.744.407,00 117.502.901.671,00 156.022.980.788,00 297.157.825.674,00 0,00 52,73% 3.1.2 Pendapatan yang Ditangguhkan 12.951.504,00 96.533.990,00 115.638.745,00 9.750.572,00 0,00 108,05% 3.1.3 Cadangan Piutang 7.254.586.805,00 5.587.298.470,00 7.295.874.613,00 17.044.250.937,00 0,00 1,34% 3.1.4 Cadangan Persediaan 14.037.509.909,00 11.031.949.044,00 9.070.625.047,00 8.908.840.903,25 0,00-24,32% 3.1.5 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek (1.397.874.266) -353713175,00-256392524,00-2096166303,00 0,00 203,61% 3.2 EKUITAS DANA INVESTASI 1.693.611.207.501,00 1.730.417.612.253,73 2.011.183.061.788,95 2.139.104.198.733,01 - - -13,51% III-12

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 3.2.1 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 3.2.2 Diinvestasikan dalam aset tetap 3.2.3 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (tidak termasuk Dana Cadangan) 3.2.4 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang 3.3 EKUITAS DANA DICADANGKAN Ekuitas Dana Dicadangkan JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA Rata-rata Pertumbu han (%) 52.850.841.014,00 70.092.147.222,73 47.061.031.676,95 53.822.167.721,01 0,00-4,76% 1.638.940.125.369,00 1.653.296.708.963,00 1.950.999.633.317,00 2.074.095.987.770,00 0,00-14,91% 1.820.241.118,00 7.028.756.068,00 13.122.396.795,00 11.186.043.242,00 0,00 276,02% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.000.175.347,00 6.083.252.580,00-106,55% 0,00 0,00 1.000.175.347,00 6.083.252.580,00 0,00 106,55% 1.750.533.460.191,00 1.864.642.183.185,73 2.184.729.758.770,95 2.468.385.322.425,26 1.461.802.117.395,70 1.618.325.931.483,78 1,32% Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2010-2016; Bappeda, 2016 (data diolah) III-13

Hutang dalam neraca keuangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan dari Rp 1.421.334.331,- pada tahun 2010 menjadi Rp 3.553.940.986,83,- pada tahun 2015. Hutang tersebut menyebabkan Pemerintah Kabupaten Wonosobo mempuyai kewajiban jangka pendek yang juga meningkat. Perkembangan ekuitas dana dalam neraca keuangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan sebesar 1,38%. Rata-rata pertumbuhan jumlah kewajiban dan ekuitas dana sampai tahun 2015 sebesar 0,97%. Analisis terhadap neraca keuangan daerah dilakukan dengan rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas. Untuk neraca keuangan daerah, rasio likuiditas yang digunakan adalah rasio lancar (current ratio) dan quick ratio. Rasio lancar adalah asset lancar dibagi dengan kewajiban jangka pendek, sedangkan quick ratio adalah asset lancar dikurangi persediaan dibagi dengan kewajiban jangka pendek. Rasio Lancar (current ratio) digunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh Pemerintah Kabupaten Wonosobo dapat melunasi hutang jangka pendek. Jika nilai rasio kurang dari 1,5, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah akan mengalami kesulitan dalam membayar hutang jangka pendeknya, sedangkan kalau lebih besar maka pemerintah dapat mudah untuk mencairkan asset lancarnya untuk membayar tagihan kewajiban jangka pendeknya. Dari hasil perhitungan, nilai rasio lancar pada tahun 2010 sebesar 40,04846 dan pada tahun 2015 sebesar 82,824891. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Wonosobo tidak mengalami kesulitan dalam mencairkan asset lancarnya untuk membayar seluruh hutang atau kewajiban jangka pendeknya. Dari sisi rasio lancar menunjukkan bahwa neraca keuangan pemerintah Kabupaten Wonosobo sangat baik dan ke depan harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan pengelolaan asset lancar terutama yang terkait dengan kewajiban jangka pendek. Quick Ratio yang nilainya lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa asset lancar setelah dikurangi dengan persediaan dapat menutup kewajiban jangka pendeknya.berdasarkan perhitungan diperoleh nilai Quick Ratio sebesar 30,17217 pada tahun 2010 dan 79,404897 pada tahun 2015. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kemampuan asset lancar setelah dikurangi persediaan mempunyai kemampuan yang cukup kuat untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. III-14

Tabel III.5 Analisa Rasio Keuangan Daerah Kabupaten Wonosobo No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Rasio Lancar (Current Ratio) 49,04846 373,26 579,41383 148,70821 13,781044 82,824891 2 Rasio Quick (Quick Ratio) 30,17217 342,581 548,95453 144,60912 13,361894 79,404897 3 Rasio Kewajiban terhadap Aset 0,000813 0,00019 0,0001363 0,0008813 0,0096056 0,0019867 4 Rasio Kewajiban terhadap Ekuitas 0,000813 0,00019 0,0001363 0,0008813 0,0095597 0,0019867 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2010-2016; Bappeda, 2016 (data diolah) Untuk neraca keuangan daerah, rasio solvabilitas yang digunakan adalah rasio kewajiban terhadap aset dan rasio kewajiban terhadap ekuitas. Rasio kewajiban terhadap asset adalah kewajiban dibagi dengan asset sedangkan rasio kewajiban terhadap ekuitas adalah kewajiban dibagi dengan ekuitas. Rasio kewajiban terhadap aset secara langsung membandingkan kewajiban jangka panjang ditambah kewajiban jangka pendek dibagi dengan asset dikurang kewajiban jangka panjang dan jangka pendek. Semakin kecil nilai rasio maka semakin baik rasio kewajiban terhadap aset. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rasio sebesar 0,000813 pada tahun 2010 dan 0,0019867 pada tahun 2015. Nilai tersebut relatif kecil karena dibawah angka 0,75 sehingga kemampuan keuangan daerah cukup kuat untuk membayar jika Pemerintah Kabupaten Wonosobo melakukan pinjaman kepada kreditur. Rasio kewajiban terhadap ekuitas secara langsung membandingkan kewajiban jangka pendek dibagi dengan ekuitas. Semakin kecil nilai rasio maka akan semakin baik rasio kewajiban terhadap ekuitas. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rasio sebesar 0,000813 pada tahun 2010 dan 0,0019867 pada tahun 2015. Nilai tersebut hampir sama dengan rasio kewajiban terhadap asset. Nilai tersebut relatif kecil karena dibawah angka 0,75 sehingga kemampuan keuangan daerah cukup kuat untuk membayar jika Pemerintah Kabupaten Wonosobo melakukan pinjaman kepada kreditur. Untuk mengukur sampai seberapa jauh aktivitas pemerintah daerah dalam menggunakan dana-dananya secara efektif dan efisien digunakan rasio aktivitas. Rasio ini dapat mengukur efisiensi kegiatan operasional birokrasi pemerintah daerah, karena rasio ini didasarkan pada perbandingan antara pendapatan dengan pengeluaran pada periode tertentu. Untuk neraca keuangan daerah, rasio aktivitas yang digunakan adalah rasio rata-rata umur piutang dan rasio rata-rata umur persediaan. Rata-rata umur piutang yaitu rasio untuk melihat berapa lama hari yang diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin besar periode rata-rata, semakin besar resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang dan III-15

sebaliknya. Cara perhitungan rata-rata umur piutang adalah 365 dibagi perputaran piutang, dimana perputaran piutang sendiri adalah pendapatan daerah dibagi ratarata piutang pendapatan daerah. Sedangkan rata-rata piutang pendapatan daerah adalah saldo awal piutang ditambah saldo akhir piutang kemudian dibagi 2. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa rata-rata umur piutang pada tahun 2014 adalah 4,03 hari. Artinya Pemerintah Kabupaten Wonosobo memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menagih piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur persediaan yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana tertanam dalam bentuk persediaan (menggunakan persediaan untuk memberi pelayanan public). Semakin besar periode rata-rata, semakin besar resiko kemungkinan persediaan berada di gudang dan sebaliknya. Cara menghitung ratarata umur persediaan adalah 365 dibagi perputaran persediaan, dimana perputaran persediaan adalah nilai persediaan yang digunakan dalam satu tahun dibagi rata-rata nilai persediaan. Sedangkan rata-rata nilai persediaan adalah saldo awal persediaan ditambah saldo akhir persediaan lalu hasilnya dibagi 2. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 rata-rata umur persediaan adalah 10,88 hari. Artinya bahwa dana yang tertanam dalam bentuk persediaan hanya bertahan sekitar setengah bulan. B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah Tahun 2011-2015 1. Proporsi Penggunaan Anggaran Proporsi penggunaan anggaran untuk belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total pengeluaran pemerintah Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini. No Tabel III.6 Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Wonosobo Tahun Total Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur (Rp000) Total Pengeluaran (Belanja+Pembiayaan Pengeluaran) (Rp000) Persentase 1. 2011 481.802.855.570 897.884.419.143 53,66 2. 2012 548.377.710.033 992.598.912.888 55,25 3. 2013 598.107.748.005 1.003.103.772.409 59,63 4. 2014 641.780.982.992 1.246.587.609.367 51,48 5. 2015 716.860.068.378 1.536.216.029.424 46,66 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2010-2016, Bappeda 2016 (data diolah) Dari Tabel III.6 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur sebesar Rp 481.802.855.570,- atau 53,66% dari total pengeluaran daerah.tahun 2012 sebesar Rp 548.377.710.033,- atau 55,25% dari total pengeluaran daerah, mengalami kenaikan 13,82% dari tahun sebelumnya. Tahun 2013 sebesar Rp 598.107.748.005,- atau 59,63% dari total pengeluaran daerah dan mengalami kenaikan sebesar 9,07% dari tahun 2012. Pada tahun 2014, total belanja (%) III-16

untuk pemenuhan kebutuhan aparatur sebesar Rp 641.780.982.992,- atau 51,48% dari total pengeluaran daerah, mengalami penurunan 7,3% dari tahun 2013. Tahun 2015, total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur sebesar Rp 716.860.068.378,- atau 46,66% dari total pengeluaran daerah, mengalami kenaikan sebesar 11,70% dari tahun 2014. Selama kurun waktu lima tahun, proporsi total belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total pengeluaran daerah mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2014 dan 2015, dengan rata-rata proporsi sebesar 53,32%. Hal ini menunjukkan bahwa belanja daerah masih lebih besar digunakan untuk pengeluaran pemenuhan kebutuhan aparatur dibandingkan untuk peningkatan pelayanan dasar dan daya saing daerah. 2. Analisis Pembiayaan Tabel III.7 Defisit Riil Anggaran Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2015 No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 Pendapatan 979.683.002.107 1.031.047.909.021 1.144.182.522.595 1.277.145.669.965 1.432.159.651.029 1. Daerah Dikurangi 2. Belanja daerah 888.438.419.143 986.536.912.999 988.103.772.409 1.220.323.640.367 1.494.447.291.801,80 3. Pengeluaran pembiayaan daerah 9.446.000.000 6.062.000.000 15.000.000.000 26.263.969.000 41.768.737.622 Surplus/defisit - 81.798.582.964 38.448.996.133 141.078.750.186 30.558.00.598 riil 104.056.378.394,80 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2010-2016, Bappeda 2016 (data diolah) Tabel III.8 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2015 No Uraian Proporsi dari Total Defisit Riil (%) 1. Penggunaan SiLPA 2011 2012 2013 2014 2015 2. Pencairan Dana Cadangan 43,51 305,61 110,59 972,44-314,99 3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0 0 0 0-13,68 4. Penerimaan Pinjaman Daerah 0 0 0 0 0 5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 0 0 0 0 0 6. Penerimaan Piutang Daerah 0,14 0,18 0,04 0,17-0,06 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2010-2016, Bappeda 2016 (data diolah) III-17

Tabel III.9 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2015 N o Uraian Rp 2011 2012 2013 2014 2015 % dari % dari % dari % dari Rp Rp Silpa silpa silpa Rp silpa Rp 1 Jumlah Silpa 35.593.744.407 117.502.901.671 156.022.980.788 297.157.825.674 327.766.817.462 2 Pelampauan penerimaan PAD 3 4 5 6 Pelampauan penerimaan dana perimbangan Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah Sisa penghematan belana atau akkibat lainnya 35.593.744.407 100 117.502.901.671 100 156.022.980.788 100 297.157.825.674 100 327.766.817.462 100 Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 7 Kegiatan lanjutan Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2010-2016, Bappeda 2016 (data diolah) % dari silpa III-18

C. Kerangka Pendanaan Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 25, kerangka pendanaan adalah program dan kegiatan yang disusun untuk mencapai sasaran hasil pembangunan yang pendanaannya diperoleh dari anggaran pemerintah daerah, sebagai bagian integral dari upaya pembangunan daerah secara utuh. Untuk menentukan kemampuan anggaran Pemerintah Kabupaten Wonosobo 5 (lima) tahun ke depan perlu dihitung perkiraan kemampuan anggaran berdasarkan anggaran tahun sebelumnya dengan asumsi-asumsi yang diperkirakan terjadi. 1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Wonosobo yang wajib dianggarkan serta merupakan prioritas utama, harus ada pada setiap perencanaan penganggaran. Beberapa pengeluaran periodik, wajib dan mengikat serta prioritas utama pada tahun 2013-2015 ditampilkan pada tabel berikut ini. Tabel III.10 Belanja dan Pengeluaran Periodik, Wajib dan mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Wonosobo Tahun 2013-2015 No. Uraian 2013 2014 2015 Ratarata g A Belanja tidak langsung 587.856.934.045 628.029.130.000 694.946.392.637 8,74 Gaji dan tunjangan PNS, 1 profesi &askes 560.379.451.415 592.986.394.181 652.310.192.295 7,91 2 Penunjang operasional 400.000.000 400.000.000 380.000.000-2,50 3 Belanja DPRD 4.787.141.300 5.223.932.775 7.220.710.950 23,67 4 Kesejahteraan pegawai 20.533.721.191 26.480.854.505 34.027.441.234 28,73 Biaya pemungutan 5 pajak/retribusi 1.756.620.139 2.937.948.539 1.008.048.158 0,78 B Belanja langsung 57.945.208.717 93.373.028.190 60.155.193.560 12,78 C 1 Belanja pegawai BLUD 1.604.726.760 1.952.166.064 10.065.419.293 218,63 2 Belanja jasa kantor 50.454.633.616 85.750.767.637 44.588.111.431 10,98 3 Premi asuransi 677.441.280 530.195.000 296.255.775-32,93 4 Belanja perawatan kendaraan 5.208.407.061 5.139.899.489 5.205.407.061-0,02 Pengeluaran pembiayaan 15.000.000.000 26.263.969.000 41.768.737.622 67,06 1 Dana cadangan 5.000.000.000 7.000.000.000 0-30,00 2 Penyertaan modal 10.000.000.000 19.263.969.000 41.768.737.622 104,73 Total (A+B+C) 660.802.142.762 747.666.127.190 796.870.323.819 9,86 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2014-2016, Bappeda 2016 (data diolah) Pengeluaran wajib dan mengikat dari tahun ke tahun meningkat secara signifikan. Pada tahun 2013 sebesar Rp. 660.802.142.762,- meningkat 12,15% di tahun 2014 menjadi Rp. 747.666.127.190,- dan meningkat kembali sebesar 6,58% di III-19

tahun 2015 menjadi Rp. 796.870.323.819,-. Pengeluaran terbesar terdapat pada belanja tidak langsung yaitu berupa gaji PNS dengan pertumbuhan rata-rata 7,91%. 2. Kebijakan dan Proyeksi Untuk memperkirakan kemampuan anggaran 5 (lima) tahun kedepan, metode sederhana yang dipergunakan adalah fungsi forecast, yaitu menggunakan regresi linear untuk memperkirakan sebuah nilai berdasarkan hubungan 2 (dua) kumpulan data, ditambah asumsi-asumsi yang diperkirakan akan terjadi. a. Kebijakan dan Proyeksi Pendapatan Tahun 2016-2021 Berdasarkan hasil perhitungan, didapat proyeksi pendapatan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2016 2021 sebagai berikut: III-20

Tabel III.11 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 No URAIAN PENETAPAN 2016 PREDIKSI 2017 2018 2019 2020 2021 1 PAD 164.649.559.140 199.105.575.937 210.972.038.954 222.946.855.428 236.234.169.413 249.058.487.447 Pendapatan Pajak Daerah 30.905.000.000 33.995.500.000 35.695.275.000 37.480.038.750 39.995.500.000 41.321.742.722 Pendapatan Retribusi Daerah 10.057.730.500 11.070.390.106 12.169.853.905 13.386.839.296 14.725.523.225 16.198.075.548 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan 11.376.999.390 13.652.399.268 15.700.259.158 17.302.993.947 18.997.313.581 20.897.044.940 Daerah yang dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 112.309.829.250 140.387.286.563 147.406.650.891 154.776.983.435 162.515.832.607 170.641.624.237 2 DANA PERIMBANGAN 1.236.403.297.000 1.322.396.739.550 1.370.619.495.478 1.421.253.389.201 1.454.010.646.582 1.487.793.516.900 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 37.054.501.000 38.907.226.050 40.852.587.353 42.895.216.720 45.039.977.556 47.291.976.434 Dana Alokasi Umum 841.407.175.000 925.547.892.500 971.825.287.125 1.020.416.551.481 1.051.029.048.026 1.082.559.919.466 3 Dana Alokasi Khusus 357.941.621.000 357.941.621.000 357.941.621.000 357.941.621.000 357.941.621.000 357.941.621.000 LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 301.760.272.797 309.710.014.277 318.454.729.904 322.073.917.095 327.364.470.050 332.919.550.652 Pendapatan hibah 6.000.000.000 6.000.000.000 6.000.000.000 0 0 0 Bagi hasil pajak 79.497.414.797 87.447.156.277 96.191.871.904 105.811.059.095 111.101.612.050 116.656.692.652 Dana penyesuaian dan Otonomi khusus 0 0 0 0 0 0 Bantuan Keuangan 66.209.389.000 66.209.389.000 66.209.389.000 66.209.389.000 66.209.389.000 66.209.389.000 ADD 150.053.469.000 150.053.469.000 150.053.469.000 150.053.469.000 150.053.469.000 150.053.469.000 JUMLAH PENDAPATAN 1.702.813.128.937 1.831.212.329.764 1.900.046.264.336 1.966.274.161.724 2.017.609.286.045 2.069.771.554.999 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016; Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016, Bappeda 2016 (data diolah) III-21

Pendapatan daerah pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp 1.702.813.128.937,- dan pada tahun 2021 akan meningkat menjadi Rp 2.069.771.554.999,- dengan asumsi-asumsi : 1. Pendapatan asli daerah mengalami kenaikan setiap tahun antara lain disebabkan : a. Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; b. Bertambahnya objek dan wajib pajak dan retribusi; c. Adanya perubahan nilai jual objek pajak (NJOP) pada subjek PBB-P2 dan BPHTB. 2. Terjadi kecenderungan kenaikan dana perimbangan setiap tahun, khususnya untuk DAU dan bagi hasil pajak sepanjang tidak ada perubahan mendasar dari pemerintah pusat, dengan uraian sebgai berikut: a. DAU cenderung meningkat setiap tahun seiring kebijakan kenaikan gaji pegawai; b. Pemerataan dana bagi hasil pajak/bukan pajak mengalami kenaikan setiap tahun. 3. Dengan adanya pengurangan anggaran oleh pemerintah pusat, terkait dana transfer dari pusat untuk DAK dan bantuan keuangan dibuat flat sama dengan tahun 2016. 4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami kenaikan setiap tahun, sepanjang tidak ada perubahan kebijakan mendasar dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah, maka ditetapkan kebijakan umum dalam pengelolaan pendapatan daerah meliputi : 1. Intensifikasi a. Penataan peraturan daerah di bidang pendapatan asli daerah. b. Meningkatkan kinerja BUMD dalam upaya peningkatan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah. c. Membangun sistem dan prosedur administrasi pelayanan perpajakan dan retribusi berbasis online system. d. Peningkatan kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka optimalisasi penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak. e. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme SDM pengelola pendapatan daerah. 2. Ekstensifikasi III-22

a. Penyesuaian tarif pajak dan penyesuaian dasar pengenaan pajak tertentu. b. Menggali sumber-sumber penerimaan pajak baik dari sektor unggulan maupun sektor informal. c. Penyesuaian NJOP PBB di kawasan tertentu. d. Monitoring sumber-sumber pendapatan untuk mengurangi kebocoran. b. Kebijakan dan Proyeksi Belanja Tahun 2016-2021 Untuk menentukan pagu indikatif maka harus dibuat proyeksi atas belanja daerah yang akan dilakukan dalam 5 (lima) tahun mendatang. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 11, pagu indikatif adalah jumlah dana yang tersedia untuk mendanai program dan kegiatan tahunan yang perhitungannya berdasarkan standard satuan harga yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Penghitungan proyeksi untuk anggaran belanja daerah dilakukan dengan metode yang sama dengan proyeksi pendapatan. III-23

No 1 2 Tabel III.12 Proyeksi Belanja DaerahKabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 Uraian PENETAPAN PREDIKSI 2016 2017 2018 2019 2020 2021 BELANJA TIDAK LANGSUNG 1.103.617.912.131 1.105.704.910.947 1.115.672.976.387 1.183.041.133.963 1.241.227.516.414 1.240.256.614.086 Belanja Pegawai 851.364.836.781 853.180.800.136 902.872.409.406 929.958.581.688 957.857.339.139 986.593.059.313 Belanja Hibah 1.370.000.000 1.397.400.000 1.425.348.000 1.453.854.960 31.482.932.060 1.512.590.700 Belanja Bantuan Sosial 85.500.000 87.210.000 88.954.200 90.733.284 92.547.950 94.398.909 Bunga 0 0 0 0 0 0 Belanja Bagi Hasil kepada Kab & Pemerintah Desa 4.096.273.050 4.178.198.511 4.261.762.481 4.364.997.731 4.433.937.685 4.522.616.439 Belanja bantuan keuangan 238.701.302.300 238.701.302.300 238.701.302.300 238.701.302.300 238.701.302.300 238.701.302.300 Belanja tidak terduga 8.000.000.000 8.160.000.000 8.323.200.000 8.489.664.000 8.659.457.280 8.832.646.425 BELANJA LANGSUNG 698.075.841.886 699.507.418.817 714.373.287.949 753.233.027.761 781.381.769.631 804.514.940.913 Eks BAU 168.592.968.285 168.868.498.919 170.108.737.195 180.856.623.110 186.282.321.802 196.250.417.298 Eks BOP/BM 529.482.873.601 530.638.919.898 544.264.550.754 572.376.404.651 595.099.447.829 608.264.523.615 JUMLAH BELANJA 1.801.693.754.017 1.805.212.329.764 1.870.046.264.336 1.936.274.161.724 2.022.609.286.045 2.044.771.554.999 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016, Bappeda 2016 (data diolah) III-24

Tabel III.13 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat (Prioritas I) Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 No. Uraian Penetapan 2016 Prediksi 2017 2018 2019 2020 2021 Belanja Tidak A Langsung 851.364.836.781 853.180.800.136 902.872.409.406 929.958.581.688 957.857.339.139 986.593.059.313 Gaji dan tunjangan PNS, 1 profesi & askes 774.650.858.929 776.164.415.466 825.748.497.577 852.721.766.343 880.501.975.102 909.113.219.149 2 Penunjang operasional KDH/WKDH 400.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 3 Belanja DPRD 10.266.891.500 10.266.891.500 10.266.891.500 10.266.891.500 10.266.891.500 10.266.891.500 4 Kesejahteraan pegawai 63.998.950.000 63.998.950.000 63.998.950.000 63.998.950.000 63.998.950.000 63.998.950.000 Biaya pemungutan 5 pajak/retribusi 2.048.136.352 2.150.543.170 2.258.070.329 2.370.973.845 2.489.522.537 2.613.998.664 B Belanja Langsung 105.711.099.472 110.695.754.000 115.720.477.800 120.990.032.850 126.516.468.633 132.312.431.650 C 1 Belanja pegawai BLUD 9.953.966.907 10.451.665.250 10.765.215.200 11.088.171.650 11.420.816.800 11.763.441.300 2 Belanja jasa kantor 89.636.705.475 94.118.540.750 98.824.467.800 103.765.691.200 108.953.975.700 114.401.674.500 3 Premi asuransi 314.110.000 320.392.200 326.800.000 333.336.000 340.002.700 346.802.750 4 Belanja perawatan kendaraan 5.806.317.090 5.805.155.800 5.803.994.800 5.802.834.000 5.801.673.433 5.800.513.100 Pengeluaran pembiayaan 16.030.590.000 26.000.000.000 30.000.000.000 30.000.000.000 25.000.000.000 25.000.000.000 1 Dana cadangan 0 10.000.000.000 10.000.000.000 10.000.000.000 0 0 2 Penyertaan Modal 16.030.590.000 16.000.000.000 20.000.000.000 20.000.000.000 25.000.000.000 25.000.000.000 Total (A+B+C) 973.106.526.253 989.876.554.136 1.048.592.887.206 1.080.948.614.538 1.109.373.807.772 2.143.905.490.963 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016, Bappeda 2016 (data diolah) III-25

Proyeksi belanja daerah pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp 1.801.693.754.017,- dan pada tahun 2021 akan meningkat menjadi Rp 2.044.771.554.999,-. Sementara untuk proyeksi pengeluaran wajib dan mengikat yang harus diprioritaskan oleh Kabupaten Wonosobo pada tahun 2016 sebesar Rp. 973.106.526.253,- dan meningkat di tahun 2021 menjadi Rp. 1.143.905.490.963,-. Proyeksi anggaran belanja daerah tersebut diatas memperhatikan asumsi-asumsi sebagai berikut : 1. Kebutuhan belanja pegawai selalu meningkat setiap tahun sebagai akibat dari kenaikan gaji; 2. Kebutuhan belanja publik yang semakin meningkat sebagai upaya pencapaian visi dan misi Pemerintah Kabupaten Wonosobo tahun 2016 2021; 3. Penyesuaian terhadap kenaikan harga (inflasi) dengan kebutuhan belanja. Arah kebijakan pengelolaan belanja daerah adalah sebagai berikut: 1. Efisiensi dan efektivitas,anggaran yang tersedia harus diarahkan untuk mendanai belanja yang bersifat wajib dan mengikat dan harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat meningkatkan pelayanan dasar pada masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 2. Prioritas penggunaan anggaran diprioritaskan untuk mendanai kegiatankegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan infrastruktur guna mendukung ekonomi kerakyatan dan pertumbuhan ekonomi serta diarahkan untuk penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan. 3. Memenuhi pelaksanaan program yang berstandar minimal dan operasional. 4. Meningkatkan kualitas anggaran belanja daerah melalui pola penganggaran berbasis kinerja dengan pendekatan tematik pembangunan disertai sistem pelaporan yang akuntabel. 5. Optimalisasi belanja langsung diupayakan untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan secara efisien dan efektif. Belanja langsung disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakat, sesuai strategi pembangunan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. 6. Optimalisasi belanja langsung untuk pembangunan infrastruktur publik dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta/pihak ketiga sesuai ketentuan yang berlaku. 7. Transparansi dan akuntabel,setiap pengeluaran belanja dipublikasikan dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dipublikasikan sehingga masyarakat mudah dalam mengakses informasi belanja. Pelaporan dan pertanggungjawaban belanja tidak hanya dari aspek administrasi keuangan, tetapi menyangkut pula proses, keluaran dan hasil. III-26

c. Kebijakan dan Proyeksi Pembiayaan Tahun 2016-2021 Untuk memperkirakan penyaluran surplus dan menutup defisit anggaran yang mungkin akan terjadi maka perlu dibuat proyeksi pembiayaan. Proyeksi pembiayaan di masa yang akan datang dari sisi penerimaan menggunakan perkiraan pencairan dana cadangan dan dari sisi pengeluaran berupa penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban. Gambaran proyeksi pembiayaan daerah 2016-2021 dapat dilihat pada Tabel III.14. III-27

No Uraian 1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN Tabel III.14 Proyeksi Pembiayaan Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 PENETAPAN 2016 PREDIKSI 2017 2018 2019 2020 2021 Penggunaan SiLPA 114.911.215.080 0 0 0 0 0 Pencairan Dana Cadangan 0 0 0 0 30.000.000.000 0 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0 0 0 0 0 0 Penerimaan Piutang Daerah 0 0 0 0 0 0 Penerimaan Lain-lain (Dana Talangan) 0 0 0 0 0 0 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 114.911.215.080 0 0 0 30.000.000.000 0 2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan 0 10.000.000.000 10.000.000.000 10.000.000.000 0 0 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 16.030.590.000 16.000.000.000 20.000.000.000 20.000.000.000 25.000.000.000 25.000.000.000 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 0 0 0 0 0 0 Pengeluaran Lain-lain (Dana Talangan) 0 0 0 0 0 0 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 16.030.590.000 26.000.000.000 30.000.000.000 30.000.000.000 25.000.000.000 25.000.000.000 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016, Bappeda 2016 (data diolah) III-28

Kebijakan pembiayaan daerah dari sisi penerimaan pembiayaan diarahkan untuk : 1. Menjaga agar keuangan daerah tetap dalam kondisi surplus anggaran. 2. Penggunaan pencairan dana cadangan sebagai sumber penerimaan pada APBD Tahun Anggaran 2019, didasarkan pada kebutuhan pembiayaan Pilkada. 3. SILPA diupayakan nol seiring dengan semakin efektifnya dan efisiennya penggunaan anggaran. Sedangkan pembiayaan daerah dari sisi pengeluaran pembiayaan, diarahkan untuk : 1. Mengembangkan investasi daerah dan penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban dalam prinsip kehati-hatian (prudential) dan pengelolaannya berdasarkan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal. 2. Pembentukan dana cadangan yang akan digunakan untuk kepentingankepentingan yang bersifat strategis misalnya belanja pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan dana cadangan becana alam. 3. Penghitungan Kerangka Pendanaan Untuk menghitung kerangka pendanaan selama lima tahun ke depan dilakukan penghitungan proyeksi kapasitas riil keuangan daerah yang digunakan untuk mendanai pembangunan daerah, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut. III-29