Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Verifikasi TPS untuk Dosis Organ Kritis pada Perlakuan Radioterapi Area Pelvis dengan Sinar X 10 Megavolt

Verifikasi Akurasi Posisi Pasien IMRT Kanker Nasofaring dengan Registrasi Citra DRR/EPID

SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN ISSN : (PRINT) Vol. 08 No. 01, 2017 : 29-34

Analisis Dosis Radiasi Pada Paru-paru Untuk Pasien Kanker Payudara Dengan Treatment Sinar-X 6 MV Sugianty Syam 1, Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah

Perbandingan Verifikasi Akurasi Posisi Pasien Radioterapi Secara Manual dan Semiotomatis Berbasis Citra DRR/EPID

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Analisis Dosis Radiasi Kanker Nasofaring Dengan Menggunakan Wedge Pada Pesawat Linear Accelerator (LINAC)

ANALISIS KUALITAS CITRA VERIFIKASI LAPANGAN RADIASI LINAC PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN VARIASI MONITOR UNIT. Skripsi FRILYANSEN GAJAH

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SENTRASI DOSIS DAN JARAK BLADDER TERHADAP DISTRIBUSI DOSIS PADA PERENCANAAN BRACHYTHERAPY KANKER SERVIKS

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System

BAB III PROTOKOL PENANGANAN KANKER PROSTAT DENGAN EKSTERNAL BEAM RADIATION THERAPY (EBRT)

ANALISA DOSIS RADIASI KANKER MAMMAE MENGGUNAKAN WEDGE DAN MULTILEAF COLLIMATOR PADA PESAWAT LINAC

Analisis Dosis Serap Organ Kritis Lensa Mata Pada Terapi Karsinoma Nasofaring Dengan Pesawat LINAC 6 MV

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

EVALUASI VERIFIKASI LAPANGAN PENYINARAN PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN TEKNIK INTENSITY MODULATED RADIOTHERAPY DENGAN BERBAGAI FRAKSI

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

Verifikasi Ketepatan Hasil Perencanaan Nilai Dosis Radiasi Terhadap Penerimaan Dosis Radiasi Pada Pasien Kanker

VERIFIKASI GEOMETRI RADIOTERAPI TEKNIK 3DCRT/IMRT PADA KASUS KANKER KEPALA DAN LEHER DI DEPARTEMEN RADIOTERAPI RSCM

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

BAB I PENDAHULUAN. industri tetapi juga di negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker kepala leher

EFEK RADIASI SINAR-X 6 MV TERHADAP PAROTIS PADA PASIEN KANKER NASOFARING DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

PEMBUATAN PROGRAM REKONSTRUKSI KONTUR CITRA 3D PADA ORGAN MENGGUNAKAN MATLAB 2008a

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING SEBELUM dan SETELAH RADIOTERAPI (Studi Observasional di RSUP Dr Kariadi Semarang)

ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV

ANALISIS KARAKTERISTIK PROFIL PDD (PERCENTAGE DEPTH DOSE) BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV

Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Informasi Artikel Riwayat Artikel

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Kemajuan pesat pada bidang radiotherapy telah banyak memberikan

KUALITAS HIDUP DAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KANKER NASOFARING YANG MENDAPAT RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUD DR.

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

HUBUNGAN RADIOTERAPI KEPALA LEHER TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DILIHAT MELALUI FOTO PANORAMIK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Simulasi Monte Carlo untuk Menentukan Rasio Deposisi Dosis pada a-si Epid dengan Deposisi Dosis pada Air

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan. yang jarang ditemukan di sebagian besar negara, namun

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

ANGKA HARAPAN HIDUP DUA TAHUN PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA BERBAGAI STADIUM YANG DILAKUKAN TERAPI KEMORADIASI

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV

PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC)

PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP ph SALIVA

ABSTRAK GAMBARAN KOMPLIKASI PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER PASCA RADIOTERAPI/KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

Verifikasi Distribusi Dosis Tps Dan Pesawat Linac Menggunakan Phantom Octavius 4d Dengan Teknik IMRT Protokol Kanker Lidah

Verifikasi Keluaran Radiasi Pesawat Linac (Foton Dan Elektron) Serta 60CO Dengan TLD

ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

ANALISIS POSISI SUMBER RADIOAKTIF COBALT PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60. Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang

KOREKSI KURVA ISODOSIS 2D UNTUK JARINGAN NONHOMOGEN MENGGUNAKAN METODE TAR (TISSUE AIR RATIO)

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

Correction of 2D Isodose Curve on the Sloping Surface using Tissue Air Ratio (TAR) Method

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi

Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

ABSTRAK GAMBARAN SKOR OHIP-14 PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER YANG MENDAPATKAN RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

Tommyeko H Damanik, 2005, Pembimbing : Hana Ratnawati. dr., M.Kes.

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 DAN 10 MV

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

PENGARUH EDUKASI CERAMAH BOOKLET DAN METODE PENDAMPINGAN TERHADAP KUALITAS HIDUP PADA PASIEN KANKER DITINJAU DARI DUKUNGAN KELUARGA TESIS

BAB III METODE PENELITIAN

MATA KULIAH Onkologi dan Kemoterapi

KONTROL KUALITAS TERAPI RADIASI PADA UNIT RADIOTERAPI MRCCC RS MRCCC

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari

DISTRIBUSI DOSIS PHOTON MENGGUNAKAN TEKNIK 3DCRT DAN IMRT PADA RADIASI WHOLE PELVIC KARSINOMA SERVIKS

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

Verifikasi Lapangan Radiasi Linac Menggunakan Kaset Non Screen yang Dimodifikasi Lapisan Pb dan Zn pada Film Sinar X

BAB II LINEAR ACCELERATOR

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER NASOFARING DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: WULAN MELANI

EFFICIENCY TEST OF COLIMATOR SHUTTER AT THE X RAY TUBE IN RADIODIAGNOSTIC LABORATORY OF POLTEKKES JAKARTA 2 AND TWO CLINICAL HOSPITALS IN JAKARTA

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

" The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings "

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

Transkripsi:

PERBANDINGAN VERIFIKASI SET UP PENYINARAN ANTARA EPID SOFTWARE MOSAIQ DENGAN IVIEWGT PADA RADIOTERAPI KONFORMAL KANKER NASOFARING (Unit Radioterapi Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta) COMPARATIVE VERIFICATION OF IRRADIATION SET UP BETWEEN EPID SOFTWARE MOSAIQ WITH IVIEWGT IN CONFORMAL RADIOTHERAPY OF NASOPHARYNGEAL CANCER (Radiotherapy Unit Radiology Installation Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta) Syahara Listyawan 1), Siti Masrochah 2), Rini Indrati 3) 1) Instalasi Radioterapi RSUP dr. Sardjito Yogyakarta 2,3) Poltekkes Kemenkes Semarang e-mail: queensamiracle@gmail.com ABSTRACT Background: Verification of the irradiation set up is a process to ensure that the position and volume of the irradiated tumor is the same as planned. Verification is done by comparing the radiographic image information of the Treatment Planning System (TPS) with radiation therapy to be provided on the Electronic Portal Imaging Device (EPID) device. Existing software on the EPID in doing verification is IViewGT and Mosaiq. Radiotherapist in Radiotherapy Unit Radiology Installation of Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta always uses IViewGT software rather than Mosaiq software in performing standard operational procedure verification set up irradiation. The purpose of this study was to describe the verification process, to examine the results of verification and to examine the differences in the results of the verification of set up irradiation between the EPID software Mosaiq with IViewGT in conformal radiotherapy of nasopharyngeal cancer. Methods: The type of research in this thesis is quantitative analytic research. The research was conducted at Radiotherapy Unit Radiology Installation of Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. Data in the form of 52 portal image of nasopharyngeal cancer patients performed conformal radiotherapy. The verification process uses IViewGT and Mosaiq software on the same portal image. Data analysed by Wilcoxon test. Result: The results of the verification is the value of shift set up irradiation on X axis, Y axis and Z axis. Verification using Mosaiq software got the average shift on the X axis of 0 cm, on the Y axis the average value is -0,02 cm, on the Z axis the average value is 0,07 cm. Verification using IViewGT software obtained an average shift on the X axis of 0,02 cm, on the Y axis the average value of 0,03 cm, on the Z axis value averaging 0,02 cm Conclusion: The results of this study indicate that there is no difference in verification of irradiation set up between EPID software Mosaiq with IViewGT on X axis with p value 0,361, on Y axis with p value 0,102 and on Z axis with p value 0,199. Keywords: Verification, EPID, IViewGT Software, Mosaiq Software PENDAHULUAN Karsinoma nasofaring merupakan suatu keganasan yang memiliki karakteristik epidemiologi yang unik, dengan insiden yang bervariasi sesuai ras dan perbedaan geografi. Insiden kanker nasofaring pada beberapa tempat di dunia masih sangat jarang. Di Indonesia kanker nasofaring (bagian atas faring atau tenggorokan) merupakan kanker terganas nomor 4 setelah kanker rahim, payudara dan kulit. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT, kepala serta leher. Penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak (Adham M, 2012). Dalam tatalaksana pengobatan kanker nasofaring diketahui beberapa metode antara lain radioterapi, pembedahan dan kemoterapi. Pembedahan sering terkendala oleh lokasi dan ukuran tumor, sehingga hanya dapat mengambil sebagian dari massa tumor atau tidak dapat dilakukan sama sekali. Radioterapi memiliki peran yang sangat penting dalam tatalaksana kanker nasofaring (Wan Desen, 2011). Radioterapi digunakan pada sekitar separuh dari seluruh keganasan. Radioterapi menggunakan radiasi pengion yang diarahkan ke tumor dan mengakibatkan kerusakan pada sel tumor tersebut akan tetapi pemberian radiasi juga dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan normal, maka harus diarahkan seakurat mungkin ke jaringan tumor (Perez, 2008). Verifikasi set up penyinaran (geometris) adalah proses untuk memastikan bahwa posisi dan volume tumor yang diradiasi adalah sama seperti yang direncanakan. Tujuan verifikasi set up penyinaran adalah untuk memastikan bahwa akurasi set up penyinaran dari radiasi yang diberikan masih didalam batas-batas yang diperbolehkan dalam rencana penyinaran. Verifikasi dilakukan dengan cara membandingkan informasi gambar atau data dari treatment planning dengan terapi radiasi yang diberikan dengan perangkat modalitas Electronic Portal Imaging Device (EPID)/Foto Portal Syahara : Perbandingan Verifikasi Set Up 29

Elektronik atau dengan menggunakan CT yang berbasis Cone Beam. Penggunaan Electronic Portal Imaging Device (EPID) yang terpasang pada modalitas Linac Elekta menggunakan software IViewGT dan software Mosaiq. Dalam melakukan verifikasi set up penyinaran, proses pengambilan portal image secara orthogonal yaitu pada posisi Gantry 00 dan Gantry 2700 kemudian dilakukan pencocokan citra radiograf antara Digital Reconstruction Radiograph (DRR) dengan portal image. Hasil pencocokan berupa rekomendasi pergeseran sumbu meja pemeriksaan ke arah lateral, vertikal dan longitudinal. Menurut Permenpan Nomor 29 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Radiografer dan Angka Kreditnya dan Permenkes Nomor 52 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Radiografer dan Angka Kreditnya menerangkan bahwa seorang radiografer radioterapi (radioterapis) mempunyai tugas yang salah satunya adalah melakukan verifikasi set up penyinaran dengan perangkat foto portal elektronik (EPID) dalam rangka persiapan tindakan pelayanan radioterapi eksternal. Berkenaan dengan aturan Permenpan dan Permenkes tersebut maka sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP) di Unit Radioterapi Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam melaksanakan proses verifikasi set up penyinaran dilakukan oleh radiografer radioterapi/radioterapis. Pelaksanaan verifikasi set up penyinaran pada radioterapi konformal kanker nasofaring dilakukan sebelum penyinaran pada fraksi penyinaran ke satu, dua, tiga, dan ke empat sebagai rerata selanjutnya fraksi ke sepuluh dan dua puluh dengan masing-masing toleransi pergeseran sebesar 2 3 mm (Hoskin, 2016). Dalam melaksanakan Standar Operational Procedure (SOP) tersebut radioterapis selalu menggunakan software IViewGT daripada software Mosaiq untuk melakukan proses verifikasi set up penyinaran. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam melakukan perbandingan verifikasi set up penyinaran menggunakan software IViewGT dan Mosaiq. Penelitian ini akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul Perbandingan Verifikasi Set up Penyinaran Antara EPID Software Mosaiq Dengan IViewGT Pada Radioterapi Konformal Kanker Nasofaring. METODE Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian kuantitatif analitik yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan verifikasi set up penyinaran antara EPID software Mosaiq dengan IViewGT pada radioterapi konformal kanker nasofaring. Subyek penelitian ini adalah gambar portal kanker nasofaring pada radioterapi konformal yang tersimpan dalam basis data EPID. Populasi dalam penelitian ini adalah semua verifikasi set up penyinaran pada radioterapi konformal sebanyak 60 pasien dari bulan Juli 2017 sampai dengan Oktober 2017. Menurut Yamane (1967), sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 52 sampel. Metode penelitian dilakukan dengan cara portal image di lakukan verifikasi menggunakan software Mosaiq kemudian dengan portal image yang sama dilakukan verifikasi kembali menggunakan software IViewGT. Hasil dari verifikasi set up penyinaran kemudian diolah dengan Tabulasi. Data yang dihasilkan. Uji statistik yang dipakai karena data tidak berdistribusi normal menggunakan uji alternatif, yakni uji beda Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika nilai p > 0,05 bermakna tidak ada perbedaan verifikasi set up penyinaran dengan EPID software Mosaiq dan IViewGT pada radioterapi konformal kanker nasofaring atau jikanilai p< 0,05 bermakna ada perbedaan verifikasi set up penyinaran dengan EPID software Mosaiq dan IViewGT pada radioterapi konformal kanker nasofaring. HASIL Proses Verifikasi Set Up Penyinaran Software Mosaiq dan IViewGT Gambar 1 merupakan proses verifikasi set up penyinaran dengan menggunakan software Mosaiq. Proses verifikasi dengan mencocokan citra radiograf antara DRR dan portal image dengan metode image fusion dan atau checkerboard pattern. Koreksi diperoleh dengan cara membandingkan citra DRR yang dihasilkan dari planning TPS dibandingkan dengan portal image. Untuk memudahkan deteksi lapangan radiasi acuan dan kesesuaian anatomis dapat dilakukan dengan mengatur pencahayaan citra dan variasi filter. Dari citra AP dan Lateral secara otomatis diperoleh nilai pergeseran dari titik isosenter dalam satuan centimeter pada sumbu X (Right- Left), sumbu Y (Superior-Inferior) dan sumbu Z (Anterior- Posterior). Gambar 1. Verifikasi Set Up Penyinaran dengan software Mosaiq (a) DRR Lateral, (2) Portal Image Lateral, (c) DRR AP, (d) Portal Image AP Tabel 1. Hasil Verifikasi Set Up Penyinaran berupa saran pergeseran ke arah sumbu X, Y dan Z Offset (Beam) Inferior Left Anterior 0,1 cm 0,0 cm 0,0 cm Hasil verifikasi set up penyinaran dengan menggunakan software Mosaiq pada tabel 1 menghasilkan nilai pergeseran Syahara : Perbandingan Verifikasi Set Up 30

sentrasi ke arah sumbu Y/inferior pasien sejauh 0,1 cm dan tidak ada pergeseran sentrasi pada sumbu X (Right-Left) dan pada sumbu Z (Anterior-Posterior). Gambar 2 merupakan proses verifikasi set up penyinaran dengan menggunakan software IViewGT. Setelah DRR dan Portal image dimunculkan pada layar komputer, dilanjutkan membuat garis pada DRR sebagai tanda lapangan yang akan diradiasi dan referensi anatomis. Kemudian mencocokkan citra radiograf antara DRR dan portal image dengan metode kesesuaian lapangan radiasi dan kesesuaian anatomis. dimasukkan ke dalam tabel rumus dari software IViewGT sehingga didapatkan nilai pergeseran ke arah sumbu X/lateral kiri pasien sejauh 0,1 cm, ke arah sumbu Y/inferior pasien sejauh 0,1 cm dan pada sumbu Z (anterior-posterior) tidak ada pergeseran. Hasil Verifikasi Set Up Penyinaran Software IViewGT dan Mosaiq. Hasil verifikasi set up penyinaran pada sumbu X antara software Mosaiq dengan IViewGT dengan 52 sampel terlihat pada tabel 3. Pada software Mosaiq nilai rata-rata (mean) 0,02 cm di sisi lain, pada software IViewGT, nilai rata-rata (mean) pada sumbu X adalah 0,00 cm, lebih kecil dibandingkan dengan software Mosaiq a b Tabel 3. Perbandingan verifikasi set up penyinaran antara software Mosaiq dengan IViewGT pada sumbu X Software pada Jumlah Nilai Nilai Mean Sumbu X Sampel Minimum Maksimum Mosaiq 52 0,02-0,30 1,60 IViewGT 52 0,00-1,70 0,50 Gambar 2. Verifikasi Set Up Penyinaran dengan software IViewGT (a) DRR Lateral, (b) Portal Image Lateral, (c) DRR AP, (d) Portal Image AP Koreksi diperoleh dengan cara membandingkan citra DRR yang dihasilkan dari planning TPS dibandingkan dengan citra portal image. Untuk memudahkan deteksi lapangan radiasi dan anatomis dapat menggunakan pengaturan pencahayaan citra. Dari citra AP diperoleh nilai pergeseran ke arah sumbu X dan sumbu Y, sedangkan dari citra Lateral diperoleh nilai pergeseran ke arah sumbu Y dan sumbu Z. Nilai pergeseran dari citra AP dan Lateral dikombinasikan dengan menggunakan rumus dari software IViewGT sehingga dihasilkan nilai pergeseran kearah sumbu X, sumbu Y dan sumbu Z. Tabel 2. Hasil Verifikasi Set Up Penyinaran AP dan Lateral IViewGT AP IViewGT Lateral Offset c Offset Horisontal 0,1 mm Horisontal 0,3 mm Vertical 0,1 mm Vertical 0,1 mm Hasil verifikasi set up penyinaran dengan menggunakan software IViewGT pada tabel 2, proyeksi AP menghasilkan nilai pergeseran sentrasi ke arah sumbu X sejauh 0,1 cm dan ke arah sumbu Y sejauh 0,1 cm. Proyeksi Lateral menghasilkan nilai pergeseran sentrasi ke arah sumbu Z sejauh 0,0 cm (tidak ada pergeseran) dan ke arah sumbu Y sejauh 0,1 cm. Nilai pergeseran dari proyeksi AP dan Lateral d Pada tabel 4 terlihat hasil verifikasi set up penyinaran pada sumbu Y antara software Mosaiq dengan IViewGT dengan 52 sampel. Pada software Mosaiq nilai rata-rata (mean) -0,02 cm di sisi lain, pada software IViewGT, nilai rata-rata (mean) pada sumbu Y adalah 0,03 cm, lebih besar dibandingkan dengan software Mosaiq. Tabel 4. Perbandingan verifikasi set up penyinaran antara software Mosaiq dengan IViewGT pada sumbu Y Software pada Jumlah Nilai Nilai Mean Sumbu Y Sampel Minimum Maksimum Mosaiq 52-0,02-0,40 0,40 IViewGT 52 0,03-0,30 0,30 Pada tabel 5 terlihat hasil verifikasi set up penyinaran pada sumbu Z antara software Mosaiq dengan IViewGT dengan 52 sampel. Pada software Mosaiq nilai rata-rata (mean) 0,07 cm di sisi lain, pada software IViewGT, nilai rata-rata (mean) pada sumbu Z adalah 0,02 cm, lebih kecil dibandingkan dengan software Mosaiq. Tabel 5. Perbandingan verifikasi set up penyinaran antara Software Mosaiq dengan IViewGT pada Sumbu Z Software pada Jumlah Nilai Nilai Mean Sumbu Z Sampel Minimum Maksimum Mosaiq 52 0,07-0,40 0,70 IViewGT 52 0,02-0,50 0,60 Hasil Analisis Statistik Perbandingan Verifikasi Set Up Penyinaran antara Software Mosaiq dengan IViewGT. Uji normalitas data dari software Mosaiq dan IViewGT pada sumbu X, sumbu Y dan sumbu Z sama-sama menghasilkan data yang tidak berdistribusi normal. Sehingga Syahara : Perbandingan Verifikasi Set Up 31

untuk pengolahan hasil analisa statistik perbandingan verifikasi set up penyinaran antara software Mosaiq dengan IViewGT adalah dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji beda pada sumbu X (tabel 6) disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan verifikasi set up penyinaran antara EPID software Mosaiq dengan IViewGT radioterapi konformal kanker nasofaring dengan p value 0,361. Tabel 6. Perbandingan hasil verifikasi antara software Mosaiq dengan IViewGT pada Sumbu X p value Keterangan Software IViewGT Software Mosaiq pada Sumbu X 0,361 Tidak ada beda Tabel 7. Perbandingan hasil verifikasi antara software Mosaiq dengan IViewGT pada Sumbu Y p value Keterangan Software IViewGT Software Mosaiq pada Sumbu Y 0,102 Tidak ada beda Tabel 8. Perbandingan hasil verifikasi antara software Mosaiq dengan IViewGT pada Sumbu Z p value Keterangan Software IViewGT Software Mosaiq pada Sumbu Z 0,199 Tidak ada beda Hasil uji beda pada sumbu Y (tabel 7) disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan verifikasi set up penyinaran antara EPID software Mosaiq dengan IViewGT radioterapi konformal kanker nasofaring dengan p value 0,102. Hasil uji beda pada sumbu Z (tabel 8) disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan verifikasi set up penyinaran antara EPID software Mosaiq dengan IViewGT radioterapi konformal kanker nasofaring dengan p value 0,199. DISKUSI Proses Verifikasi Set Up Penyinaran Pasien Kanker Nasofaring Teknik Radioterapi Konformal antara EPID Software Mosaiq dan IViewGT. Verifikasi set up penyinaran dengan menggunakan software Mosaiq lebih komplek bila dibandingkan dengan menggunakan software IViewGT. Dalam proses verifikasi, radioterapis harus melakukan beberapa langkah awal sebelum verifikasi dimulai yaitu harus menghubungkan gambar portal dengan DRR secara manual sesuai dengan posisinya AP atau Lateral (melalui image information) kemudian menyamakan faktor magnifikasi, sentrasi antara DRR dengan gambar portal dan memilih tampilan gambar dalam proses verifikasi (dualview atau quadview). Pilihan filter gambar untuk menunjang proses verifikasi juga bermacam-macam seperti sharpen, reduce noise, Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE), Adaptive Histogram Equalization (AHE), Display Equalization (User Manual Mosaiq, 2016) Metode verifikasi yang digunakan dalam software Mosaiq ada empat cara yaitu bisa dengan menggunakan point, curve, grayscale atau dengan manual registration. Peneliti hanya mengunakan metode manual registration dalam mengolah gambar portal. Hal ini juga sesuai dengan yang dilakukan di Unit Radioterapi Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito dimana dalam melakukan verifikasi set up penyinaran metode yang digunakan adalah manual registration. Proses verifikasi set up penyinaran dengan menggunakan software IViewGT lebih sederhana. Tampilan DRR yang dikirim dari TPS ditandai untuk referensi lapangan radiasi dan letak anatomis, kemudian dilakukan proses verifikasi dengan mencocokan letak referensi tersebut pada gambar portal yang ada. Jika melakukan verifikasi posisi AP maka tampilan DRR dan gambar portal akan muncul secara otomatis dalam posisi AP demikian juga untuk posisi Lateral. Selain itu dengan bantuan filter Display Equalization, sudah cukup untuk membantu dalam proses verifikasi. Hal inilah yang mendasari bahwa Radioterapis pada Unit Radioterapi Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito lebih memilih menggunakan software IViewGT daripada software Mosaiq karena lebih sederhana dalam penggunaannya. Hasil Verifikasi Set Up Penyinaran Pasien Kanker Nasofaring Teknik Radioterapi Konformal antara EPID Software Mosaiq dan IViewGT pada sumbu X, Y dan Z. Hasil verifikasi set up penyinaran antara software Mosaiq dengan IViewGT pada sumbu X, sumbu Y dan dan sumbu Z menunjukkan bahwa verifikasi dengan menggunakan software Mosaiq didapatkan rata-rata pergeseran pada sumbu X sebesar 0,02 cm, pada sumbu Y sebesar -0,02 cm dan pada sumbu Z sebesar 0,07 cm. Sedangkan verifikasi menggunakan software IViewGT didapatkan rata-rata pergeseran terhadap pada sumbu X sebesar 0 cm, pada sumbu Y sebesar -0,03 cm dan pada sumbu Z sebesar 0,02 cm. Untuk mempermudah memahami dapat melihat dalam tabel 9. Tabel 9. Rerata Pergeseran SoftwareMosaiq dan IViewGT pada Sumbu X, Y dan Z Jenis Rerata Pergeseran/Mean (cm) Software Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Mosaiq 0,02-0,02 0,07 IViewGT 0,00-0,03 0,02 Menurut User Manual Mosaiq (2016) dan User Manual IViewGT (2016) suatu software dikatakan baik bila dapat mendeteksi pergeseran sekecil apapun dengan hasil pergeseran menjauhi atau tidak sama dengan nol. Sehingga dalam tabel 7 terlihat bahwa Software IViewGT lebih teliti pada pada sumbu Y (inferior-superior) sejauh -0,03 cm. Sedangkan Software Mosaiq lebih teliti pada sumbu X (rightleft) sejauh 0,02 cm dan sumbu Z (anterior-posterior) sejauh 0,07 cm. Sesuai dengan user manual Mosaiq dan IViewGT nilai negatif pada rerata pada sumbu X berarti secara software pergeseran meja penyinaran ke kiri dan bila nilai positip artinya ke kanan, pada sumbu Y nilai negatif berarti secara Syahara : Perbandingan Verifikasi Set Up 32

software meja penyinaran keluar/menjauhi gantry dan nilai positip kedalam/mendekati gantry, kemudian nilai negatif pada rerata pada sumbu Z berarti secara software meja penyinaran kearah posterior/kearah bawah dan nilai positip ke anterior/kearah atas. Sehingga sesuai dengan tabel 7 maka kedua software sama-sama menunjukkan arah pergeseran yang sama baik pada sumbu X, sumbu Y maupun sumbu Z. Hasil Analisa Statistik Perbandingan Verifikasi Set Up Penyinaran antara EPID Software Mosaiq dengan IViewGT pada pasien kanker nasofaring teknik radioterapi konformal pada sumbu X, Y dan Z Berdasarkan hasil uji beda perbandingan set up penyinaran antara software Mosaiq dengan IViewGT pada sumbu X memiliki p value 0,361, pada sumbu Y memiliki p value 0,102 dan pada sumbu Z memiliki p value 0,199. Hasil penelitian ini secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara verifikasi set up penyinaran radioterapi konformal kanker nasofaring antara EPID software Mosaiq dengan IViewGT, sehingga dapat disimpulkan bahwa verifikasi set up penyinaran dapat menggunakan software Mosaiq maupun dengan software IViewGT. Software IViewGT pada sumbu X memiliki nilai minimal pergeseran sebesar -1,7 cm dan maksimal sebesar 0,5 cm sedangkan pada software Mosaiq memiliki nilai minimal pergeseran sebesar -0,3 cm dan maksimal sebesar 1,6 cm. Software IViewGT pada sumbu Y memiliki nilai minimal pergeseran sebesar -0,3 cm dan maksimal sebesar 0,3 cm sedangkan software Mosaiq memiliki nilai minimal pergeseran sebesar -0,4 cm dan maksimal sebesar 0,4 cm. Software IViewGT pada sumbu Z memiliki nilai pergeseran minimal sebesar -0,5 cm dan maksimal sebesar dengan 0,6 cm sedangkan software Mosaiq memiliki nilai pergeseran minimal sebesar -0,4 cm dan maksimal sebesar 0,7 cm. Dari data tersebut maka Software IViewGT dan software Mosaiq sama-sama memiliki nilai pergeseran lebih besar dari 2 mm pada sumbu X, sumbu Y maupun pada sumbu Z. Menurut Hoskin (2016), bila nilai pergeserannya lebih besar dari 2 3 mm maka harus dilakukan set up ulang sesuai dengan hasil pergeseran yang telah didapat dari software Mosaiq maupun IViewGT. Set up ulang dilakukan karena dalam teknik radioterapi konformal kanker nasofaring banyak organ kritis yang dapat membatasi dosis maksimal terhadap tumor. Organ kritis pada radiasi regio nasofaring antara lain batang otak, medula spinalis, chiasma optikum, mata, lensa mata, nervus optikus, dan kelenjar parotis. Teknik radioterapi konformal bertujuan untuk memberikan dosis yang letal kepada target volume tetapi dengan dosis sekecil-kecilnya pada organ at risk. Kesalahan dalam set up penyinaran bila hasil dari verifikasi melebihi dari 2 3 mm namun tidak dilakukan set up ulang maka akan berakibat organ-organ kritis pada regio nasofaring mendapatkan dosis yang lebih besar dari yang di ijinkan. (Perez, 2008). Menurut Hoskin (2016) pada daerah nasofaring hasil dari verifikasi set up penyinaran memiliki tingkat toleransi 2 3 mm. Bila hasil yang didapat melebihi dari 2 3 mm maka harus dilakukan koreksi titik sentrasi penyinaran sesuai dengan yang disarankan dari masing-masing software dengan bantuan posisi meja reference kearah sumbu X (lateral/right left), sumbu Y (longitudinal/superior-inferior) dan sumbu Z (vertikal/anterior-posterior) serta dilakukan verifikasi kembali sampai hasilnya menunjukkan kurang dari 2 mm. Keberhasilan radioterapi dengan teknik radioterapi konformal tergantung juga pada distribusi dosis Planning Tumor Volume (PTV) serta dosis pada organ beresiko (organ at risk) di dekat target. Mengingat secara geometri akurasi set up penyinaran pasien sangat menentukan keberhasilan teknik konformal, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil perencanaan radioterapi seperti evaluasi pada DVH (Dose Volume Histogram). Menurut Susi Nofridianita (2016), dalam penelitiannya telah dilakukan evaluasi perencanaan teknik radioterapi konformal untuk kasus kanker nasofaring. Data yang melebihi toleransi 3 mm, dilakukan pengambilan data ulang pada Treatment Planning System (TPS). Dilakukan pergeseran 0 mm (sesuai perencanaan), 3mm (batas toleransi), 5mm, 7mm dan 10 mm kemudian dibandingkan PTV (Planning Tumor Volume) dan organ beresiko dari data tersebut. Disimpulkan bahwa besarnya translasi/pergeseran sangat berpengaruh terhadap nilai PTV. Terlihat bahwa semakin besar pergeseran/translasi, nilai rata-rata distribusi dosis radiasi pada PTV makin menurun. Jika ini dibiarkan dan tidak dikoreksi sampai akhir masa penyinaran, maka kemungkinan yang terjadi adalah target penyinaran tidak teradiasi seluruhnya dan ada bagian yang under dose dan jaringan sehat disekitar tumor mendapatkan radiasi. Organ kritis pada radioterapi konformal kanker nasofaring salah satunya adalah organ medulla spinalis. Dosis yang akan diterima medulla spinalis semakin besar jika terjadi ketidak akuratan set up penyinaran yang mendekati organ medulla spinalis. Batas dosis untuk medulla spinalis adalah Dmax < 4500 cgy atau 1 cc < 5000 cgy, apabila melebihi batas ambang tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada organ tersebut seperti bisa mengakibatkan kelumpuhan pada pasien. Verifikasi akurasi posisi set up penyinaran sangat penting dilakukan, agar sesuai dengan tujuan radioterapi dan meningkatkan efektifitas teknik radioterapi konformal. Tujuan verifikasi set up penyinaran adalah untuk memastikan bahwa akurasi geometris dari radiasi yang diberikan masih didalam batas-batas yang diperbolehkan dalam rencana penyinaran. Prosedur perencanaan yang akurat, reproducible, reference dan portal image yang berkualitas baik sangat penting untuk keberhasilan verifikasi. Keberadaan software untuk mengolah data verifikasi set up penyinaran juga memegang peranan yang sangat penting. Semakin baik kualitas gambar portal yang dihasilkan dan pengolahan datanya maka akan semakin akurasi pula dalam melakukan set up penyinaran. Berdasarkan penelitian ini maka kedua software yang terdapat pada LINAC Elekta dapat menghasilkan hasil verifikasi set up penyinaran yang tidak ada beda. Software Mosaiq yang lebih kompleks dalam pengolahan gambar dan software IViewGT yang cenderung Syahara : Perbandingan Verifikasi Set Up 33

lebih sederhana namun sama-sama menunjukkan kualitas yang tidak ada beda. SIMPULAN Proses verifikasi set up penyinaran radioterapi dengan menggunakan software Mosaiq yaitu proses verifikasi dengan mencocokan citra radiograf antara DRR dan portal image dengan metode image fusion dan atau checkerboard pattern, koreksi diperoleh dengan cara membandingkan citra DRR yang dihasilkan dari planning TPS dibandingkandengan portal image pada proyeksi AP dan Lateral. Proses verifikasi set up penyinaran radioterapi dengan menggunakan software IViewGT yaitu proses verifikasi dengan membuat garis pada DRR sebagai tanda lapangan yang akan diradiasi dan referensi anatomis kemudian mencocokkan citra radiograf antara DRR dan portal image dengan metode kesesuaian lapangan radiasi dan kesesuaian anatomis pada proyeksi AP dan Lateral. Verifikasi dengan menggunakan software Mosaiq didapatkan rata-rata pergeseran pada sumbu X sebesar 0 cm, pada sumbu Y nilai rata-rata -0,02 cm, pada sumbu Z nilai rata-rata 0,07 cm. Verifikasi dengan menggunakan software IViewGT didapatkan rata-rata pergeseran pada sumbu X sebesar 0,02 cm, pada sumbu Y nilai rata-rata 0,03 cm, pada sumbu Z nilai rata-rata 0,02 cm. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara verifikasi set up penyinaran radioterapi konformal kanker nasofaring antara EPID software Mosaiq dengan IViewGT pada sumbu X dengan p value 0,361, pada sumbu Y dengan p value 0,102 dan pada sumbu Z dengan p value 0,199. DAFTAR PUSTAKA Adham M, Kurniawan AN, Muhtadi, 2012, Nasopharyngeal carcinoma in indonesia: Epidemiology, incidence, signs, and symptoms at presentation, Chin J Cancer. Dahlan, M. Sopiyudin, 2014, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 6, Epidemiologi Indonesia, Jakarta. Deschler G Daniel, MD, Michael G. Moore, MD, Richard V. Smith, MD, 2014, Quick Reference Guide dotnm Staging of Head and Neck Cancerand Neck Dissection Classifiation, fourth edition, American Academy of Otolaryngology Head and Neck SurgeryAmerican Head and Neck Society. Ellen E. Grein, Richard Lee, and Kurt Luchka, 2002, An investigation of a new amorphous silicon electronic portal imagingdevice for transit dosimetry, Medical Physics, BC Cancer Agency, Canada Faisal Adam, 2014, Verifikasi Geometri Radioterapi Teknik 3DCRT/IMRT Pada Kasus Kanker Kepala dan Leher di Departemen Radioterapi RSCM. Journal of The Indonesian Radiation Oncology Society. Jakarta Globocan, 2012, Estimated Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012, Globocan. Guilin Liu, M.Sc, 2002, The Application of Electronic PortalImaging Devices to RadiotherapyQuality Assurance, Adelaide University, Australia Hoskin P, Gaze M, Greener T, 2016, On Target Ensuring Geometric Accuracy in Radiotherapy: Principles of Geometric Verification. Royal College of Radiologists. United Kingdom. James D.Cox, K. Kian Ang, 2010, Radiation Oncology, 9th edition, Mosby Elsevier, Philadelphia Jonah D. Klein and Jennifer R. Grandis, 2010, The molecular pathogenesis of head and neck cancer, Cancer Biol Ther. Khan F, Reinstein LE, Podgorsak MB, Treatment Planning in Radiation Oncology: Patient Positioning and Immobilization, 2nd.Ed, Lippincott Williams & Wilkins. Larry E Antonuk, 2002, Electronic portal imaging devices: a review andhistorical perspective of contemporarytechnologies and research, Department of Radiation Oncology, University of Michigan, USA Meidyawati R, 2003, Pengaruh Radiasi Dosis Terapi terhadap Kekerasan Email yang Dilapisi Varnish Fluor, Indonesia University, Jakarta Murat B, 2010, Basic Radiation Oncology, Springer, New York. Perez, 2008, Principles and Practice of Radiation Oncology, 5th edition, LWW. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraDan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2013 tentangjabatan Fungsional Radiografer Dan Angka Kreditnya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesa Nomor 52 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Radiografer Dan Angka Kreditnya Poonam Joshi, M.S., et al, 2014, Head and Neck Cancers in Developing Countries, Rambam Maimonides Medical Journal. Renindra Ananda A, 2010, Basic Science of Oncology, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Susi Nofridianita, 2016, Perbandingan Verifikasi Akurasi Posisi Pasien Radioterapi secara Manual dan Semiotomatis Berbasis Citra DRR/EPID, Indonesian Journal of Cancer Vol. 10, No. 3, July - September 2016 Susworo, R, 2006, Radioterapi Dasar-Dasar Radioterapi Tata Laksana Radioterapi Penyakit Kanker, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. User manual Electronic Portal Imaging Device IViewGT, 2016, Elekta User manual Linac Elekta Synergy Platform, 2016, Elekta User manual Mosaiq 2.60 2.64 Medical Image Management, 2016, Mosaiq, Elekta White S C, Pharaoh M J, 2004, Oral Radiology: Principles and Interpretation, Mosby Inc, St. Louis. Syahara : Perbandingan Verifikasi Set Up 34