BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman kelapa sawit 2.1.1 Botani Secara botanai tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian Vegetative dan bagian generative. Bagian Vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generative yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga, dan buah. Keberhasila budaya tanaman kelap sawit ditentuka oleh tiga faktor yaitu sumber daya lahan, budaya petani/pekebun dan permintaan pasar tingkat kesusaian lahan untuk tanaman kelapa sawit sangan bersifat spesifik lokasi, dan kondisi geografis. Lokasi penanaman sangat menentukan produktifitas tanamanannya (Sasongko,2010). Klasifikasinya adalah : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae ( dahulu disebut palmae ) Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : E. guineensis Jacq 2.1.2. Morfologi a. Daun Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk. Daunnya menyerupai daun pada tanaman kelapa. Panjang pelepah daun sekitar 6,5 9 meter ( tergantung Varietas ). Semakin pendek pelepah daun, semakin banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam per satuan luas sehingga makin tinggi produktifitasnya. Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250 400 helai. Produksi pelepah daunnya selama satu tahun dapat mencapai 20 3
30 pelepah. Sifat genetik dan masing masing varietas mempengaruhi pertambahan jumlah daun tanaman (Maryani,2012). b. Batang Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20 75 cm. tinggi batang bertambah sekitar 45 60 cm pertahun (tergantung Varietas). Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh petambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira kira umur 11 15 tahun. c. Akar Akar berfungsi untuk menunjang struktur batang diatas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer,sekunder,tersier dan kuarterner. Akar primer umumnya berdiameter 6 10 mm Akar sekunder berdiameter 2 4 mm Akar tersier berdiameter 0,7 1,2 mm Akar kuarterner berdiameter 0,1 0,3 mm panjangnya hanya 1 4 mm dan titak berlignin ( zat kayu ) Presentase kenaikan kekerasan, panjang dan luas permukaan akar bibir kelapa sawit berbeda beda pada factor hibrida maupun dosis boric acid. Dumpy merupakan hibrida yang mengalami peningkatan kekerasan akar sedangkan hibrida lain justru mengalami penurunan (Sholihatun,2014). d. Bunga kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, Bungan jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Rangkain bunga jantan terpisah dengan rangkain bunga betina. Walaupun demikian, kadang kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Umumnya tanaman kelapa sawit merupakan pernyerbukan silang. Bunga muncul dari ketiak daun dan setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Beberapa bakal inflorensen 4
biasanya gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan inflorensen. Rangkain bunga betina kelapa sawit disusun oleh sejumlah spikelet secara spiral pada rakila atau sumbu pembungaan. Sedangkan tiap spikelet disusun oleh 10-26 individu bunga. Rangkain bunga tersebut dibungkus oleh dua lapis seludang, seludang bagian luar bertekstur kasar dan berwarna coklat kusam sedangkan bagian dalam mempunya ciri agak tebal dan kaku. Biasanya rangkain bunga muncul dari ketiak pelepah daun pada lingkaran keempat yaitu suatu kumpulan pelepah daun keempat dihitung dari lingkar pelepah daun muda dari bagian atas tanaman (Hetharie dkk,2007). E. Buah Berdasarkan kriteria buah kelapa sawit hasil perbanyakan kultur jaringan digolongkan atas empat yaitu : 1. Normal (Nml) dengan ciri tidak ada karpel tambahan, mesokarp daging dan mempunyai biji. 2. Abnormal Ringan (AbR) dengan ciri ada karpel tambahan namun batasan antara karpel tambahan nampak hanya pada bagian ujung buah,mesokarp daging dan mempunyai biji. 3. Abnormal berat (AbB) dengan ciri karpel tambahan dari bagian ujung kebagian tengah buah terpisah dengan bagian karpel utama, batasan antara karpel tambahan sangat jelas dari ujung kearah bagian tengah buah dan selanjutnya menyatu dengan bagian kerpel utama mesokarp berdaging dan mempunyai biji. 4. Abnormal sangat berat (AbSB) dengan ciri karpel tambahan terpisah dari karpel utama dimulai dari ujung sampai sepertiga dari pangkal buah demikian juga antara karpel tambahan, serta tidak mempunyai biji (Hetharie dkk,2007). 5
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi. 2.2.1 Iklim Keadaan iklim sangat mempengaruhi proses fisiologi tanaman, asimilasi, pembentukan bunga dan pembuahan/penyerbukan sangat tergantung dengan cuaca. a. Ketinggian Tempat Tanaman sawit idealnya ditanam di lahan dengan ketinggian antara 400 dan 600 meter dpl. Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit. b. Temperatur Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 o C dengan suhu maksimum 33 o C dan suhu minimum 22 o C sepanjang tahun. Curah hujan rata rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250 3.000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3. 6
c. Curah hujan Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun akan rendah. d. Kelembaban kelembaban berkisar 80 % dan intensitas penyinaran sekitar 5 jam/hari. Apabila penyinaran matahari <5 jam pada bulan tertentu dapat menyebabkan penurunan intensitas asimilasi, gangguan hama dan penyakit, kerusakan jalan dan lain-lain. Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang penyakit tanaman. Kecepatan angin 5 6 km/jam sangat baik membantu proses penyerbukan. e. Lama penyinaran matahari Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per hari. Pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkenal baik karena berkat iklim yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore atau malam hari. Intensitas cahaya matahari pada pagi, siang dan sore hari mengalami fluktuasi. Intensitas cahaya siang hari selalu lebih tinggi dibandingkan dengan pagi dan sore hari. Tingginya intensitas matahari matahari berhubungan dengan posisi matahari yanag lebih tegak terhadap permukaan bumi. Intensitas cahaya mathari mempengaruhi suhu dan kelembaban udara. Peningkatan intensitas cahaya matahari mengakibatkan peningkatan suhu dan penurunan kelembaban udara (Sholihatun,2014). 7
2.2.2 Tanah Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Ketidak seimbangan hara didalam tanah saat pemupukan dapat menyebabkan produksi TBS mengalami variasi peningkatan dan penurunan berat TBS per pohon (Arsyad, dkk,2012). 2.2.3 Cekaman Air Pada Tanaman Kelapa Sawit Secara umum, tanaman kelapa sawit akan mengalami cekaman kekeringan apabila salah satu syarat ini terpenuhi: curah hujan tahunan < 1.250 mm/tahun, defisit air > 200 mm/tahun, bulan kering > 3 bulan, dan deret hari terpanjang tidak hujan / dry spell > 20 hari. Cekaman kekeringan menyebabkan laju pertambahan pelepah daun menurun, menurunkan nilai sex ratio dan jumlah tandan buah, meningkatkan tingkat aborsi / gugur bunga dan gagal tandan, serta menurunkan produktivitas dan rendemen minyak. Lamanya cekaman air menurunkan pertumbuhan bibit kelapa sawit melalui penurunan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan bobot kering akar (Rini,2016). Cekaman kekeringan dapat menghambat pembukaan pelepah daun muda, merusak hijau daun yang menyebabkan daun tampak menguning dan mengering pelepah daun terkulai dan pupus patah. Pada fase reproduktif cekaman kekeringan menyebabkan perubahan nisbah kelamin bunga, bunga dan buah muda mengalami keguguran, dan tandan buah gagal menjadi masak. Akhirnya, mengakibatkan gagal panan dan menurunkan produksi tandan buah segar (Mathius,dkk,2001). 8