BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan bahasa pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia tersebut berhubungan dan bekerja sama dengan sesamanya karena manusia disebut makhluk sosial. Sehingga untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan orang lain, manusia memerlukan alat untuk menyampaikan berbagai gagasan, pikiran, dan perasaannya yang disebut bahasa. Bahasa merupakan alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Menurut pengalaman nyata, bahasa itu selalu muncul dalam bentuk tindakan atau tingkah tutur individual. Oleh karena itu, tiap telaah struktur bahasa harus dimulai dari pengkajian tindak tutur. Tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya Seperti yang diungkapkan oleh Yule (1996:47), Actions performed via utterances are generally called speech acts and are commonly given more specific labels, such as apology, complaint, compliment, invitation, promise or reques.. Yule menjelaskan bahwa tindakan yang diungkapkan melalui ucapan-ucapan merupakan tindak tutur, yang dilakukan oleh penutur memiliki makna dan tujuan seperti: permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji ataupun permintaan. 1
2 Seperti contoh berikut ini: [1] So hot here Tindak tutur di atas disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur yang terjadi di dalam rumah. Tuturan tersebut mengandung arti bahwa penutur mengeluhkan hari ini cuaca sangat panas atau meminta mitra tutur untuk melakukan sesuatu agar ruangan tersebut tidak terlalu panas, seperti membuka jendala atau menghidupkan AC. Purwo (1990) menuliskan seseorang dalam mengatakan suatu kalimat tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimatnya, karena di dalam pengucapan kalimat seseorang juga menindakkan sesuatu, seperti halnya Debat. Debat merupakan perbincangan antara beberapa orang yang membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya atau alasan. Menurut Widyamartaya (1999; 21), berdebat berarti berbicara kepada lawan bicaranya untuk membela atau menyerang/pendapatnya, saling beradu kepandaian dan logika. Pada konteks pemilu, debat berarti saling beradu kepandaian dan logika membahas suatu masalah dengan menyampaikan visi, misi, rencana program, dan argumen-argumen oleh calon pejabat/peserta debat. Dalam forum debat calon presiden, para kandidat harus menggunakan bahasa dengan baik dan lugas. Konteks bahasa sesuai dengan kondisi masyarakat dengan memperhitungkan berbagai tujuan, salah satunya merebut hati dan menarik simpati masyarakat melalui tindakan bertutur. Sehubungan dengan situasi tersebut, secara sadar maupun tidak sadar peserta debat tersebut telah melakukan kegiatan berbahasa dengan posisi sebagai
3 penutur dan mitra tutur. Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sedangkan, mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pentuturan. Peran penutur dan mitra tutur dilakukan silih berganti dalam sebuah tindak tutur. Pelaku tuturan yang semula berperan sebagai penutur pada tahap tuturan berikutnya dapat menjadi mitra tutur begitu juga sebaliknya (Rustono, 1999:27). Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa debat dapat dikaji dalam ilmu kebahasaan (linguistics) umum. Salah satu ilmu kebahasaan tersebut adalah pragmatik yaitu cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Yule (1996: 3) menjelaskan bahwa bentuk studi ini melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam satu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakannya. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang sesuai dengan orang yang diajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik mengkaji bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang sesuai dengan orang yang diajak bicara, di mana, kapan, dalam keadaan apa dan hal itu semua terdapat dalam prinsip-prinsip berkomunikasi. Sebuah tuturan tertentu yang diujarkan dapat dikatakan sebagai melakukan tindakan (mempengaruhi, menyuruh). Tindak tutur (speech act) merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik. Karena 3 sifatnya yang sentral, tindak tutur bersifat pokok dalam pragmatik (Rustono, 1999: 33).
4 Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa semua kegiatan berbahasa yang berupa tuturan-tuturan berpotensi untuk dikaji ke dalam kajian pragmatik. Hal ini yang mendorong peneliti untuk meneliti kegiatan berbahasa pada debat kedua calon presiden Amerika Serikat antara Hillary Clinton dengan Donald Trump yang ditayangkan di CNN. Debat kedua calon presiden tersebut dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada bulan September dan dua kali dalam bulan Oktober 2016. Peneliti memilih untuk mengkaji tindak tutur pada kedua kandidat, moderator dan para penonton pada debat kedua calon presiden. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan penggunaan bahasa di dalam masyarakat terdapat dua kemungkinan yaitu pemakaian bahasa sebagai sarana penyampaian informasi dalam komunikasi dan pemakaian bahasa sebagai sarana penyampaian maksud-maksud tertentu dari penutur dan mitra tutur. Seperti halnya tuturan yang terjadi antar peserta debat. Selain itu, tuturan yang muncul dari peserta debat tersebut dapat dikategorikan dalam suatu jenis tindak tutur. Peneliti ingin mendokumentasikan peristiwa bahasa sekaligus peristiwa sosial debat Calon dalam bentuk karya tulis ilmiah. Peristiwa sosial tersebut berkaitan dengan tokohtokoh penting di dunia yaitu Hillary Clinton dan Donald Trump. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam tentang tindak tutur ekspresif pada debat Calon Presiden Amerika Serikat masa Jabatan 2017-2021 putaran kedua, yaitu antara Hillary Clinton dan Donald Trump yang ditayangkan di CNN pada tanggal 10 Oktober 2016 Washington University.
5 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, ada dua masalah yang perlu dibahas, yaitu: 1.2.1 Jenis tindak tutur ilokusi ekspresif apa saja yang terdapat dalam debat kedua Calon Presiden Amerika Serikat di CNN dari teori Searle? 1.2.2 Strategi tindak tutur ilokusi ekspresif apa yang digunakan oleh Donald Trump dan Hillary Clinton dalam debat kedua Calon Presiden Amerika Serikat di CNN dari teori Holmes? 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian berjalan secara terarah, maka diperlukan pembatasan permasalahan yang diteliti yang akan memberi gambaran kemana arah penelitian dan memudahkan peneliti dalam menganalisis tindak tutur ilokusi ekspresif pada debat kedua Calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Hillary Clinton serta semua yang terlibat di dalam debat tersebut yaitu kedua calon presiden, moderator dan penonton. Debat calon presiden tersebut dilakukan pada pemilihan tahun 2016 sebanyak 3 kali, yaitu pada tanggal 26 September 2016 dan 10 dan 20 Oktober 2016. Sehingga, penulis membatasi penelitian ini pada pembahasan jenis dan strategi tindak tutur ekspresif yang ditinjau dari segi pragmatik pada debat Calon Presiden Amerika Serikat putaran ke-2 di CNN.
6 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,yaitu: 1. Mendiskripsikan jenis-jenis ilokusi ekspresif pada debat Calon Presiden Amerika Serikat putaran ke-2 di CNN; 2. Mengidentifikasi strategi tindak tutur ilokusi ekspresif pada debat Calon Presiden Amerika Serikat putaran ke-2 di CNN; Adapun manfaat dari penelitian antara lain 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah teori pragmatik khususnya dalam pembahasan tindak tutur ekspresif; 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat pemakai bahasa berupa wawasan dalam pemakaian tuturan serta memberikan gambaran mengenai penggunaan variasi dalam setiap tindak tutur; 1.5 Objek dan Metode Penelitian Objek dari penelitian ini adalah tuturan ilokusi ekspresif yang terdapat pada debat Calon Presiden Amerika Serikat putaran ke-2 di CNN. Data-data diperoleh dari skrip debat yang diambil langsung dari website Fotune.com. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif dalam analisis debat ini. Sukmadinata (2009:60) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran baik
7 orang secara individual maupun kelompok. Teori lain dikemukan oleh Sugiyono (2010:15), bahwa: Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena analisis datanya berupa kata-kata tertulis atau lisan dan mempertimbangkan pendapat orang lain yang bisa disebut dengan narasumber. berikut: Langkah-langkah untuk memperoleh data penelitian adalah sebagai 1. Mengumpulkan data dilakukan dengan memerhatikan dan memahami setiap percakapan yang terjadi di dalam debat ke dua antara Donald Trump dan Hilarry Clinton. 2. Mengumpulkan seluruh data yang mengandung kategori tindak tutur ilokusi ekspresif. 3. Mengklasifikasikan data berdasarkan jenis-jenis tindak tutur ilokusi ekspresif. 4. Menganalisis hasil data berdasarkan bentuk-bentuk dan strategi tindak tutur ilokusi. 5. Membuat simpulan.
8 1.6 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah mengetahui gambaran dalam penelitian ini, perlu adanya kerangka berfikir yang tertuang dalam sistematika penulisan. Sitematika penulisan ini berisi uraian tentang bahasan-bahasan yang terdapat dalam penelitian. Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu Pendahuluan, kajian pustaka, analisis data, pembahasan dan kesimpulan. Bab I, yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II yaitu kajian pustaka yang memuat berbagai teori yang dijadikan acuan dalam penelitian ini. Bab III yaitu analisis data penulis tentang menganalisis data yang diambil dari naskah Debate calon presiden Amerika putaran kedua di CNN. Penulis mengambil tiga puluh lima percakapan sesuai dengan tindak tutur ilokusi ekspresif. Analisis dilakukan secara pragmatik dengan mengidentifikasi apakah tuturan tersebut menggunakan bentuk tututuran langsung atau tak langsung pada percakapan tersebut dan menganalisis fungsi tindak tutur ilokusi ekpresif. Bab IV berisi tentang kesimpulan penelitian dari analisis pada bab III. Pada bab ini juga berisikan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian ini.