BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Bayam Tanaman bayam merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang mudah diperoleh disetiap pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan. Tumbuhan bayam ini awalnya berasal dari negara Amerika beriklim tropis, namun sekarang tersebar keseluruh dunia. Umumnya tanaman bayam dikonsumsi bagian daun dan batangnya. Ada juga yang memanfaatkan biji atau akarnya sebagai tepung, obat, bahan kecantikan, dan lain-lain. Dalam dunia tumbuhan, tanaman bayam diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Klas : Angiospermae Sub Klas : Dicotyledoneae Ordo : Amaranthales Famili : Amaranthaceae Genus : Amaranthus Spesies : Amaranthus sp. Bayam adalah tanaman monocious dengan biji berwarna hitam keunguan, batang lunak berwarna hijau, dan berdaun hijau yang tipis. Kandungan nutrisi yang cukup tinggi pada bayam dan rasanya yang cukup lezat menyebabkan bayam sebagai salah satu komoditas sayuran yang banyak diminati masyarakat untuk dikonsumsi. Bayam termasuk tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi yang tinggi pada beragam ekosistem. Bayam memiliki siklus hidup yang relatif singkat, umur panen tanaman ini 3-4 minggu. Sistem perakarannya adalah akar tunggang
dengan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar ke semua arah. Umumnya perbanyakan tanaman bayam dilakukan secara generatif yaitu melalui biji (Anggahyulin, 2011). Organ-organ penting pada tanaman bayam adalah sebagai berikut : 1. Akar Bentuk tanaman bayam adalah terna (perdu), tinggi tanaman dapat mencapai 1,5-2 m, berumur semusin atau lebih. Sistem perakaran lebih menyebar dangkal pada kedalaman antara 20-40 cm dan akar tunggang. 2. Batang Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air, tumbuh tinggi di atas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang keras berkayu dan bercabang banyak. 3. Daun Daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing mempunyai uraturat daun yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau keputih-putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap (kasar) dan kadang berduri. 4. Bunga Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak, terdiri dari daun bunga 1-5, dan bakal buah 2-3 buah. Bunga keluar dari ujung-ujung tanaman ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak. Tanaman dapat berbunga sepanjang musim (Kirani, 2011). 5. Biji Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna coklat tua mengkilap seperti hitam kelam. Namun, ada beberapa jenis bayam yang mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi yang bijinya merah.
Kandungan gizi yang terdapat pada 100 g bayam adalah 36 kalori; 3.5 g protein; 6.5 g karbohidrat; 0.5 g lemak; 267 mg kalsium; 67 mg fosfor; 3.9 mg zat besi; 6.090 SI vitamin A; 0.08 vitamin B; 80 mg vitamin C; dan 86.9 g air. Kandungan terpenting yang terdapat pada bayam adalah kalsium dan zat besi yang dapat mengatasi anemia (kekurangan darah). Secara umum terdapat dua jenis bayam yang dibudidayakan yaitu bayam liar dan bayam sayur. Dua jenis bayam liar adalah bayam tanah (Amaranthus blitum L.) dan bayam berduri (Amaranthus spinosus L.). bayam sayur yang dibudidayakan terutama di Indonesia adalah : a. Amaranthus tricolor dan Amaranthus hybridus Bayam tipe ini tergolong bayam cabut. Warna daun hijau dan ada yang berwarna kemerah-merahan. Bunganya kecil dan berkelompok pada ketiak daun dan ujung batang. Bayam ini banyak diusahakan oleh petani karena pertumbuhannya cepat dan cepat berbunga. b. Amaranthus dubius Bayam tipe ini tergolong bayam petik. Pertumbuhan bayam ini lebih tegak, berdaun agak lebar, warna daun hijau tua atau kemerah-merahan dan waktu berbunganya lebih lama. Bunganya banyak berkelompok pada ujung batang. c. Amaranthus cruentus Bayam tipe ini dapat ditanam sebagai bayam cabut atau bayam petik. Pertumbuhan bayam jenis ini adalah tegak, berdaun besar, warna daun hijau, dan bunganya besar berkelompok pada ujung batang. 2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Bayam Bayam dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah. Bayam dapat tumbuh optimal pada ph netral (6-7). Ketinggian tempat yang optimum untuk pertumbuhan bayam yaitu kurang dari 1400 m dpl. Kondisi iklim yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bayam adalah curah hujan yang mencapai lebih dari 1500 mm/tahun, cahaya matahari penuh, suhu udara berkisar 17-28 C, serta kelembaban udara 50-60%. Hasil panen yang optimal ditentukan oleh pemilihan lokasi penanaman. Lokasi penanaman harus memperhatikan persyaratan tumbuh bayam, yaitu : keadaan lahan harus terbuka, dan mendapatkan sinar matahari serta memiliki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan tidak tergenang air. Pada tempat terlindung atau ternaungi, pertumbuhan bayam akan lebih kecil diameternya dan lebih tinggi akibat kurang mendapat sinar matahari. Pada tanah yang tergenang, akar tanaman bayam akan mengalami pembusukan. Tanaman bayam termasuk sensitif terhadap ph tanah. Pada ph di atas 7, pertumbuhan daun-daun muda akan memucat putih kekuning-kuningan atau klorosis, sebaliknya pada ph di bawah 6 pertumbuhan bayam akan terganggu. 2.3 Bahan Mulsa Organik Perbaikan mutu sayuran untuk memenuhi persyaratan kualitas hasil tanaman bayam dapat dilakukan dengan berbagai macam teknologi budidaya. Salah satu teknologi budidaya yang dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman bayam adalah dengan penggunaan mulsa. Mulsa diartikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan dipermukaan tanah atau lahan pertanian. Mulsa dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu mulsa organik, mulsa anorganik dan mulsa kimiasintetik. Mulsa organik meliputi semua bahan sisa pertanian yang secara ekonomis kurang bermanfaat seperti jerami padi, batang jagung, batang kacang tanah, batang kedelai, dan lain-lain (Umboh, 2002). Adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan sangat terhalang, akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan
gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya (Burdiono, 2012). Pemberian/pemasangan mulsa pada permukaan bedengan pada musim hujan dapat mencegah erosi permukaan bedengan, sekaligus pada komoditas hortikultura tertentu seperti melon, semangka, tomat, terong dsb. Mulsa dapat mencegah percikan air hujan atau air siraman menempel pada kulit buah yang kadang menyebabkan infeksi pada tempat percikan tersebut. Sedangkan pemulsaan pada musim kemarau akan menahan panas matahari langsung sehingga permukaan tanah bagian atas relatif rendah suhunya dan lembab, hal ini disebabakan oleh penekanan penguapan sehingga air dalam tanah lebih efisien pemanfaatannya (Sudjianto, 2009). Saat ini bahan mulsa yang paling sering digunakan mulsa organik berupa jerami padi, serbuk gergaji dan alang-alang. Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapat menarik binatang tanah (seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur tanah. Mulsa organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan merupakan sumber energi yang dapat meningkatkan kegiatan biologi tanah dan dalam proses perombakannya akan terbentuk senyawa-senyawa organik yang berperan dalam pembentukan struktur tanah yang mantap. Oleh karena itu, maka kemantapan struktur tanah akan meningkat, aerasi menjadi lebih baik dan permeabilitas tanah yang tinggi terpelihara. Keuntungan penggunaan mulsa organik adalah bahannya mudah didapat juga bahan tersebut dapat digunakan untuk menambah bahan organik pada bedengan tersebut pada beberapa musim tanaman yang akan datang (Sudjianto, 2009).
Mulsa jerami dapat dimanfaatkan untuk setiap jenis tanah dan tanaman. Kelebihan mulsa jerami antara lain, harganya murah, memiliki efek menurunkan suhu, menkonservasi tanah dengan menekan erosi, dapat menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu dan menambah bahan organik tanah. Menurut Rosliani et al (2002) mulsa limbah organik yang berasal dari limbah jerami dan sisa tanaman mampu meningkatkan hasil tanaman mentimun serta menekan pertumbuhan gulma. Kelemahan mulsa jerami antara lain tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam selanjutnya. Mulsa jerami cocok digunakan untuk tanaman-tanaman semusim atau non semusim yang tidak terlalu tinggi dan memiliki struktur tajuk berdaun lebat dan memiliki perakaran yang dangkal (Umboh, 2002). Penggunaan mulsa juga memiliki keuntungan dalam hal mengurangi populasi hama dan penyakit. Aplikasi mulsa jerami dapat menekan kerusakan buah akibat Dacus sp. (Amin, 2006). Mulsa jerami sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk setiap jenis tanah dan tanaman. Oleh karena yang sifatnya yang mudah lapuk, mulsa jerami lebih banyak diaplikasikan pada tanah-tanah yang diekploitasi berat. Hal ini dimaksudkan agar tingkat kesuburan tanah pada jangka waktu tertentu dapat dikembalikan melalui pelapukan bahan jerami. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis mulsa pada berbagai jenis tanaman secara tepat dan benar dapat meningkatkan hasil awal dan total hasil dari berbagai tanaman, meningkatkan kualitas hasil tanaman dan pada akhirnya meningkatkan efisiensi usaha tani itu sendiri. Metode pemulsaan dapat dikatakan sebagai metode hasil penemuan petani. Artinya, dengan pemahaman seadanya dari petani bahwa segala sesuatu akan awet bila tertutupi maka petani mulai mencoba-coba mengawetkan lahan pertaniannya dengan cara menutupkan bahan-bahan sisa atau limbah hasil panen seperti dedaunan, batang-batang jagung, atau jerami padi.