ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING SOIL-TRANSMITTED HELMINTHS PADA ANAK DI SD NEGERI NO

dokumen-dokumen yang mirip
Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

HUBUNGAN ANTARA STATUS HIGIENE INDIVIDU DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DI SDN 03 PRINGAPUS, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

Hubungan Infeksis Askariasis dengan Status Sosial Ekonomi pada Murid Sekolah Dasar Negeri 29 Purus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

Derajat Infestasi Soil Transmitted Helminthes

PERILAKU MENCUCI TANGAN DAN KEJADIAN KECACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN. Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

RIAMA SANTRI SIANTURI

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

1. BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa Kelas 4, 5 dan 6 dalam Upaya Pencegahan Kecacingan di SDN 2 Keteguhan Teluk Betung Barat

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) DENGAN KADAR EOSINOFIL DARAH TEPI PADA SISWA SD BARENGAN DI KECAMATAN TERAS BOYOLALI

Leni Marlina 1, Junus W 2

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING ASKARIASIS LUMBRICOIDES PADA MURID SDN 201/IV DI KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI

HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 41 AMPENAN KELURAHAN JEMPONG BARU KECAMATAN SEKARBELA TAHUN 2011

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN INFEKSI CACING USUS DI SD NEGERI 58 MANADO Chintya Derek*, Angela Kalesaran*, Grace Kandou*

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA ANAK SEKOLAH DASAR MI ASAS ISLAM KALIBENING, SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

ABSTRAK PREVALENSI ASKARIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN KECACINGAN DENGAN STATUS KECACINGAN SISWA SDN 03 PONTIANAK TIMUR KOTAMADYA PONTIANAK TAHUN

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Rizka Yunidha Anwar 1, Nuzulia Irawati 2, Machdawaty Masri 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

HUBUNGAN INFEKSI CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA SISWA PEREMPUAN SD SALSABILA KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2014

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN HIGIENITAS PERSONAL SISWA DENGAN KEJADIAN KECACINGAN NEMATODE USUS

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

BAB I PENDAHULUAN I.1.

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

: AMAR HAZWAN B ZAINAL ARIFFIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ittihadiyah Kecamatan Gandus Kota Palembang

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PARASITES LOAD SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN LAPORAN ILMIAH

Key words: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, nails hygiene

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN PERILAKU DAN HIGIENE SISWA SD NEGERI DENGAN INFEKSI KECACINGAN DI DESA JUMA TEGUH KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2008

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat. menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris

INFEKSI CACING USUS PADA ANAK SEKOLAH SDN I MANURUNG KECAMATAN KUSAN HILIR KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr

Transkripsi:

646 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING SOIL-TRANSMITTED HELMINTHS PADA ANAK DI SD NEGERI NO.105407 DESA BOGAK BESAR KECAMATAN TELUK MENGKUDU KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2016 Surjadi Rimbun 1, Lesmana syahrir 2, Edison Sitanggang 3, Arnold Christopher 4 ABSTRACT Background : Helminthiasis is still considered as trivial by most Indonesian people. The most helminthiasis is Soil-Transmitted Helminths (STH) which is an intestinal worm infections transmitted through the ground. In Indonesia, the high prevalence of worm infection, especially in children. Frequency is around 60-90%. High incidence of it due to several factors such as environmental sanitation, poor personal hygiene, bad level of knowledge and socio-economic, and geographical conditions. The aim of this study is to know the relation between parental level of knowledge with the incidence of Soil-Transmitted Helminths infections among children. Methods : This study use observational analytic method with cross sectional approach and was conducted at No.105407 Bogak Besar Elementary School of Teluk Mengkudu Subdistrict, Serdang Berdagai from 28-31 March 2016. Samples of 65 people taken with Proportionate Stratified Random Sampling. Data were collected using primary data in the form of interviews of parents and stool examination in children. Results : : This study shows that the level of parental knowledge about Soil-Transmitted Helminths infections among children included in good category (69.2%) and prevalence of Soil-Transmitted Helminths infection was low in children (24.6%). Dominant type of intestinal worm infections among children is Ascaris lumbricoides (43.8%). The result of statistical test using Chi-Square, indicates that there are relation between the level of parental knowledge with prevalence of Soil-Transmitted Helminths infections in children (P = 0.04 < 0.05). Conclusion : There are relation between the level of parental knowledge with prevalence of Soil-Transmitted Helminths infections among children. Keywords : Soil-Transmitted Helminths, Level of Knowledge PENDAHULUAN P enyakit kecacingan atau helminthiasis masih dianggap sebagai hal sepele oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal jika dilihat dampak jangka panjangnya, kecacingan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi penderita dan keluarganya 1. Infeksi kecacingan yang sering adalah Soil- Transmitted Helminths (STH) yang merupakan infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Cacing STH antara lain Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (cacing tambang) 2. dr. Surjadi Rimbun, M. Biomed 1, dr. Lesmana Syahrir, SpA 2, dr. Edison Sitanggang, SpP 3, Arnold Christopher 4 1 Department of Biochemistry, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan 2 Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan 3 Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Local General Hospital of Djasamen Saragih, Pematangsiantar 4 Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan Correspondence : dr. Surjadi Rimbun, M. Biomed surjadi21@gmail.com Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017 646

647 Infeksi dan penyakit yang disebabkan kelompok cacing penting bagi manusia karena seringkali mempunyai dampak serius pada penderita maupun masyarakat, penyebab penyakit termasuk golongan cacing yang ditularkan melalui tanah atau disebut juga Soil- Transmitted Helminths. Cara infeksi pada manusia adalah dengan bentuk infektif yang ditemukan dan berkembang di tanah. Infeksi dan penyakit terpenting yang disebabkan kelompok cacing ini adalah askariasis, trikuriasis, ankilostomiasis, nekatoriasis, strongiloidiasis, dan creeping eruption 3. Pada infeksi cacing yang berat dan menahun dapat menimbulkan gejala yang lebih berat, seperti gangguan pertumbuhan dan gangguan fungsi kognitif pada anak usia sekolah akibat terjadinya malabsorbsi nutrisi di tubuh oleh karena infeksi cacing Ascaris menurut Margono dan Hadidjaja (2011) 3 atau anak akan mengalami anemia oleh karena infeksi cacing tambang (Ancylostoma duodenale & Necator americanus) yang dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, kemunduran kemampuan belajar, dan produktivitas kerja 4. Kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga yaitu oleh kedua orang tua, anak anak dan seluruh anggota keluarga lain. Oleh sebab itu orang tua sebagai panutan anak perlu dibekali atau memiliki pengetahuan kesehatan dan gizi, lingkungan rumah yang sehat, gizi dan pola makanan sehat, kebersihan diri dan terjadinya penyakit, cara penularan dan imunisasi pada anak. Tingkat pengetahuan orang tua khususnya ibu, yang kurang mengenai kesehatan akan berdampak pada kurangnya edukasi kesehatan yang didapat anak di rumah. Edukasi kesehatan yang kurang dapat menyebabkan anak memiliki perilaku atau kebiasaan yang tidak mengikuti standar kesehatan, sehingga anak mudah untuk terserang penyakit 5. Lebih dari 1.5 milyar orang atau sekitar 24 % dari seluruh populasi di dunia terinfeksi oleh Soil-Transmitted Helminths. Infeksi tersebar meluas di daerah daerah tropis dan subtropis, Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017 dengan angka kejadian terbesar terjadi di daerah sub sahara Afrika, Amerika, China, dan Asia bagian timur. Lebih dari 270 juta anak sebelum usia sekolah dan lebih dari 600 juta anak usia sekolah yang tinggal di daerah daerah dimana parasit ini paling menginfeksi, sangat membutuhkan tindakan pengobatan dan pencegahan 6. Menurut beberapa survei di Indonesia prevelensi Ascaris lebih tinggi dari 70% ditemukan antara lain di beberapa desa di Sumatera (78%), Kalimantan (79%), Sulawesi (88%), Nusa Tenggara Barat (92%), Jawa Barat (90%) sedangkan Trichuris pada daerah yang sama yaitu 83%, 83%, 84%, dan 91%. Prevelensi cacing tambang dan Strongiloydes stercoralis tinggi di Indonesia terdapat di daerah perkebunan karet di sukabumi, Jawa Barat (93,1%) dan di perkebunan kopi di Jawa Timur (80,69%) 7,8. Di Indonesia prevelensi kecacingan tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya sekitar 60 90 %. Pada infeksi Trichuris yang berat dan menahun terutama terjadi pada anak, cacing tersebar di seluruh kolon dan rektum yang dapat menimbulkan gejala diare yang sering diselingi sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang kadang disertai prolapsus rektum 7. Menurut Chadijah (2014) 9, prevelensi kecacingan pada anak SD di kota Palu sebanyak 31,6% dimana ini merupakan angka yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka kecacingan nasional. Angka kejadian yang masih tinggi ini terjadi pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti keterlibatan mereka secara langsung dengan lingkungan tempat bermain sangat tinggi, kondisi sanitasi lingkungan yang belum memadai, kebersihan diri yang buruk, tingkat pengetahuan dan keadaan sosial-ekonomi yang rendah, pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat yang belum membudaya, serta keadaan geografis yang sesuai untuk perkembangbiakan cacing 10. Berdasarkan hasil penelitian Sembiring (2011) 11, tentang pengaruh sosio-budaya dan

648 dukungan keluarga terhadap pencegahan infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar negeri No.050602 di Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat terdapat hubungan yang signifikan (nilai p < 0,05) antara pengetahuan dengan upaya pencegahan infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar. Pengetahuan tersebut antara lain pengetahuan tanda-tanda, cara penularan, akibat yang ditimbulkan dan cara pencegahan kecacingan pada anak. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan 37 orang responden yang memiliki pengetahuan baik pada upaya pencegahan infeksi kecacingan sebesar 62,2% (23orang). Sedangkan dari 58 orang responden dengan dengan pengetahuan tidak baik pada upaya pencegahan infeksi kecacingan baik sebesar 29,3% (17 orang). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada anak di SD Negeri No. 105407 Desa Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016. BAHAN DAN CARA Penelitian dilakukan di SD Negeri 105407 Desa Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Maret 2016. Target pada penelitian ini adalah siswa pada kelas I sampai dengan kelas VI. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study untuk mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths. Pengambilan sampel menggunakan metode slovin yang hasilnya besar sampel yang digunakan sebanyak 65 orang. PROSEDUR PENELITIAN Adapun prosedur yang digunakan dalam penelitian meliputi Permohonan izin untuk penelitian diajukan kepada kepala sekolah SDN No.105407 Desa Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Melakukan survey dan memilih laboratorium klinik swasta maupun laboratorium rumah sakit untuk bekerja sama dalam hal pemeriksaan tinja yang akan dilakukan. Setelah izin diberikan oleh pihak sekolah, peneliti melakukan survey awal untuk melihat jumlah populasi dan kemudian mencari waktu yang tepat untuk melakukan penelitian. Pada waktu yang telah ditentukan untuk penelitian, peneliti bekerja sama dengan pihak sekolah mengumpulkan anak-anak dari seluruh kelas dan memberikan informed consent yang kemudian sampel akan dipilih dengan teknik proportional stratified random sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan esklusi. Kemudian peneliti menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan dan membagikan alat-alat seperti pot plastik, sarung tangan sebagai alat bantu pengumpulan tinja. Untuk keperluan pengisian kuesioner yang diisi oleh orang tua, peneliti bekerja sama dengan pihak sekolah memberitahukan kepada anak yang telah terpilih menjadi sampel agar mengajak orang tuanya datang keesokan harinya bersama dengan tinja yang sudah dikumpulkan. Pada hari kedua penelitian dilakukan pengisian kuesioner oleh orang tua yang anaknya terpilih menjadi sampel, serta melakukan pengumpulan tinja yang sudah diberi label dalam sebuah kotak specimen. Setelah pengisian kuesioner dan pengumpulan tinja selesai, peneliti kemudian membawa tinja ke laboratorium klinik. Setelah seluruh data kuesioner dan hasil laboratorium terkumpul dilanjutkan dengan analisis data sehingga diperoleh hasil dan tabulasi data serta kesimpulan dari hasil penelitian. HASIL Penelitian yang dilakukan di SD Negeri No.105407 Desa Bogak Besar dengan jumlah murid keseluruhan 186 orang, sampel diambil sebanyak 65 orang dengan menggunakan rumus slovin. Kemudian sampel yang terdiri dari beberapa kelas ditentukan dengan memakai Proportional stratified random sampling yang terdiri dari: 1) kelas I, 9 orang ; 2) kelas II, 8 Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017

649 orang; 3) kelas III, 11 orang; 4) kelas IV, 14 orang; 5) kelas V, 14 orang dan 6) kelas VI, 9 orang. Pengambilan data dari sampel menggunakan data primer yaitu kuesioner yang diberikan pada orang tua masing masing anak dan hasil laboratorium dari anak. Karakteristik sampel yang diamati pada penelitian ini meliputi kelas dan jenis kelamin dari anak serta umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan orang tua anak. Berdasarkan karakteristik anak dari kelas menunjukan presentase pembagian sampel menurut kelas didapatkan kelas I sebanyak 9 orang (13.8%), kelas II sebanyak 8 orang (12.3%), kelas III sebanyak 11 orang (16.9%), kelas IV sebanyak 14 orang (21.5%), kelas V sebanyak 14 orang (21.5%), dan kelas VI sebanyak 9 orang (13.8%). Hasil berdasarkan jenis kelamin anak menunjukan presentase karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin yaitu, berjenis kelamin laki laki sebanyak 37 orang (56.9%) dan yang berjenis kelamin perempuan ada sebanyak 28 orang (43.1%). Hasil berdasarkan umur orang tua didapat bahwa umur orang tua sampel yang termuda adalah 20 tahun dan yang tertua adalah 65 tahun, sedangkan paling banyak orang tua anak berada pada kisaran umur 36 50 tahun yaitu, sebanyak 41 orang (63.1%). Untuk pendidikan orang tua, tingkat pendidikan sebagian besar orang tua sampel adalah tamat SD, yaitu sebanyak 25 orang (38.5%) dan tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah tamatan SMA/SMK, yaitu sebanyak 18 orang (27.7%). Untuk pekerjaan orang tua sampel terbanyak adalah IRT (Ibu Rumah Tangga), yaitu 42 orang (64.6%) sedangkan yang paling sedikit adalah mahasiswa dan wiraswasta yang masing-masing 1 orang (1.5%). Untuk Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Infeksi Cacing Soil-Transmitted Helminths (STH) Pada Anak didapat bahwa secara umum tingkat pengetahuan orang tua tentang kejadian infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada anak dalam kategori baik sebanyak 45 orang (69.2%) dan orang tua dengan tingkat pengetahuan dalam kategori buruk sebanyak 20 orang (30.8%), dan bahwa infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths yang terjadi pada anak di SD Negeri No.105407 sebanyak 16 orang (24.6%) serta dari 16 anak yang terinfeksi cacing, sebanyak 7 orang (43.8%) terinfeksi Ascaris lumbricoides, sebanyak 6 orang (37.5%) terinfeksi Trichuris trichiura, dan sebanyak 3 orang (18.8%) terinfeksi Ancylostoma duodenale. Hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada anak di SD Negeri No.105407 Desa Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016 dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Kejadian Infeksi Cacing Soil- Transmitted Helminths Pada Anak di SD Negeri No.105407 Desa Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016 No Tingkat Pengetahuan Kejadian Infeksi Cacing Positif Negatif Total N % n % n % 1 Baik 6 13.3 39 86.7 45 100.0 2 Buruk 10 50.0 10 50.0 20 100.0 Total 16 24.6 49 75.4 65 100.0 P Value 0.04 Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017

650 Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 45 orang tua dengan tingkat pengetahuan baik, 6 orang (13.3%) anaknya positif terinfeksi cacing dan 39 orang (86.7%) anaknya tidak terinfeksi cacing Soil-Transmitted Helminths. Sedangkan orang tua yang berpengetahuan buruk ada 20 orang, dimana sebanyak 10 orang (50.0%) anaknya positif terinfeksi cacing dan 10 orang (50.0%) anaknya negatif terinfeksi cacingan Soil-Transmitted Helminths. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Chi-Square, diperoleh P Value = 0.04 (P< 0.05), artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada anaknya, dengan demikian Ha dalam penelitian ini diterima. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 65 anak dan orang tua masing-masing anak sebagai sampel penelitian ini yang diperoleh dengan data primer, yaitu wawancara orang tua anak dengan menggunakan kuesioner dan data hasil laboratorium dari spesimen tinja yang diambil dari anak dapat dipaparkan sebagai berikut. Tingkat pengetahuan yang dinilai dalam penelitian ini adalah tingkat satu, yaitu segala sesuatu yang diketahui oleh orang tua tentang infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada anak-anak. Hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.6 menunjukkan jumlah orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 45 orang (69.2%) sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan buruk sebanyak 20 orang (30.8%). Sesuai berdasarkan penelitian yang dilakukan Sembiring (2011) 11, didapatkan 37 orang responden yang memiliki pengetahuan baik pada upaya pencegahan infeksi kecacingan sebesar 62,2% (23orang). Sedangkan dari 58 orang responden dengan dengan pengetahuan tidak baik pada upaya pencegahan infeksi kecacingan baik sebesar 29,3% (17 orang). Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017 Pengetahuan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu, pendidikan, media dan informasi 12. Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai suatu objek tertentu dan spesifik dalam hal ini infeksi cacing. Media merupakan alat khusus yang digunakan untuk penyebarluasan informasi mengenai infeksi cacing yang dapat dilihat dalam bentuk siaran televisi, radio maupun secara tertulis seperti poster, majalah atau leaflet. Sudah baiknya penyebaran dan penyuluhan informasi tentang infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada masyarakat baik melalui media elektronik, cetak, maupun penyuluhan dari petugas kesehatan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi baiknya pengetahuan orang tua tentang infeksi cacing yang membantu mereka mengetahui bahaya, dampak serta pencegahan infeksi cacing pada anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 65 orang anak di SD Negeri No.105407 desa bogak besar yang diambil tinjanya, 16 anak (24.6%) positif terinfeksi cacing Soil- Transmitted Helminths, dan 49 anak (75.4%) negatif terinfeksi cacing. Dari 16 anak yang terinfeksi cacing Soil-Transmitted Helminths, 7 anak (43.8%) terinfeksi Ascaris lumbricoides, 6 anak (37.5%) terinfeksi Trichuris trichiura, dan 3 anak (18.8%) terinfeksi Ancylostoma duodenale. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kejadian infeksi cacing pada anak SD Negeri No.105407 desa bogak besar tergolong rendah. Kejadian infeksi cacing yang rendah pada anak didukung oleh penelitian yang dilakukan Kharis Faridan (2012), tentang faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjarbaru diketahui dari 71 anak yang diteliti sebanyak 4 orang (5.6%) positif terinfeksi cacing dan 67 orang (94.4%) negatif terinfeksi cacingan. Menurut Sastroasmoro & Ismael (2014) 13, faktor faktor yang mempengaruhi tinggi

651 rendahnya kejadian infeksi cacing adalah tingkat pengetahuan, jenis tanah, suhu, kelembapan, perilaku manusia terkait dengan sanitasi dan hygiene misalnya kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, penggunaan alas kaki dan kebiasaan buang air besar yang benar. Rendahnya kejadian infeksi cacing pada anak di SD Negeri No.105407 desa bogak besar diasumsikan disebabkan karena tingkat pengetahuan orang tua sudah baik mengenai infeksi cacing, keberhasilan promosi dan penyuluhan tentang infeksi cacing dari petugas pelayanan kesehatan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan juga diketahui bahwa jenis cacing yang paling banyak ditemukan pada anak adalah cacing Ascaris lumbricoides atau cacing gelang sebanyak 7 anak (43.8%). Hal ini sesuai menurut Taniawati Supali & Sri S. Margono (2013) 7,8, berdasarkan beberapa survei di indonesia prevalensi Ascaris lumbricoides lebih tinggi pada beberapa daerah, yaitu di sumatra (78%), Kalimantan (79%), Sulawesi (88%), NTB (92%), dan Jawa Barat (90%). Selain itu daur hidup cacing Ascaris lumbricoides betina yang dapat mengeluarkan telur ±200.000/hari dan dapat bertahan hidup beberapa tahun di tanah yang sesuai merupakan penyebab prevelensi cacing ini lebih tinggi dari jenis cacing lainnya. Kejadian infeksi cacing yang rendah pada anak didukung oleh penelitian yang dilakukan Kharis Faridan (2012), tentang factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjarbaru diketahui dari 71 anak yang diteliti sebanyak 4 orang (5.6%) positif terinfeksi cacing dan 67 orang (94.4%) negatif terinfeksi cacingan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 65 orang tua anak, 45 orang tua anak memiliki tingkat pengetahuan yang baik dimana 6 anak (13.3%) positif terinfeksi cacing dan 39 anak (86.7%) negatif terinfeksi cacingan. Sedangkan orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan buruk sebanyak 20 orang dimana 10 anak (50.0%) positif terinfeksi cacing dan 10 Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017 anak (50.0%) yang lain negatif terinfeksi cacingan. Untuk melihat hubungan antara pengetahuan orang tua dengan kejadian infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada anak digunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% nilai P < 0.05 diperoleh P = 0.04 berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada anaknya. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada anaknya. Dimana apabila orang tua memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai infeksi cacing, maka risiko kejadian infeksi cacing pada anaknya semakin kecil sebaliknya bila tingkat pengetahuan orang tua buruk maka risiko terjadinya infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths semakin besar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Leni Marlina (2012) 10, didapatkan nilai P = 0.00 dengan interval kepercayaan pada 95% maka P < 0.05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan infeksi Soil-Transmitted Helminths (STH). Hasil yang sama dimana prevalensi kecacingan yang rendah didapatkan pada ibu yang berpengetahuan baik 14. Pengetahuan merupakan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap. Pengetahuan yang diperoleh melalui jalur pendidikan akan memberikan dasar yang efektif dalam menilai suatu subyek, sehingga terbentuk arah suatu sikap tertentu. Pemberian intervensi pendidikan dapat merubah perilaku ke arah yang lebih baik dalam menurunkan infeksi cacing pada anak sekolah dasar 15. Tingkat pengetahuan orang tua khususnya ibu, yang kurang mengenai kesehatan akan berdampak pada kurangnya edukasi kesehatan yang didapat anak di rumah. Edukasi kesehatan yang kurang dapat menyebabkan anak memiliki perilaku atau kebiasaan yang tidak mengikuti standar kesehatan, sehingga anak mudah untuk terserang penyakit. Oleh sebab itu

652 orang tua sebagai panutan anak perlu dibekali atau memiliki pengetahuan kesehatan dan gizi, lingkungan rumah yang sehat, gizi dan pola makanan sehat, kebersihan diri dan terjadinya penyakit, cara penularan dan imunisasi pada anak salah satunya mengenai infeksi cacing Soil- Transmitted Helminths 5. KESIMPULAN Tingkat pengetahuan orang tua tentang infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada anaknya termasuk dalam kategori baik, yaitu sebanyak 45 (69.2%) orang tua. Kejadian infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths dari 65 anak, sebanyak 16 (24.6%) anak positif terinfeksi cacing dan 49 (75.4%) anak negatif kecacingan. Jenis cacing yang dominan menginfeksi anak adalah Ascaris lumbricoides sebanyak 7 (43.8%) anak. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0.04 < 0.05, hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths pada anak. DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI (2014). Kondisi pencapaian program kesehatan anak indonesia. Jakarta: Pusat data dan informasi kementrian Indonesia. 2. Gandahusada S (2013). Buku ajar parasitologi kedokteran. Dalam: Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S (eds). Edisi ke 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 3. Margono SS (2011). Dasar parasitologi klinik. Dalam: Hadidjaja P, Margono SS (eds). Edisi ke 1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 4. Rampengan TH (2008). Penyakit infeksi tropik pada anak. Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 5. Siswanto, H (2010). Pendidikan kesehatan anak usia dini. Yogyakarta: Pustaka Rihama. 6. World Health Organization (2015). Soil Transmitted Helminth Infections. Available Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017 from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs366/en/ 7. Supali T (2013). Buku ajar parasitologi kedokteran. Dalam: Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S (eds). Edisi ke 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 8. Margono SS (2013). Buku ajar parasitologi kedokteran. Dalam: Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S (eds). Edisi ke 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 9. Chadijah S, Sumolang PPF, Veridiana NN (2014). Hubungan pengetahuan, perilaku, dan sanitasi lingkungan dengan angka kecacingan pada anak sekolah dasar di kota palu. Media Litbangkes Volume 24 No.1: 50-56. 10. Marlina L, Junus W (2012). Hubungan pendidikan formal, pengetahuan ibu dan sosial ekonomi terhadap infeksi Soil- Transmitted Helminths pada anak sekolah dasar di kecamatan seluma timur kabupaten seluma bengkulu. Jurnal Ekologi Kesehatan Volume 11 No.1: 33-39. 11. Sembiring EA (2011). Pengaruh sosiobudaya dan dukungan keluarga terhadap pencegahan infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar negeri 050602 di kecamatan kuala kabupaten langkat. Tesis. Medan: Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: 2011. 12. Hassan R, Alatas H (eds) (2007). Buku kuliah ilmu kesehatan anak Jilid 2. Jakarta : Bagian Imu Kesehatan Anak FKUI, 13. Sastroasmoro S, Ismael S (2014). Dasardasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke 5. Sagung Seto. 14. Wachidanijah (2002). Pengetahuan, sikap dan perilaku anak serta lingkungan rumah dan sekolah dengan kejadian infeksi kecacingan anak sekolah dasar (studi di Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada 15. Quihui (2006). Role of employment status and education of mothers in prevalence of intestinal parasitic in Mexican rural School Children.Biomedcentra

749 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU TERHADAP INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA ANAK DI PANTI ASUHAN ANUGRAH SUNGAI AIR HIDUP TAHUN 2017 Lesmana Syahrir 1, Dwi Lunarta DS Siahaan 2, B. Susanti Dewayanti 3, Erin Rona Tua 4 ABSTRACT Background : The prevalence of helminthiasis in Indonesia is still high with the range of 20-86%. One of the factors causing the high number of the prevalence of STH is low level of personal hygiene. The purpose of this study was to examine the correlation of behavior and the infection of STH in children. Methods : This study was an analytic survey with a cross sectional study design. The population of this study amounted to 122 people with samples including the inclusion criteria of 35 people. Sampling technique is total sampling. Data were collected from stool examination and direct interview with respondent by using questionnaire. Results : The result showed that prevalence of STH infection were 42.9 %. A. lumbricoides were 20 %, T. trichiura were 14.2 % and Hookworm were 2.9 %. A. lumbricoides and T. trichiura were 2.9 %, A. lumbricoides and Hookworm were 2.9 %. Chi-square test showed the value of assiciation on knowledge variable were p=0.097, attitude p=0.619 and action p=0.575. Conclusion : Based on the results of the this study, there was no correlation between behavior and the intensity of STH infection. Keywords : Behavior, STH infection PENDAHULUAN P enyakit kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit (berupa cacing) kedalam tubuh manusia akibat menelan telur cacing. Salah satu penyakit kecacingan yang sering terjadi adalah yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH) yaitu cacing yang siklus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif. Cacing yang tergolong dalam STH adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) serta cacing cambuk (Trichuris trichiura) 1. Diperkirakan lebih dari 2 milyar orang terinfeksi cacing di seluruh dunia, sekitar 300 juta menderita infeksi cacing yang berat dan sekitar 150.000 kematian terjadi setiap tahun akibat infeksi STH. dr. Lesmana Syahrir,SpA 1, dr. Dwi Lunarta Docterina Sutanti Siahaan, SpAn 2, dr. B. Susanti Dewayanti, SpA 3, Erin Rona Tua 4 1 Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan 2 Department of Anesthesiology and Intensive Care, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan 3 Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, Local General Hospital of Djasamen Saragih, Pematangsiantar 4 Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Local General Hospital of Djasamen Saragih, Pematangsiantar Correspondence : dr. Lesmana Syahrir,SpA Email : fkmethodistmedan@yahoo.co.id Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018 749

750 Laporan terakhir memperkirakan infeksi A. lumbricoides sebesar 1,2 milyar, T. trichiura 795 juta dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale & Necator americanus) 740 juta 2. A.lumbricoides dapat mengakibatkan malnutrisi energi protein. Pada anak-anak yang terinfeksi 13-14 cacing dewasa dapat kehilangan 4 gram protein dari diet yang mengandung 35-50 gram protein/hari. Sedangkan infeksi T. trichiura dapat menyebabkan anemia, malnutrisi, dan diare pada anak-anak dengan infeksi berat 3. Kurangnya pengetahuan anak tentang infeksi kecacingan merupakan faktor dasar seorang anak berperilaku. Intensitas dan prevalensi yang tinggi pada anak disebabkan oleh kebiasaan memasukkan jari-jari tangan yang kotor ke dalam mulut 4. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2015) prevalensi penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah (STH) di negara Indonesia saat ini berkisar 20-86% dengan rata-rata 30%. Berdasarkan survei Seksi P2ML Sub Dinas PP&PL, Dinkes Tingkat I Sumatera Utara pada anak Sekolah Dasar di tiga belas Kabupaten/Kota tahun 2003-2006 diperoleh hasil yaitu prevalensi Ascaris lumbricoides 39%, Trichuris trichiura 24%, dan Hookworm (cacing tambang) 5% 5. Faktor- faktor yang menyebabkan masih tingginya infeksi cacing adalah rendahnya tingkat sanitasi perorangan, seperti kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar (BAB), kebersihan kuku, perilaku jajan disembarang tempat yang kebersihannya tidak dapat dikontrol, perilaku BAB tidak di WC yang menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh feses yang mengandung telur cacing serta ketersediaan sumber air besih 6. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan perilaku terhadap infeksi STH pada anak. BAHAN DAN CARA sectional. Dengan tujuan untuk mengetahui hubungan perilaku terhadap infeksi STH pada anak. Populasi dalam penelitian ini adalah anak di Panti Asuhan Anugrah Sungai Air Hidup Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang berjumlah 122 orang yang terdiri dari laki-laki 59 orang dan perempuan 63 orang. Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dan didapatkan sampel yang memenuhi kriteria sampling sebanyak 35 orang yang terdiri dari laki-laki 14 orang dan perempuan 21 orang. PROSEDUR PENELITIAN Adapun prosedur yang digunakan dalam penelitian meliputi data yang telah diperoleh dianalisis melalui proses tahapan pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan yang mpertama adalah editing, setelah kuesioner terkumpul maka dipilih antara kuesioner yang drop out atau tidak. Kuesioner yang drop out adalah kuesioner yang tidak lengkap, tidak jelas, dan jawaban yang diberikan tidak relevan serta tidak konsisten. Coding, untuk mempermudah memasukkan data pada saat dilakukan penghitungan maka dilakukan coding yaitu dengan mengganti data mentah (yang ada dalam kuesioner) yang berbentuk huruf menjadi data seperti komputer. Processing, data yang sudah melewati pengkodean kemudian diproses agar data dapat dianalisis. Memproses data dilakukan dengan cara memasukkan data dari kuesioner ke paket program komputer. Cleanning, melakukan pengecekan kembali bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam mesin pengolah data memiliki kesalahan atau tidak yaitu dengan mendeteksi data yang missing, mengetahui variasi data, dan mendeteksi adanya data yang tidak konsisten dengan menghubungkan dua variabel. Tabulating, dilakukan untuk mempermudah analisa data dan pengelolaan data serta pengambilan kesimpulan dalam bentuk tabel distribusi. Penelitian akan dilakukan di Panti Asuhan HASIL Anugrah Sungai Air Hidup Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Penelitian ini merupakan penelitian observasi Anugrah Sungai Air Hidup dengan populasi analitik dengan rancangan penelitian cross sebanyak 122 orang, yang terdiri dari laki-laki Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018

751 59 orang dan perempuan 63 orang didapatkan sampel yang memenuhi kriteria inkusi sebanyak 35 orang. Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari pemeriksaan tinja dan dengan memberikan kuesioner yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan kepada responden. Hasil penelitian yang didapat selanjutnya dianalisa sehingga dapat menyimpulkan hubungan perilaku terhadap infeksi Soil Transmitted Helminths pada anak. Pada Tabel 1 karakteristik jenis kelamin sampel didapat bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki, yaitu perempuan 21 orang (60 %) dan laki-laki 14 orang (40 %). Sedangkan untuk karakteristik usia sampel diperoleh usia yang lebih banyak yaitu 11-14 tahun dengan frekuensi 15 orang (42.8 %). Usia 7-10 tahun dan 15-19 tahun frekuensi masing-masing yaitu 10 orang (28.6 %). Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang di teliti, meliputi pengetahuan, sikap, tindakan dan infeksi STH. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Sampel Karakteristik n (Orang) % A. Jenis Kelamin Laki-laki 14 40 Perempuan 21 60 B. Usia 7-10 10 28.6 11-14 15 42.8 15-19 10 28.6 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa anak yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 27 orang (77.1 %), anak yang pengetahuan cukup sebanyak 7 orang (20 %), dan anak yang pengetahuan buruk sebanyak 1 orang (2.9 %). Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa anak yang memiliki sikap baik sebanyak 8 orang (22.8 %), anak yang memiliki sikap cukup sebanyak 26 orang (74.3 %) dan anak yang memiliki sikap kurang sebanyak 1 orang (2.9 %). Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018 Tabel 2. Distribusi Berdasarkan Pengetahuan Anak Pengetahuan n (orang) % Baik 27 77,1 Cukup 7 20 Kurang 1 2,9 Total 35 100 Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Sikap Anak Sikap n (orang) % Baik 8 22,8 Cukup 26 74,3 Kurang 1 2,9 Total 35 100 Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa anak yang memiliki tindakan baik sebanyak 14 orang (40 %), anak yang memiliki tindakan cukup sebanyak 20 orang (57.1 %) dan anak yang memiliki tindakan kurang sebanyak 1 orang (2.9 %). Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa anak yang terinfeksi STH 15 orang (42.9%) lebih sedikit dari jumlah anak yang tidak terinfeksi STH yaitu 20 orang (57.1%). Jenis cacing yang lebih banyak terinfeksi yaitu A. lumbricoides sebesar 7 orang (20 %), T. trichiura sebesar 5 orang (14.2 %) dan yang terinfeksi Hookworm yaitu sebesar 1 orang (2.9 %), anak yang terinfeksi A. lumbricoides dan T. trichiura yaitu sebesar 1 orang (2.9 %), dan anak yang terinfeksi A. lumbricoides dan Hookworm yaitu sebesar 1 orang (2.9 %). Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa anak yang memiliki tindakan baik sebanyak 14 orang (40 %), anak yang memiliki tindakan cukup sebanyak 20 orang (57.1 %) dan anak yang memiliki tindakan kurang sebanyak 1 orang (2.9 %). Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa anak yang terinfeksi STH 15 orang (42.9%) lebih sedikit dari jumlah anak yang tidak terinfeksi STH yaitu 20 orang (57.1%). Jenis cacing yang lebih banyak terinfeksi yaitu A. lumbricoides sebesar 7 orang (20 %), T. trichiura sebesar 5

752 orang (14.2 %) dan yang terinfeksi Hookworm yaitu sebesar 1 orang (2.9 %), anak yang terinfeksi A. lumbricoides dan T. trichiura yaitu sebesar 1 orang (2.9 %), dan anak yang terinfeksi A. lumbricoides dan Hookworm yaitu sebesar 1 orang (2.9 %). Tabel 4. Distribusi Berdasarkan Tindakan Anak Tindakan n (orang) % Baik 14 40 Cukup 20 57,1 Kurang 1 2,9 Total 35 100 Tabel 5. Distribusi Berdasarkan Infeksi STH Tabel 6. Tabulasi Silang Pengetahuan terhadap Infeksi STH Pengetahuan Infeksi STH Total P Positif Negatif value N % n % N % Baik 9 25.7 18 51.4 27 77.1 Cukup 5 14.3 2 5.7 7 20 0.097 Kurang 1 2.9 0 0 1 2.9 Total 15 42.9 20 57.1 35 100 Tabel 7. Tabulasi Silang Sikap terhadap Infeksi STH Sikap Infeksi STH Total P Positif Negatif value n % n % N % Baik 3 8.6 5 14.2 8 22.8 Cukup 12 34.3 14 40 26 74.3 0.619 Kurang 0 0 1 2.9 1 2.9 Total 15 42.9 20 57.1 35 100 Infeksi STH n (orang) % Positif 15 42.9 A. lumbricoides 7 20 T. trichiura 5 14.2 Hookworm 1 2.9 A. lumbricoides dan T. 1 2.9 trichiura A. lumbricoides dan 1 2.9 Hookworm Negatif 20 57.1 Total 35 100 Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan menggunakan uji chi-square. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan tidak terinfeksi STH sebanyak 18 orang (51.4 %) lebih banyak dari responden yang memiliki pengetahuan baik dengan terinfeksi STH yaitu 9 orang (25.7 %). Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan tidak terinfeksi STH sebanyak 2 orang (5.7 %) lebih sedikit dari responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan terinfeksi STH yaitu sebanyak 5 orang (14.3 %). Responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan tidak terinfeksi STH tidak ada, dan dengan terinfeksi STH terdapat 1 orang (2.9 %). Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p value = 0.097 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan terhadap infeksi STH. Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018 Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki sikap baik dan tidak terinfeksi STH sebanyak 5 orang (14.2 %) lebih banyak dari responden yang memiliki sikap baik dan terinfeksi STH yaitu sebanyak 3 orang (8.6 %). Responden yang memiliki sikap cukup dan tidak terinfeksi STH sebanyak 14 orang (40 %) lebih banyak dari responden yang memiliki sikap cukup dan terinfeksi STH yaitu 12 orang (34.3 %). Responden yang memiliki sikap kurang dengan tidak terinfeksi STH terdapat 1 orang (2.9%) dan dengan terinfeksi STH tidak ada. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p value = 0.619 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara sikap terhadap infeksi STH. Tabel 8. Tabulasi Silang Tindakan terhadap Infeksi STH Tindakan Infeksi STH P Total Positif Negatif value n % N % N % Baik 7 20 7 20 14 40 Cukup 8 22.9 12 34.2 20 57.1 0.575 Kurang 0 0 1 2.9 1 2.9 Total 15 42.9 20 57.1 35 100 Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tindakan baik dengan tidak terinfeksi STH sebanyak 7 orang (20 %) dan dengan terinfeksi STH sebanyak 7 orang (20 %). Responden yang memiliki tindakan cukup

753 dengan tidak terinfeksi STH sebanyak 12 orang (34.2 %) dan dengan terinfeksi STH sebanyak 8 orang (22.9 %). Responden yang memiliki tindakan kurang dengan tidak terinfeksi STH yaitu 1 orang (2.9 %), dan dengan terinfeksi STH tidak ada. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p value = 0.575 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara tindakan terhadap infeksi STH. PEMBAHASAN Prevalensi infeksi STH pada anak di Panti Asuhan Anugrah Sungai Air Hidup adalah 42.9 %. Infeksi tertinggi disebabkan oleh A. lumbricoides yaitu sebesar 20 %. Infeksi T. trichiura yaitu sebesar 14.2 % dan yang terinfeksi Hookworm yaitu sebesar 2.9 %, anak yang terinfeksi A. lumbricoides dan T. trichiura yaitu 2.9 %, dan anak yang terinfeksi A. lumbricoides dan Hookworm yaitu 2.9 %. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chadijah et al., (2014), yang menemukan 90 anak 31.30 %) positif terinfeksi STH dari total 288 responden, dimana jenis cacing yang paling dominan menginfeksi adalah A. lumbricoides (83.34 %). Penyebaran T. trichiura seiring dengan penyebaran A. lumbricoides (Ideham dan Pusarawati, 2007). Dari hasil pengolahan data menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p value= 0.097 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan terhadap infeksi STH. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya 7 dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang pencegahan penyakit kecacingan dengan infestasi cacing pada siswa SD di Kota Manado (p=1,000). Penelitian lain yang dilakukan oleh Tumanggor (2008) tentang hubungan perilaku dan higiene siswa dengan infeksi kecacingan di Kecamatan Siempat Nempu, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan infeksi kecacingan (p=0,000). Dari hasil pengolahan data menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p value= 0.619 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018 berarti bahwa tidak ada hubungan antara sikap terhadap infeksi STH. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lainya 8 tentang hubungan karakteristik siswa dan sanitasi lingkungan dengan infeksi kecaicingan pada siswa SD di Kecamatan Medan Belawan. Dimana hasil analisis menyatakan nilai p=0,960. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian lain yang meneliti hubungan perilaku terhadap infeksi cacing perut di Kabupaten Samosir. Dimana hasil penelitian didapatkan nilai p=0,001. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p value= 0.575 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara tindakan terhadap infeksi STH. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustafa et al 9 pada siswa SD di Kota Manado dengan hasil analisis diperoleh nilai p=0,470. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Salbiah (2008) dimana terdapat hubungan antara tindakan dengan infeksi kecacingan p value= 0,002. Adanya perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh karena perbedaan lokasi penelitian dengan kondisi sanitasi lingkungan dan sanitasi pribadi yang berbeda. Salah satu faktor penyebab masih tingginya infeksi cacing adalah rendahnya sanitasi pribadi (perilaku hidup bersih dan sehat) seperti kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar (BAB), kebersihan kuku, perilaku jajan disembarang tempat, perilaku BAB tidak di jamban serta ketersediaan sumber air bersih. Namun dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku terhadap infeksi STH. Penelitian lain menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kejadian kecacingan yang disebabkan oleh STH di Indonesia antara lain ialah faktor iklim, tingkat pendidikan dan sosio ekonomi. Jadi dalam hal ini, bukan hanya faktor perilaku yang mempengaruhi infeksi STH melainkan faktor iklim, tingkat pendidikan dan sosio ekonomi juga mempengaruhi infeksi STH 10. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui panca indera yang dimiikinya. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melaui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Dari hasil penelitian

754 diperoleh pengetahuan paling tinggi berada pada kategori baik yaitu sebesar 77.1 %. Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senangtidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan lain sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Dari hasil penelitian diperoleh sikap paling tinggi berada pada kategori cukup yaitu 74.3 %. Tindakan adalah reaksi terbuka terhadap suatu objek. Dari hasil penelitian diperoleh tindakan paling tinggi berada pada kategori cukup yaitu 57.1 %. Hal ini dikarenakan karakteristik responden faktor yang mempengaruhi pengetahuan ialah pendidikan, usia, pengalaman, lingkungan, media massa dan pengaruh budaya. KESIMPULAN Angka kejadian infeksi STH pada anak di Panti Asuhan Anugrah Sungai Air Hidup sebesar 42.9 %. A. lumbricoides adalah sebesar 20 %, T. trichiura yaitu sebesar 14.2 % dan yang terinfeksi Hookworm yaitu sebesar 2.9 %, anak yang terinfeksi A. lumbricoides dan T. trichiura yaitu 2.9 %, dan anak yang terinfeksi A. lumbricoides dan Hookworm yaitu 2.9 %. DAFTAR PUSTAKA 1. Dirjen P2PL (2015). Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015-2019. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. http://www.depkes.go.id/resources/downloa d/lakip%20roren/1%20perencanaan% 20kinerja/Rencana%20Aksi%20Program% 20PPPL.pdf. 2. Gandahusada S, Ilahude HHD, Pribadi W (2006). Parasitologi Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, h: 10, 14, 17. 3. WHO (2013). Obesity and Overweight. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs311/en/index.html 4. Ideham B dan Pusarawati S (2007). Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, hh: 11-24, 35-39. Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018 5. Mustafa P, Palandeng H, Lampus BS (2013). Hubungan Antara Perilaku Tentang Pencegahan Penyakit Kecacingan dengan Infestasi Cacing pada Siswa SD di Kelurahan Bengkol Kecamatan Mapanget Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi. Skripsi. 6. Purnamasari Dyah (2009). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Jakarta: Pusat Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI.h:3667 7. Natadisastra D dan Agoes R (2009). Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC, h: 383-389.. 8. Notoatmodjo S (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta, hh: 43-44, 50, 52, 55. 9. Salbiah (2008). Hubungan karakteristik Siswa dan Sanitasi Lingkungan dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Belawan. Thesis. 10. [12] Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi VI. Jakarta Pusat: Interna Publishing, hh: 776-779.