BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa dihindari, meskipun kadang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Di tingkat dunia, penyakit tidak menular (PTM) menjadi persoalan serius

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak, meskipun kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor di luar kenyataan klinis yang mempengaruhi terutama faktor sosial budaya. Jadi, sangat penting menumbuhkan pengertian yang benar pada benak masyarakat tentang konsep sehat dan sakit karena dengan konsep yang benar maka masyarakat pun akan mencari alternatif yang benar pula untuk menyelesaikan masalah kesehatannya (Foster, 2013). Salah satu jenis penyakit tidak menular yang ternyata menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi adalah penyakit diabetes mellitus. Penyakit ini bukanlah penyakit yang baru, hanya saja kurang mendapat perhatian di tengah-tengah masyarakat khususnya yang memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit tersebut. Ketidaktahuan akan gambaran penyakit diabetes mellitus dan kurangnya perhatian masyarakat, serta minimnya informasi akan mempengaruhi perilaku serta anggapan yang salah akan penyakit ini (Mirza, 2008). Berdasarkan Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995, prevalensi penyakit diabetes mellitus di dunia adalah sebesar 4,0% dan diperkirakan pada tahun 2025 prevalensinya akan meningkat menjadi 5,4%. Di negara maju, jumlah penyakit diabetes mellitus pada tahun 1995 adalah sebesar 51 juta orang dan 1

2 diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat mencapai 72 juta orang. Sementara itu, di negara sedang berkembang jumlah penderita diabetes mellitus akan meningkat dari 84 juta orang menjadi 228 juta orang. Diperkirakan jumlah tersebut akan naik melebihi 250 juta orang pada tahun 2025 (Wiyono, 2004). Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, dan berkurangnya aktivitas fisik. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti Diabetes Mellitus (DM). Demikian juga dengan pola penyakit penyebab kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit tidak infeksi (Rimbawan, 2004). Diabetes mellitus yang dikenal sebagai non communicable disease adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus diabetes mellitus tidak terdiagnosa karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus semakin hari semakin meningkat, dapat dilihat dari meningkatnya frekuensi kejadian penyakit tersebut di masyarakat (Soegondo, 2004). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia jumlahnya sangat luar biasa. Pada tahun 2000 jumlah penderita 8.400.000 jiwa, pada tahun 2003 jumlah penderita 13.797.470 jiwa dan diperkirakan

3 tahun 2030 jumlah penderita bisa mencapai 21.300.000 jiwa. Data jumlah penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2005 sekitar 24 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun yang akan datang (Soegondo, 2009). Prevalensi diabetes di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), Sumatera Utara (1,8%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur 65 tahun cenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi (RisKesdas, 2013). Prevalensi penyakit diabetes mellitus menurut kabupaten / kota di Provinsi sumatera Utara yang terdiagnosa oleh Pelayanan Kesehatan atau dengan gejala tertinggi terdapat di Pakpak Bharat (1,6 %), Kota Medan (1,2 %), Kota Tebing Tinggi (1,5 %), Kota Padang Sidempuan (1,3 %), Mandailing Natal (1,3 %), Kota Pematang Siantar (1,3 %), dan terendah di Samosir (0,2 %), Serdang Bedagai (0,3 %). Dan prevalensi diabetes mellitus tertinggi pada tingkat pendidikan tamat Perguruan Tinggi sebanyak 2,5% dan tidak sekolah sebanyak 1,7%. Jadi pendidikan ada hubungannya dengan kejadian penyakit diabetes mellitus, karena bisa terjadi dari kerentanan dan faktor genetik (Riskesdas, 2007).

4 Pola kematian penyakit tidak menular (PTM) mirip dengan pola morbiditas. Penyakit diabetes mellitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang memprihatinkan sebanyak 2,9%. Dalam hal ini Kementerian Kesehatan membentuk pembinaan usia lanjut di Indonesia, adapun sasaran pembinaan bagi kelompok lansia dapat dipilah sesuai pengelompokan usia, yaitu : upaya yang ditujukan pada kelompok prasenil (45-59 tahun). Upaya bagi kelompok lansia risiko tinggi (>70 tahun), dan upaya bagi kelompok lansia kebanyakan, yaitu antara 60-70 tahun. Bentuk pembinaan yang bersifat kelompok ini berupa : penyuluhan dan pendidikan kesehatan, pemeriksaan/skrining berkala, pembinaan aspek gizi, dan pembinaan psikososial (Noorkasiani, Tamher, 2009). Pos pembinaan terpadu (Posbindu) lansia berupa pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus secara terintegrasi dan sistematik, kemudian diakhiri dengan tindak lanjut peningkatan pengetahuan untuk mengendalikan faktor risiko berupa konseling sesuai masalah yang ditemukan. Posbindu lansia di Indonesia diperkirakan sebanyak 5.314, jadi setiap Puskesmas di Indonesia sudah ada Posbindu lansia pada tahun 2012 (KemenKes, 2012). Prevalensi penyakit yang terdiagnosa oleh Pelayanan Kesehatan di posbindu lansia di Indonesia yaitu ; Sumatera Utara : DM (1,8%), Hipertensi (6,6%), Lampung: DM (0,7%), Hipertensi (7,4%), Kalimantan Barat: DM (0,8%), Hipertensi (8,0%), dan Yogyakarta: DM (2,6%), Hipertensi (12,8%) (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit yang terdiagnosa oleh Pelayanan Kesehatan di posbindu lansia di Sumatera Utara yaitu; Kota Medan : Asma (2,1%), Jantung (1,2%), DM (1,2%), Tumor (0,7%), Kota Binjai : Asma (0,4%), Jantung (0,7%), DM (0,8%), Tumor (1,1%), Deli Serdang

5 : Asma (1,0%), Jantung (0,9%), DM (0,8%), Tumor (4,9%), Langkat : Asma (0,4%), Jantung (0,6%), DM (0,5%), Tumor (1,2%) (Riskesdas, 2007). Hasil penelitian Handayani Dewi Eka (2012), menunjukkan bahwa ketidak tahuan adanya pos pembinaan terpadu (Posbindu) lansia sebanyak 165 responden (76,4%), alasan malas karena tidak sedang sakit sebanyak 2 responden (0,9%), alasan sudah punya tempat berobat sendiri sebanyak 4 responden (1,9%), alasan lupa jadwal posbindu lansia sebanyak 1 responden (0,5%), alasan sibuk 1 responden (0,5%), dan alasan malu keposbindu 1 responden (0,5%). Hasil penelitian Sari Juniyanti Puspita (2012), menunjukkan bahwa sebanyak 30 orang (45,5%) responden mengetahui bahwa penyebab diabetes mellitus adalah kegemukan, pola makan yang salah, keturunan, dan kurang olah raga. Sebanyak 12 orang (18,2%) responden yang mengetahui penyebab diabetes mellitus adalah obesitas, umur, keturunan, dan jenis kelamin. Hasil penelitian Harahap Erwina Rafni (2010), menunjukkan bahwa sebagian besar tingkatan tindakan responden terhadap pemanfaatan klinik diabetes mellitus Puskesmas Sering berada pada tingkat kategori sedang yaitu sebanyak 36 orang (90%) dan pada tingkat kategori baik sebanyak 4 orang (10%). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Puskesmas dari bulan Agustus s/d bulan Desember 2014, penyakit yang terdiagnosa oleh Pelayanan Kesehatan di posbindu lansia Puskesmas P.B. Selayang II adalah penyakit DM sebanyak 304 orang, penyakit Hipertensi sebanyak 231 orang, dan penyakit Jantung sebanyak 35 orang.

6 Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas P.B. Selayang II, penduduk 45 tahun di Kelurahan P.B. Selayang I berjumlah 2.482 orang dan Kelurahan P.B. Selayang II 8.480 orang. Data kunjungan yang berobat ke Puskesmas P.B. Selayang II tercatat 115 lansia penderita Diabetes Mellitus (DM), akan tetapi yang mau datang ke Pos pembinaan terpadu (Posbindu) Lansia dan mengikuti program-program yang ada di Puskesmas tersebut hanya 5 orang penderita DM tiap bulannya, tidak sesuai dengan harapan petugas yaitu 45-50% dari jumlah penderita. Pihak Puskesmas sendiri merasa telah memberikan pelayanan yang baik, namun ternyata belum sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen (penderita diabetes melitus). Hal tersebut menyebabkan penanganan diabetes mellitus tidak optimal sehingga faktor resiko diabetes mellitus akan tetap tinggi di masa yang akan datang. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan bagaimana perilaku penderita diabetes mellitus dalam pemanfaatan pos pembinaan terpadu (posbindu) lansia di Puskesmas PB Selayang II Medan tahun 2015. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui Perilaku Penderita DM dalam Pemanfaatan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) Lansia di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan 2015.

7 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui Karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) penderita diabetes mellitus dalam pemanfaatan Posbindu lansia di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan 2015. 2. Untuk mengetahui Informasi ( keluarga, teman sebaya, dan petugas kesehatan) penderita diabetes mellitus dalam Pemanfaatan Posbindu Lansia di Puskesmas P.B. Selayang II Medan 2015. 3. Untuk mengetahui Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dalam Pemanfaatan Posbindu Lansia di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan 2015. 4. Untuk mengetahui Sikap Penderita Diabetes Mellitus dalam Pemanfaatan Posbindu Lansia di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan 2015. 5. Untuk mengetahui Tindakan Penderita Diabetes Mellitus dalam Pemanfaatan Posbindu Lansia di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan 2015 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti merupakan salah satu aplikasi ilmu kesehatan masyarakat yang dipelajari selama masa perkuliahan di FKM USU. 2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut dalam pemanfaatan pos pembinaan terpadu lansia pada penderita diabetes mellitus. 3. Sebagai informasi bagi para penderita diabetes mellitus di Puskesmas P.B Selayang tentang pemanfaatan pos pembinaan terpadu lansia.