BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dibutuhkan atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan seharusnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang terjadi saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa) atau bila tubuh tidak secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. (1) Terdapat dua kategori utama diabetes mellitus yaitu diabetes tipe 1 ditandai dengan tubuh tidak memproduksi insulin dan diabetes tipe 2 ditandai dengan penggunaan insulin yang tidak efektif. Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan 90% dari seluruh diabetes. (2) Menurut data WHO (World Health Organization) prevalensi global diabetes meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980 yaitu dari 4,7% menjadi 8,5% pada tahun 2014. (1) Data dari IDF (International Diabetes Federation) menunjukkan prevalensi diabetes mellitus tahun 2011 adalah 8,3%, tahun 2013 adalah 8,3% dan tahun 2015 meningkat menjadi 8,8%. (3-5) Data IDF menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke tujuh di dunia untuk jumlah kasus diabetes pada tahun 2015 dengan prevalensi diabetes yaitu 6,2 %. Ini meningkat dari tahun 2011 yaitu 4,7% dan tahun 2013 yaitu 5,5%. (3-5) Data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi diabetes mellitus Indonesia adalah 0,7% dan meningkat pada tahun 2013 yaitu 1,5%. (6, 7) Prevalensi diabetes mellitus Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 menurut Riskesdas adalah 1,3% yang meningkat dari prevalensi pada tahun 2007 yaitu 0,7%. Prevalensi pada tahun 2013 mendekati angka prevalensi nasional yaitu 1

2 1,5%. Prevalensi diabetes mellitus cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan dari pada daerah perdesaan. (6, 7) Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Menurut data Riskesdas Provinsi Sumatera Barat, prevalensi diabetes mellitus Kota Bukittinggi pada tahun 2007 adalah 0,8% dan meningkat pada tahun 2013 yaitu 1,4%. Prevalensi di kota Bukittinggi mendekati angka prevalensi nasional dan telah melewati angka prevalensi provinsi. Prevalensi diabetes kota Bukittinggi termasuk 10 besar di Sumatera Barat. (6, 7) Penyakit diabetes mellitus termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Kota Bukittinggi. Pada tahun 2014 penyakit diabetes mellitus menduduki pososi ke sepuluh dan tahun 2015 naik ke posisi ke empat. (8, 9) Diabetes mellitus dikenal sebagai mother of disease yang merupakan induk dari penyakit-penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal serta kebutaan. (10, 11) Oleh karena itu diabetes mellitus merupakan salah satu beban kesehatan karena rentan terjadi komplikasi, tidak dapat disembuhkan dan hanya bisa dikendalikan atau dicegah. Berbagai keluhan terkait diabetes mellitus yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus dapat mengganggu kualitas hidup penderita dan berdampak pada tingkat kualitas hidup penderita diabetes. (12) Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Kualitas hidup merupakan indikator kesehatan yang penting mewakili tujuan akhir dari semua intervensi kesehatan. Studi intervensi klinis dan pendidikan menunjukkan bahwa memperbaiki status kesehatan pasien dan kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan penyakit

3 mereka menghasilkan peningkatan kualitas hidup. (13) Kualitas hidup berkaitan dengan keadaan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. (14) Kualitas hidup penting bagi penderita diabetes karena menggambarkan kekuatan penderita dalam mengelola penyakit serta memelihara kesehatannya dalam jangka waktu lama. Beban yang terlalu berat dalam menangani diabetes mengakibatkan penderita seringkali melanggar aturan pengelolaan diabetes yang seharusnya dipatuhi. Hal ini akan mempengaruhi fluktuasi glukosa darah sehingga mengakibatkan kadar gula darah meningkat, resiko terjadinya komplikasi penyakit semakin tinggi, dan penderitaan yang dialami akan menjadi lebih buruk dalam jangka waktu lama sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes. (15) Beberapa faktor yang mendorong perlunya pengukuran kualitas hidup terhadap pasien diabetes mellitus tipe 2, yaitu prevalensi diabetes mellitus terus meningkat baik di dunia maupun di Indonesia, selama ini lebih banyak penelitian yang mengangkat seputar masalah klinik diabetes mellitus sehingga perlu penelitian lebih banyak mengenai kualitas hidup mengingat peningkatan kualitas hidup merupakan salah satu sasaran terapi manajemen diabetes mellitus. Penyakit diabetes merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi terus menerus sehingga efektifitas dan efek samping pengobatan dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Pasien cenderung menderita komplikasi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, dan beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor karakteristik juga dapat mempengaruhi kualitas hidup. (16) Penderita diabetes mellitus tipe 2 memiliki risiko penurunan kualitas hidup sebanyak 6,75 kali. (17) Penelitian tentang kualitas hidup dan diabetes mellitus yang

4 dilakukan Utami (2014) menunjukkan lebih dari separuh responden memiliki kualitas hidup rendah yaitu sebanyak 53,3%. (18) Pada penelitian yang dilakukan oleh Chusmeywati (2016) didapatkan sebanyak 71,2% penderita diabetes mellitus memiliki kualitas hidup buruk. (19) Pengukuran kualitas hidup bagi pasien diabetes mellitus diperlukan guna mengontrol kesehatan sehingga keluhan fisik akibat komplikasi dapat diminimalisir atau dicegah, selain itu kualitas hidup yang rendah dapat memperburuk gangguan metabolik baik secara langsung melalui reksi stress hormonal maupun secara tidak langsung melalui komplikasi. (20) Kualitas hidup pada diabetes mellitus dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah faktor usia. Penelitian Utami (2014) menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. (18) Selain itu pada penelitian Herdianti (2013) menyatakan bahwa usia menjadi determinan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Responden yang berusia di atas 40 tahun berisiko 3,13 kali lebih besar memiliki kualitas hidup yang kurang baik dibanding responden yang berumun di bawah 40 tahun. (21) Jenis kelamin juga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Hal ini ditunjukkan pada penelitian Rantung (2015) dimana terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kualitas hidup. (22) Pada penelitian lainnya menunjukkan jenis kelamin memiliki nilai signifikansi sebagai determinan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 yaitu perempuan berisiko 2,35 kali lebih besar dibanding laki-laki memiliki kualitas hidup kurang baik bagi mereka penderita diabetes. (21) Pendidikan merupakan faktor penting yang perlu dimiliki pasien diabetes mellitus karena merupakan indikator terhadap pengertian pasien tentang perawatan,

5 penatalaksanaan diri, dan pengontrolan. (22) Hasil analisis faktor tingkat pendidikan dengan kualitas hidup diabetes melitus pada penelitian Ningtyas (2013) didapatkan hasil yang signifikan. Tingkat pendidikan yang rendah mempunyai risiko 1,9 kali lebih besar untuk memiliki kualitas hidup yang lebih rendah daripada yang berpendidikan tinggi. (23) Namun berbeda dengan hasil penelitian Rantung (2015) yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara pendidikan dengan kualitas hidup. (22) Status ekonomi salah satunya diukur melalui status pekerjaan. Kualitas hidup penderita diabetes mellitus lebih tinggi pada penderita yang bekerja daripada yang tidak bekerja. Penelitian Isa dan Baiyewu (2006) memperkuat hal ini yaitu adanya nilai yang signifikan antara status pekerjaan dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2. (24) Sedangkan pada penelitian Retnowati (2014) menyatakan tidak adanya hubungan antara status pekerjaan dengan kualitas hidup diabetes mellitus. (25) Faktor lama menderita diabetes mellitus menunjukkan hasil yang signifikan pada penelitian Ningtyas (2013). Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang menderita penyakit 10 tahun memiliki risiko 4 kali lebih besar memiliki kualitas hidup yang lebih rendah daripada yang < 10 tahun. Begitu juga dengan komplikasi pada diabetes mellitus, menunjukkan hasil yang signifikan sehingga pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami komplikasi memiliki risiko 11 kali lebih besar memiliki kualitas hidup yang lebih rendah daripada yang tidak mengalami komplikasi. (23) Pada penelitian lainnya menunjukkan tidak adanya hubungan antara lama menderita diabetes mellitus dan komplikasi dengan kualitas hidup. (25)

6 Hubungan dukungan keluarga menunjukkan nilai yang signifikan dengan kualitas hidup responden diabetes mellitus. Artinya semakin tinggi nilai dukungan keluarga semakin tinggi nilai kualitas hidup responden. (26) Responden dengaan dukungan keluarga kurang baik berisiko 5,14 kali memiliki kualitas hidup yang kurang baik dibandingkan penderita diabetes mellitus tipe 2 yang memperoleh dukungan keluarga yang baik. (21) Namun pada penelitian Suardana (2015) tidak menunjukkan adanya hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2. (27) Penderita diabetes mellitus sangat rentan untuk mengalami depresi yang akan berpengaruh pada kualitas hidup. Hal ini didukung oleh penelitian Safitri (2013) pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2. (28) Hal ini juga didukung oleh penelitian Rantung (2015) yang juga menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara depresi dan kualitas hidup responden. (22) Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang memepengaruhi kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi.

7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 2. Mengetahui distribusi frekuensi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, lama menderita sakit, komplikasi, dukungan keluarga dan depresi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 3. Mengetahui hubungan usia dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 4. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 5. Mengetahui hubungan status pekerjaan dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 6. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 7. Mengetahui hubungan lama sakit diabetes mellitus dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 8. Mengetahui hubungan komplikasi dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017.

8 9. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 10. Mengetahui hubungan depresi dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 11. Mengetahui faktor paling dominan yang mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi tahun 2017. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Untuk menambah wawasan peneliti dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menginformasikan data yang ditemukan serta menjadi bahan acuan ilmiah bagi peneliti selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 khususnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, lama sakit, komplikasi, dukungan keluarga dan depresi 3. Sebagai tambahan referensi dan kontribusi wawasan keilmuan dalam pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya di bidang epidemiologi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Institusi Pendidikan

9 Menambah referensi dan informasi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya mengenai penyakit diabetes mellitus tipe 2. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi Menambah informasi mengenai kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan program pengendalian diabetes mellitus tipe 2. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Menambah informasi dan bahan bacaan mengenai kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus tipe 2. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi kejadian penyakit diabetes mellitus tipe 2 di Kota Bukittinggi (seluruh Puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderia diabetes mellitus tipe 2 dengan variabel usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, lama sakit, komplikasi, dukungan keluarga dan depresi.