BAB III METODOLOGI. Yaitu alat pengangkut yang bergerak bolak-balik yang berfungsi untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODELOGI PERCOBAAN

BAB 3 METODOLOGI. - Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 15.00; dan WIB. - Analisis dilakukan pada tanggal 21 Februari 2016

BAB III METODOLOGI. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul WIB. Analisis dilakukan pada tanggal 05 Januari s / d 10 Januari 2011

PENGARUH KONSENTRASI ALKALI AKTIF DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA UNIT DIGESTER DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KARYA ILMIAH

Pulp - Cara uji bilangan kappa

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

Pupuk super fosfat tunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Metodologi Penelitian

II. DESKRIPSI PROSES

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB 3 METODE PERCOBAAN

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM di Gorontalo, Jalan Tengah, Toto

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah deskriptif laboratorik dimana penelitian dilakukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam ini. % berat kering. Karbon 49.

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Selatan, Bone Bolango Gorontalo selama dua bulan, mulai bulan Maret sampai

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

LAMPIRAN A. Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas. labu takar 250 ml x 0,056 = 14 gram maka

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat - Beaker glass 50 ml. - Cawan porselin. - Neraca analitis. - Pipet tetes.

BAB III METODE PENELITIAN

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Bab III Metodologi Penelitian

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

3 Metodologi Penelitian


III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

Pupuk amonium klorida

PENGARUH JUMLAH SODA LOSS DALAM PULP TERHADAP PEMAKAIAN ClO 2 DI Do TOWER PADA UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk TUGAS AKHIR

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI 3.1.Di Lapangan 3.1.1. Alat 1. Shuttle conveyor Yaitu alat pengangkut yang bergerak bolak-balik yang berfungsi untuk mengangkut dan memindahkan chip dari chip pile kedalam digester. 2. Digester Yaitu alat pemasak chip/serpihan kayu yang berbentuk silinder yang di-las bersusun tegak yang mempunyai volume 200 m³ dan tinggi 18,67 mm, diameter 4,2 m yang dirancang untuk bekerja pada tekanan tinggi hingga 12 kg/cm2, temperatur 195 C dan terdapat dua saringan yang terdapat didalam digester. 3. Liquor Heater Yaitu alat penukar panas yang berbentuk tegak jenis terbular yang diletakkan berdampingan dengan digester yang berungsi sebagai alat untuk memanaskan liquor yang kemudian dialirkan kedalam digester. 4. Pompa Sirkulasi Yaitu pompa yang digunakan untuk mensirkulasikan cairan pemasak dari dalam digester bagian tengah kebagian atas dan bawah digester. 5. Blow Tank Yaitu tangki penampung bubur kayu yang sudah siap dimasak dari digester dan dilengkapi alat pengaduk, pipa pengencer yang terletak dibagian bawah blow tank.

6. Accumulator tank Yaitu tangki untuk menampung panas dari blow tank yang dihasilkan oleh blowing, panas tersebut diproses kembali dengan memanaskan air yang hangat yang akhirnya panas air menjadi 70 C, air yang telah diproses akan digunakan untuk mencuci dibagian washing dan bleaching. 7. Relief Condensor Yaitu alat yang digunakan untuk mengembunkan panas dari digester bagian atas pada waktu pemasakan ( pada waktu membuka relief) 8. Air Evacuation Scrubber Yaitu alat yang digunakan untuk menyerap sisa-sisa panas dari digester sesudah digester blowing. 9. Heating up white liquor dan black liquor system Yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan cairan pemasak (white liquor dan black liquor) sebelum pemasakan pulp dimulai. 3.1.2. Bahan 1.Chip (serpihan kayu) 2. White liquor yang terdiri dari NaOH dan Na 2 S 3. Black Liquor ( sisa hasil pencucian yang telah dievaporasi 4. Steam (uap air bertekanan ) Proses pemasakan diunit digester di PT. Toba Pulp Lestari menggunakan dua Jenis steam yaitu :

1. Low Pessure Steam (LPS), steam dengan tekanan rendah 2. Medium Pressure Steam (MPS), steam dengan tekanan menengah 5.Air Air ini berasal dari cairan pemasak dan kandungan air dalam serpihan kayu. 3.1.3. Prosedur Kerja 1. Chip filling Chip diangkut dari chip pile dengan menggunakan conveyor. Pengisian chip kedalam digester merupakan langkah awal dari proses pemasakan. 2. Pre-Hydrolysis Pre-Hydrolysis dilakukan dalam tiga tahap yaitu: 1. Pre-Hydrolysis kraft ramp yang bertujuan untuk menaikkan suhu dalam digester dari 165-170 C dengan direct steam yang menggunakan LP (Low Pressure) steam. 2. Pre-Hydrolysis kraft Cook yang bertujuan untuk mempertahankan suhu yang telah dicapai pada saat pre-hydrolysis kraft ramp. Suhu dipertahankan sampai tercapai P-factor. P-factor target 250-300.Tujuan mencapai P-factor adalah untuk menghilangkan kandungan pentosan dalam pulp. 3. Pre-Hydrolysis kraft relief yang berfungsi untuk menurunkan tekanan dari 7-3 bar 3. Liquor filling Yaitu pengisian liquor kedalam digester yang terdiri dari black liquor yang

Digunakan sebagi pengencer dan white liquor yang terdiri dari NaOH dan Na2S yang digunakan sebagi cairan pemasak. 4. Kraft Ramp Suhu dalam digester dinaikkan dari 165-170 C dengan sistem indirect steam Yang menggunakan MP (Medium Pressure) steam. 5. Kraft Cook Bertujuan untuk mempertahankan suhu dalam digester yang telah dicapai saat kraft ramp. Suhu dipertahankan sampai diperoleh H-factor.H-factor target 1500. H-factor yang telah tercapai menunjukkan bahwa chip dalam digester telah masak. 6. Pulp Blowing Tujuan utama pulp bowing adalah untuk mengluarkan atau blow semua isi digester kedalam tempat penampungan sementara (blow tank). 3.2. Di Laboratorium 3.2.1. Alat - Beaker glass 1000 ml Pyrex - Buret digital - Corong buchner - Desikator - Erlenmeyer 250 ml Pyrex - Gelas ukur 1000 ml Pyrex - Neraca - Magnetic stirrer - Oven - Pipet Skala 50 ml

- Stirer - Stopwatch - Saringan / screener 35-40 mesh - Vakum sheet - Thermometer 100 o C 3.2.2. Bahan - Sampel bubur pulp dari washer 4 - Sampel white liquor - Air destilat - BaCL2 10 % - Indikator Fenolftalein (PP) - HCl 0,5 N - Formaldehida - Indikator Metil orange (MO) - KMnO 4 0,1 N p.a - H 2 SO 4 4 N p.a - KI 0,1 N p.a - Na 2 S 2 O 3 0,1 N p.a - Indikator starch 1 % p.a 3.2.3. Prosedur Percobaan 3.2.3.1. Menganalisa Jumlah Alkali Aktif (NaOH & Na2S) dalam White liquor - Dipipet 2 ml white liquor dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml air destilat

- Ditambahkan 25 ml Barium Klorida (BaCl 2 ) 10 % - Ditambah indikator fenolftalein 3 tetes - Dititrasi dengan HCl 0,5 N hingga berubah warna dari merah rose menjadi putih susu - Dihentikan titrasi dan dicatat volume HCl yang terpakai sebagai A ml - Ditambahkan 5 ml formaldehida 40 % - Dititrasi kembali dengan menggunakan HCl 0,5 N hingga berubah warna dari merah rose menjadi putih susu - Dihentikan titrasi dan dicatat volume HCl yang terpakai sebagai B ml - Ditambah 2-3 tetes indikator metil Orange - Dititrasi kembali dengan HCl 0,5 N hingga berubah warna dari orange menjadi merah - Dihentikan titrasi dan dicatat volume HCl yang terpakai sebagai C ml Jumlah Alkali Aktif dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: NaOH = (2A-B) x Normalitas HCl x Berat Ekivalen Na 2 O Volume sample Na 2 S = 2(B-A) x Normalitas HCl x Berat ekivalen Na 2 O Volume sampel Total Alkali Aktif (TAA) = NaOH + Na 2 S Keterangan : A = Volume ppertama titrasi larutan HCl (ml)

B = Volume kedua titrasi larutan HCl (ml) N = Normalitas HCl Berat ekivalen Na 2 O = 31 Volume sample = 2 ml 3.2.3.2. Penentuan Bilangan kappa - Diambil sampel bubur pulp dari washer 4 - Dicuci dengan air bersih sambil disaring dengan penyaring (screener 35-40 mesh) - Dilarutkan dalam air secukupnya dan dimasukkan kecorong buchner untuk dibentuk menjadi sheet - Disetrika dan dikeringkan dalam oven selama 10 menit - Didinginkan di dalam desikator - Ditimbang sampel kering sebanyak 2-2,5 gram - Dimasukkan sampel kedalam beaker glass 1000 ml yang telah berisi air destilat sebanyak 400 ml, lalu dimasukkan stirrer - Diaduk larutan diatas magnetic stirrer dan diatur kecepatan magnetic stirrer agar pulp fiber terpisah sempurna - Dipipet masing-masing 50 ml larutan asam sulfat (H 2 SO 4 ) 4 N dan larutan kalium permanganate (KMnO 4 ) 0,1 N kedalam beaker glass 100 ml - Tambahkan campuran tersebut dengan segera kedalam beaker glass yang berisi sample dan dengan segera hidupkan stopwatch dan dilakukan pengadukan selama10 menit - Tepat 10 menit matikan stopwatch dan ditambah 10 ml larutan Kalium Iodida (KI) 0,1 N - Segera titrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan ditambahkan indicator starch 1 % pada titik akhir raksi dan dititrasi kembali sampai terbentuk larutan bening.

Dicatat volume Larutan natrium Tiosulfat yang terpakai dalam titrasi, digunakan sebagai a ml - Diukur dan dicatat temperatur dari campuran dalam beaker glass - Lakukan penentuan larutan blanko metode yang sama diatas tanpa menggunakan sampel pulp, dicatat larutan Natrium Tiosulfat yang terpakai, digunakan sebagai b ml

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Jumlah cairan pemasak dan strength cairan pemasak yang dimasukkan dalam digester tergantung dari jenis kayunya, kondisi pemasakan dan seberapa jauh penghilangan lignin yang akan dicapai. Pada saat praktek berlangsung jenis kayu yang diolah adalah kayu berserat pendek (kayu keras) jenis pohon Eucalyptus. Setelah mengikuti proses berlangsungnya pemasakan chips pada pembuatan pulp datadata yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1. Data Pengamatan Pada Saat Proses Pemasakan Berlangsung No Wet Chip Weight Moisture B/D Chip Weight White liquor TAA AA charge Sumber. DCS Operator PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Kappa Number Ton % Ton gpl % K 1. 77 50 38,5 98,0 18,25 6,5 2. 78 50 39 100 18,25 6,6 3. 77 50 38,5 100,9 18,50 5,8 4. 81 50 40,1 101,5 18,50 5,7 5. 72 50 36 104,5 18,25 5,4 6. 74 50 37 106,5 18,25 5,2 7. 75 50 37,5 106,6 18,25 4,4

Tabel 4.2. Data Pengamatan dilaboratorium Volume titrasi analisa white liquor (lindi putih) untuk pengujian Alkali Aktif (NaOH dan Na 2 S) No HCl 0,5 N sebagai zat penitar A (ml) B (ml) 1. 11,06 12,64 2. 11,21 13,02 3. 11,36 13,01 4. 11,35 13,09 5. 11,7 13,47 6. 11,94 13,73 7. 11,92 13,75 Dimana : A = Volume titrasi larutan HCl setelah penambahan BaCl (ml) B = Volume titrasi larutan HCl setelah penambahan formaldehida (ml) 4.2. PEMBAHASAN 4. 2. 1. Perhitungan Analisa Pengujian Alkali Aktif Diketahui : Volume pertama larutan HCl (A) = 11,06 ml Volume kedua larutan HCl (B) = 12,64 ml Nomalitas HCl = 0,5 N Berat Ekivalen Na 2 O = 31 Volume sample = 2 ml Ditanya : Jumlah NaOH dan Na 2 S..? Penyelesaian:

NaOH = (2A-B) x Normalitas HCl x Berat Ekivalen Na 2 O Volume sample = (2 x 11,06 12,64) x 0,5 x 31 2 = 73,47 g/l Na 2 S = = 2( B A ) x Normalitas HCl x Berat Ekivalen Na 2 O Volume sample 2( 12,64 11,06 ) x 0,5 x 31 2 = 24,53 g/l Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Analisa Pengujian Alkali Aktif No Volume Sample Strength Alkali Aktif Kappa Number NaOH Na 2 S K ml g/l g/l 1. 2 73,47 24,53 6,5 2. 2 72,85 27,15 6,6 3. 2 75,25 28,65 5,8 4. 2 74,47 27,03 5,7 5. 2 76,95 27,55 5,4 6. 2 78,66 27,84 5,2 7. 2 78,19 28,41 4,4

4. 2. 2. Perhitungan untuk Pengujian Kappa Number P x F [ 1 + 0,013 (25 t) ] K = W P = (b-a) N 0,1 Keterangan : K : Bilangan Kappa F : Faktor koreksi terhadap pemakaian permanganate, tergantung kepada nilai P t : Temperatur larutan N : Normalitas Natrium Tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) a : Volume 0,1 N Natrium Tiosulfat ( Na 2 S 2 O 3 ) digunakan untuk sample b : Volume 0,1 N Natrium Tiosulfat ( Na 2 S 2 O 3 ) digunakan untuk larutan blanko W : Berat sampel

Tabel 4. 4. Faktor Koreksi Perbedaan Pemakaian Persentase Kalium Permanganat P(ml) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 30 0,958 0,960 0,962 0,964 0,966 0,968 0,970 0,973 0,975 0,977 40 0,979 0,981 0,983 0,985 0,987 0,989 0,991 0,994 0,996 0,998 50 1,000 1,002 1,004 1,006 1,009 1,011 1,013 1,015 1,017 1,019 60 1,022 1,024 1,026 1,028 1,030 1,033 1,035 1,037 1,039 1,042 70 1,044 1,046 1,048 1,050 Sumber. Technical Department PT. TPL, Tbk 4. 2. 3. Perhitungan Jumlah Cairan Pemasak a. Jumlah chip yang digunakan = 77 ton b. Jumlah chip kering (BD) = 50 % x jumlah chip yang digunakan = 50 % x 77 ton = 38,5 ton c.kadar air dalam chip (moisture) = 50 % d. Kadar air dalam 77 ton chip = moisture x jumlah chip yang digunakan = 50 % x 77 ton = 38,5 m³ e. Strenght White Liquor = 98,0 g/l f. AA charge = 18,25 % g. Perbandingan cairan pemasak yang digunakan dengan serpihan kayu adalah 4 : 1 Jadi, total liquor yang digunakan = 4 x jumlah chip kering (BD) = 4 x 38,5

= 154 m³ h. Jumlah Alkali Aktif yang digunakan = AA charge x jumlah chip kering = 18,25 % x 38,5 ton = 7,02 ton i. Volume Alkali Aktif = Alkali Aktif yang digunakan Strenght White Liquor 7020 kg x 1000 g/kg = 98,0 g/l x 1000 l/m³ = 71,63 m³ j. Black Liquor = Total Liquor ( white liquor + kandungan air) = 154 m³ - ( 71,63 m³ + 38,5 m³ ) = 43,87 m

Tabel 4. 5. Hasil Perhitungan Jumlah Cairan Pemasak dalam Sekali Pemasakan No Berat Moisture Alkali Strength White Liquor White Black Chip Charge NaOH Na 2 S Liquor Liquor ton % % g/l g/l m³ m³ 1. 77 50 18,25 73,47 24,53 71,63 43,87 2 78 50 18,25 72,85 27,15 71,1 45,9 3 77 50 18,50 72,25 28,65 70,56 44,94 4 81 50 18,50 74,47 27,03 73,79 47,71 5 72 50 18,25 76,95 27,55 62,87 45,13 6 74 50 18,25 78,66 27,84 63,38 48,62 7 75 50 18,25 78,19 28,41 64,16 48,34 Tabel 4. 6. Data Pengaruh Strength White liquor terhadap Kappa Number No NaOH Na 2 S White Liquor Kappa Number TAA g/l g/l g/l K 1 73,47 24,53 98,0 6,5 2 72,85 27,15 100,0 6,6 3 75,25 28,65 100,9 5,8 4 74,47 27,03 101,5 5,7 5 76,95 27,55 104,5 5,4 6 78,66 27,84 106,5 5,2 7 78,19 28,41 106,6 4,4 Sumber. PT. Toba Pulp Lestari

4. 2. 4. Menghitung Pemakaian Strength Alkali Aktif yang Optimal dengan Metode least Square Tabe 4. 7. Data Metode Least Square No X y x² xy 1 98,0 6,5 9604 637 2 100,0 6,6 10000 660 3 100,9 5,8 10180,81 585,22 4 101,5 5,7 10302,25 578,55 5 104,5 5,4 10920,25 564,3 6 106,5 5,2 11342,25 553,8 7 106,6 4,4 11363,56 469,04 Σ 718 39,6 73713,12 4047,91 Keterangan : x = Strenght white liquor (gpl) y = Kappa Number Persamaan Regresi : y = ax + b, dimana a = = = n (Σxy (Σ x) (Σ y) n (Σ x²) (Σ x) ² 7 ( 4047,91) (718) (39,6) 7 ( 73713,12) ( 515524) - 97,43 467,84 = - 0,2082 b = ( Σ x²) (Σ y) (Σx) (Σxy) n ( Σ x²) ( Σ x )²

= = ( 73713,12) (39,6) (718) (4047,91) 7 (73713,12) ( 515524) 12640,172 467,84 = 27,0181 Persamaan Regresi : y = - 0,2082 x + 27,0181 y 1 = - 0,2082 x 1 + 27,0181 = - 0,2082 ( 98,0) + 27,0181 = 6,614 y 2 = - 0,2082 x 2 + 27,0181 = - 0,2082 (100,0) + 27,0181 = 6,198 y 3 = - 0,2082 x 3 + 27,0181 = - 0,2082 ( 100,9) + 27,0181 = 6,010 y 4 = - 0,2082 x 4 + 27,0181 = - 0,2082 ( 101,5) + 27,0181 = 5,885 y 5 = - 0,2082 x 5 + 27,0181 = - 0,2082 ( 104,5) + 27,0181 = 5,261 y 6 = - 0,2082 x 6 + 27,0181 = - 0,2082 ( 106,5) + 27,0181 = 4,844 y 7 = - 0,2082 x 7 + 27,0181 = - 0,2082 ( 106,6) + 27,018 = 4,823

Tabel 4. 8. Data Analisa Regresi Linier X Y 98,0 6,614 100,0 6,198 100,9 6,010 101,5 5,885 104,5 5,261 106,5 4,844 106,6 4,823 Menghitung Strength white liquor (alkali aktif) yang optimal untuk mencapai kappa number target Target Bilangan kappa = 5 y = ax + b 5 = - 0,2082 x + 27,0181-22,081 = - 0,2082 x x= 105,7 g/l Jadi, Strenght white liquor yang optimal untuk mencapai kappa number target adalah 105,7 g/l.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Dari hasil pembahasan data diperoleh jumlah pemakaian alkali aktif sekitar 100-106 gpl dengan volume white liquor 62,87 m 3-73,79 m 3 dan black liquor 43,87 m 3-48,62 m 3 Maka diperoleh tingkat kematangan (kappa number) yang sesuai dengan standard mutu yaitu 5-6 2. Dari hasil analisa regresi, hubungan strength white liquor terhadap kappa number Diperoleh persamaan y = - 0,2082 x + 27,0181. Dengan koefisien korelasi ( r ) = 1 Yang artinya strength white liquor sangat berpengaruh terhadap kappa number. 5.2. Saran - Pada proses cooking banyak faktor yang mempengaruhi baik tidaknya kualitas pulp yang dihasilkan. Untuk itu perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut seperti ukuran chip, cairan pemasak, waktu dan temperatur, konsentrasi, sulfiditas dan juga perbandingan liquor dan kayu - Pada proses pembuatan pulp tentunya menggunakan banyak bahan-bahan kimia baik yang berupa zat padat, cair dan gas. Sebaiknya bahan tersebut digunakan seoptimal dan seefisien mungkin agar tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. - Limbah yang dihasilkan pada pembuatan pulp baik yang berupa padat, cair maupun gas, yang masih bersifat racun atau berbahaya bagi kehidupan sebaiknya diolah kembali sebelum dibuang kelingkungan.