ANALISIS PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PEMUKIMAN PADAT DI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

Pembangunan (Jakarta: Universitas Trisakti,2005), hal Dalam Penjelasan Pasal ayat 5 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 60 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN RUANG TERBUKA HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

REVIEW PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DIBIDANG PENGEMBANGAN HUTAN KOTA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEBAGAI PENDUKUNG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN (RTHKP) KOTA BANJARMASIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB I. Dewasa ini, tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan pada. penduduk yang cukup cepat juga. Pertumbuhan penduduk tersebut berimbas

JURNAL. Diajukan oleh : DIYANA NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup FAKULTAS HUKUM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

III PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN MASTERPLAN RTH

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah resapan pada kota Medan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TAMAN SEBAGAI PELESTARIAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA JAMBI OLEH DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA JAMBI

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BANGUNAN PADA JALUR HIJAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT

Transkripsi:

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PEMUKIMAN PADAT DI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR Siti Fuadillah A. Amin¹ Universitas Muhammadiyah Makassar (sfuadillah@gmail.com)¹; ABSTRAK Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada perkotaan sangat penting mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan tersebut. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (), khususnya pada kawasan permukiman padat, Pemanfaatan menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena kebanyakan sudah bergeser dari fungsinya. Penelitian ini bertujuan mengetahuai apakah luas dan rencana pengembangan Ruang Terbuka Hijau sesuai aturan, dan mengetahui alternatif kebijakan yang digunakan dalam meningkatkan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Penelitian ini juga dilakukan identifikasi Ruang Terbuka Hijau yang telah ada di pemukiman padat di Kecamatan Rappocini. Kecamatan Rappocini membutuhkan adalah 30% dari luas yaitu 276.9 ha dan untuk Kelurahan Ballaparang dan Bonto Makkio yang berada di Kelurahan Rappocini yaitu sebesar 15,36 ha untuk Kelurahan Ballaparang dan 6 ha untuk Kelurahan Bontomakkio Pengembangan Ruang Terbuka Hijau () pada permukiman padat di kedua Kelurahan yang ada di Kecamatan Rappocini Kota Makassar terdapat peningkatan dilihat dari jenis yang sudah ada sekarang. Terdapat public seperti taman lingkungan dan juga privat seperti pekarangan dan taman atap. Kata Kunci : Ketersediaan, Ruang Terbuka Hijau, Jenis PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan di perkotaan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana kota. hal ini umumnya merugikan keberadaan Ruang Terbuka Hijau () yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada perkotaan sangat penting mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan tersebut. Ruang terbuka hijau merupakan salah satu komponen yang tingkat ketersediannya baik secara kualitas maupun kuantitas harus selalu diperhitungkan dalam proses perencanaan kota (Roswidyatmoko Dwihatmojo, 2013). Peraturan yang memuat adalah Keputusan Menteri atau Peraturan Menteri, antara lain instruksi Mendagri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau () di perkotaan, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau(),serta beberapa Peraturan Perundangan lainnya yang keseluruhannya memuat fungsi, kriteria, jenis, pengelolaan, standar luas Ruang Terbuka Hijau (). Kecamatan Rappocini merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kota Makassar. Terdiri dari 11 kelurahan dengan Jumlah Penduduk sekitar 190.539 Jiwa pada bulan Juli tahun 2016. Penggunaan lahan di kecamatan ini hampir seluruhnya diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman. Persentase penggunaan lahan sebagai kawasan pemukiman sangat besar hampir 65%. Untuk itu diperlukan penelitian yang detail terkait Analisis pemanfaatan ruang terbuka pada pemukiman padat di Kecamatan Rappocini Kota TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Fungsi, manfaat dan Jenis Fungsi dan manfaat serta Elemen Pengisi Ruang Terbuka Hijau () Ruang Terbuka Hijau, baik Ruang Terbuka Hijau Publik maupun Ruang Terbuka Hijau Privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam permendagri No. 1 tahun 2007 disebutkan fungsidan manfaat Ruang Terbuka Hijau () kota yaitu:fungsi Ruang Terbuka Hijau () kawasan perkotaan adalah: Pengaman keberadaan kawasan lindung perkotaan; Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara; Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati; Pengendali tata air; Sarana estetika kota. Sementara manfaat Ruang Terbuka Hijau () kawasan perkotaan adalah: 1) Sarana untuk mencerminkan identitas daerah; 2) Saranapenelitian; 3) Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial;4) Mengingkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; 5) Menumbuhkan 43

rasabangga dan meningkatkan prestasi daerah (Permendagri No. 1 Tahun 2007). Jenis ruang terbuka hijau menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2007, jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan terdiri dari : Taman kota;taman wisata alam;taman rekreasi; Taman lingkungan perumahan dan permukiman; Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial; Taman hutan raya; Hutan kota; Hutan lindung; Bentang alam (seperti gunung, bukit, lereng dan lembah); Cagar alam; Kebun raya; Kebun binatang; Pemakaman umum; Lapangan olahraga; Lapangan upacara; Parkir terbuka; Lahan pertanian perkotaan; Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET); Sempadan (sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa); Jalur pengaman (jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian); Kawasan dan jalur hijau; Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan Taman atap (garden roof). Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar Pemerintah Kota Makassar mengeluarkan reguasi mengenai penataan ruang untuk mengarahkan pembangunan di Kota Makassar yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 4 tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar Tahun 2015 2034, sebagai upaya pemanfaatan ruang secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, dan berkelanjutan terhadap peningkatan pembangunan di Kota Makassar.Penataan ruang di Kota Makassar ditetapkan melalui kebijakan dan strategis penataan ruang yang meliputi pengembangan struktur kota, Pengembangan pola ruang kota, dan pengembangan kawasan strategis kota. Pengembangan struktur kota dalam penataan ruang di Kota Makassar dilaksanakan melalui strategi pengembangan kawasan lindung dan budi daya melalui peningkatan derajat kualitas hijau ruang yang diantaranya dengan menetapkan penyediaan ruang terbuka hijau. Regulasi ini lah yang di ikuti semua kecamatan di Kota Makassar salah satunya Kecamatan Rappocini yang memilik 11 Kelurahan. Kecamatan Rappocini merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kota Makassar METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan melakukan observasi lapangan. Lokasi penelitian di Kecamatan Rappocini dan beberapa Kelurahan yang berada di kecamatan Rappocini Kota Makassar dengan waktu penelitian empat (4) bulan. Batasan lokasi penelitian adalah pada kawasan permukiman padat. (Sumber : www.google.com) Gambar 1. Peta Kecamatan Rappocini Kota Makassar Model Analisis Adapun model analisis menggunakan parameter yang dapat dilihat pada table : Tabel 1. Kebutuhan Ruang Terbuka hijau Kelurahan Luas (Ha) Standar Luasan Mengambil beberapa kelurahan Luas tiaptiap Kelurahan yang digunakan sebagai 20-30 % dari luas Kebutuhan Tabel 2. Jenis Ruang Terbuka Hijau No Kelurahan Jenis- Jenis Dok. 1 Mengambil beberapa kelurahan... Analisi kebutuhan sesuai standar Untuk memperoleh data maka tehnik pengumpulan data yang digunakan dengan cara Observasi/pengamatan, wawancara dan dokumentasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi terletak di Kecamatan Rappocini dan mengambil 2 Kelurahan di Kecamatan Rappocini Kota Makassar yaitu Kelurahan Ballaparang dan Kelurahan Bontomakkio. Dimana Luas Wilayah Kecamatan Rappocini sebesar 9,23 Km 2 dan Presentasi terhadap Luas kota adalah 5,25 % Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau 44

Melihat luasan Kecamatan Rappocini yaitu 9,23 km 2 atau 923 ha maka Kecamatan Rappocini membutuhkan adalah 30% dari luas yaitu 276.9 ha. Tabel 3. Kebutuhan Ruang Terbuka hijau No. Kelurah an 1 Ballapar ang 2 Bonto Makkio Lua s (Ha) 51,2 3 Standa r Luasa n 30 % dari luas 20 30 % dari luas Kebutuh an (ha) 15,36 6 Dengan melihat luasan kedua kelurahan diatas dibutuhkan pada masing-masing kelurahan sebesar 15,36 ha untuk Kelurahan Ballaparang dan 6 ha untuk Kelurahan Bontomakkio. Besaran Ruang Terbuka Tersebut Terdiri dari 20 % Ruang terbuka Publik dan 10 % Ruang Terbuka Hijau Privat. Kelurahan Ballaparang Lahan yang ada di Kelurahan Balla Parang difungsikan berbeda-beda olek penduduk Kelurahan Balla Parang, sebagian besar umumnya didominasi oleh permukiman untuk lebih jelasnya akan diurai di dalam tabulasi dan grafik di bawah ini. Tabel 4. Pola Penggunaan Lahan di Kelurahan Balla Parang No Jenis Penggunaan Persentase Luas (%) 1 Kebun 3 2 Permukiman 95 3 Tanah Kosong 2 Berdasarkan table pola penggunaan lahan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar luas lahan yang ada di Kelurahan Balla Parang digunakan untuk lokasi permukiman yaitu 95 %, sisanya sebesar 5 % digunakan sebagai lokasi kebun dan bahkan masih ada juga yang merupakan lahan kosong. Lahan dan tanah kosong yang di kelurahan berpotensi dijadikan Ruang terbuka hijau atau ruang terbuka public. Gambar 2. Tata Guna Lahan Kelurahan Ballaparang Kelurahan Bonto Makkio Lahan yang ada di Kelurahan Bonto Makkio sama halnya di Kelurahan Ballaparang juga difungsikan berbeda-beda tetapi sebagian besar umumnya didominasi oleh permukiman tetapi tidak sepadat dengan yang ada dikelurahan Ballaparang. Tabel 5. Pola Penggunaan Lahan di Kelurahan Bonto Makkio No Jenis Penggunaan Persentase Luas (%) 1 Kebun 5 2 Permukiman 83 3 Lapangan 5 4 Tanah Kosong 2 Jenis Ruang Terbuka Hijau Di Kelurahan BallaParang sendiri ketersediaan ruang-ruang publik ini tersedia namun tidak terlalu termanfaatkan dengan baik, begitu pula dalam hal penyediaan privat yang cenderung terabaikan dalam kawasan permukiman apalagi di permukiman padat tetapi masyarakat sudah mulai peduli dengan adanya program pemerintah yang menyentuh hingga ke lorong yang merupakan pemukiman padat. Dimana Terdapat warga yang memanfaatkan pekarangan untuk bercocok tanam seperti Kol dan cabai dan juga menghijaukan jalur jalan di lorong- lorang pada pemukiman padat. Sehingga dapat dilihat dari jenis yang telah ada sehingga masyarakat sudah dapat merasakan manfaatnya. Lain halnya di Kelurahan Bonto Makkio walaupun sebagian besar nya terdiri dari pemukiman namun pada ini dapat diterapkan bahkan ditingkatkan. Hal ini dapat 45

dilihat yaitu salah satu RW pada Kelurahan ini yang mengikuti Lomba Lingkungan Bersih Sehat mengubah lahan kosong menjadi Ruang Terbuka tanpa melupakan Ruang Terbuka Hijau. Dan di ini pula setiap rumah mengembangkan Privat yaitu pekarangan. Tabel 6. Jenis No Kelurahan Jenis- Jenis 1. Kelurahan Ballaparang a. pekarangan rumah b. taman atap c. taman lingkungan d. jalur hijau jalan e. Perkantoran 2. Kelurahan Bonto Makkio a. pekarangan rumah b. Lapangan c. taman atap d. taman lingkungan e. jalur hijau jalan f. Perkantoran,dll Gambar 3. Jenis jenis yang ada di dua Kelurahan di Kecamatan Rappocini KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Analisis Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Pada Pemukiman Padat di Kecamatan Rappocini Kota Makassar maka disimpulkan bahwa : Kecamatan Rappocini membutuhkan adalah 30% dari luas yaitu 276.9 ha dan untuk Kelurahan Ballaparang dan Bonto Makkio yang berada di Kelurahan Rappocini yaitu sebesar 15,36 ha untuk Kelurahan Ballaparang dan 6 ha untuk Kelurahan Bontomakkio. Besaran Ruang Terbuka Tersebut Terdiri dari 20 % Ruang terbuka Publik dan 10 % Ruang Terbuka Hijau Privat. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau () pada permukiman padat di kedua Kelurahan yang ada di Kecamatan Rappocini Kota Makassar terdapat peningkatan dengan melihat keadaan dilapangan yang tidak lepas dari program pemerintah yang membuat 46

partisipasi warga untuk membuat Ruang Terbuka Hijau baik public maupun privat ini meningkat. Sehingga masyarakat dapat merasakan sendiri manfaat dengan adanya Ruang Terbuka Hijau ini. SARAN Penelitian ini masih membutuhkan kajian lebih teranalisis terkait tingkat kepadatan bangunan kaitannya dengan Ruang Terbuka Hijau.Diperlukan arahan kebijakan terutama dari instansi terkait mengenai Ruang Terbuka Hijau. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2015. Makassar Dalam Angka. November. BPS Kota Makassar. Makassar. Dokumen RPLP (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman), 2016. Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh). Kota Makassar Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau () di Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Permendagri No. 1 tahun 2007 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 47