SALINAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG WALIKOTA KEPADA CAMAT DI KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka merespon dinamika perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah menuju tata kelola pemerintahan yang baik, perlu memperhatikan kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam memberikan pelayanan; b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, perlu mengoptimalkan peran kecamatan sebagai perangkat daerah terdepan dalam memberikan pelayanan publik; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota Batu tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Walikota Kepada Camat di Kota Batu; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Batu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4118); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 8. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Layanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404); 14. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 15. Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan Untuk Usaha Mikro dan Kecil; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Layanan Administrasi Terpadu Kecamatan; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 22. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun 2011 tentang Izin Mendirikan Bangunan; 23. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 5 Tahun 2011 tentang Izin Gangguan; Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 24. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG WALIKOTA KEPADA CAMAT DI KOTA BATU. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kota Batu. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Batu. 3. Walikota adalah Walikota Batu. 4. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kota Batu. 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Batu. 6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Batu. 7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Batu. 9. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unsur pelaksana tugas teknis pada Dinas. 10. Kewenangan Walikota adalah Hak dan Kewajiban Walikota untuk menentukan atau mengambil kebijakan dalam rangka Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 11. Pelimpahan Kewenangan adalah Pelimpahan Hak, Kewajiban dan tanggung jawab sebagian urusan pemerintahan dari Walikota kepada Unit/Satuan Kerja diwilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 12. Kecamatan adalah perangkat daerah yang mempunyai wilayah kerja di tingkat kecamatan dilingkungan Pemerintah Kota Batu. 13. Camat atau adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. 14. Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan selanjutnya disingkat PATEN adalah penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dalam satu tempat. 15. Perizinan adalah bentuk persetujuan pemberian izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 16. Non Perizinan adalah segala bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas, fiskal, dan informasi mengenai kegiatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 17. Retribusi adalah pungutan Pemerintah Kota Batu sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Kota Batu untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 18. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 19. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 20. Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. 21. Izin Usaha Mikro dan Kecil yang selanjutnya disingkat IUMK adalah tanda legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu dalam bentuk izin usaha mikro dan kecil dalam bentuk satu lembar. 22. Standart pelayanan adalah ukuran kualitas yang dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan. 23. Pengembang adalah orang perorangan badan usaha yang melakukan kegiatan pengadaan dan pengolahan tanah serta pengadaan bangunan dan/atau sarana dan prasarana dengan maksud dijual/disewakan. BAB II PELIMPAHAN KEWENANGAN Bagian Kesatu Pelayanan Perizinan Pasal 2 (1) IMB Rumah Tinggal, dengan kriteria sebagai berikut: a. Luas bangunan 80M 2 (delapan puluh meter persegi); b. Bangunan tidak bertingkat; c. Bangunan Bukan Rumah Deret atau Perumahan yang dibangun oleh Pengembang; dan
d. Bangunan tidak bersifat spesifik dan bukan untuk usaha atau ruko. (2) IUMK dengan kriteria sebagai berikut: a. Usaha Mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah); dan b. Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (3) Izin Pemasangan papan merk toko usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), yang menempel atau berada di area sekitar toko. Bagian Kedua Pelayanan Non Perizinan Pasal 3 Pelayanan di bidang Non Perizinan meliputi beberapa hal sebagai berikut: a. Surat Keterangan Ahli Waris; b. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM); c. Surat Dispensasi Nikah; d. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); e. Surat Pernyataan Waris; f. Surat Keterangan Domisili Tempat Usaha; g. Surat Keterangan Berpergian / Boro Kerja; h. Rekomendasi Pengurusan Kartu Keluarga (KK); i. Rekomendasi Pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP); j. Rekomendasi Pengurusan Surat Pindah; k. Rekomendasi Pembuatan Akte Kelahiran; l. Rekomendasi Pembuatan Surat Keterangan Meninggal Dunia;
m. Rekomendasi Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK); n. Rekomendasi Pembuatan Surat Keterangan Musibah/Kebakaran; o. Rekomendasi Pembuatan Surat Keterangan Korban Konflik; p. Rekomendasi Proposal Bantuan Dana Anak Cacat, Masjid dll; q. Rekomendasi Pembuatan Surat Izin Keramaian Sosial/Komersial; r. Rekomendasi Pembuatan Surat Izin penggunaan/penutupan jalan; s. Rekomendasi Surat Ijin Penelitian/Survey Mahasiswa; t. Rekomendasi Mutasi Pajak Bumi dan Bangunan; u. Rekomendasi Surat Keterangan Dana Kematian; dan v. Rekomendasi Surat Keterangan Mendapatkan Tunjangan Istri/Suami, Anak dan Tunjangan Lain yang sah. Pasal 4 Dalam pelaksanaan pelimpahan sebagian wewenang Walikota kepada Camat dilengkapi dengan personil serta sarana dan prasarana yang memadai. Pasal 5 (1) Camat dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 wajib memperhatikan: a. Standar dan norma sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Kebijakan Pemerintah Daerah; dan c. Keserasian, kemanfaatan dan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan. (2) Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, terutama menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan strategis dan kebijakan operasional Pemerintah Daerah, Camat wajib berkoordinasi dengan unit atau satuan kerja yang secara fungsional melaksanakan dan/atau mengelola bidang kewenangannya.
(3) Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, terutama menyangkut hal-hal bersifat teknis operasional, Camat wajib melaksanakan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi dengan badan/dinas/ kantor dan/atau UPT Dinas/Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. BAB III PEMBIAYAAN DAN PENERIMAAN Pasal 6 (1) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, disertai dengan pembiayaan. (2) Pembiayaan dimaksud pada ayat (1) dianggarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Batu. Pasal 7 (1) Dalam hal pelaksanaan kewenangan yang dilimpahkan merupakan objek retribusi, penerimaan tersebut merupakan penerimaan daerah dan wajib disetor ke kas daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam hal terdapat saldo lebih anggaran pelaksanaan kewenangan yang dilimpahkan, saldo tersebut disetorkan ke kas daerah. BAB IV PROSEDUR PENANDATANGANAN Pasal 8 Prosedur pengelolaan, pemrosesan, dan penandatanganan urusan yang dilimpahkan kepada Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB V PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 9 (1) Pertanggungjawaban penyelenggaraan kewenangan yang dilimpahkan, dilaksanakan oleh Camat.
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Camat kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah dan tembusannya kepada Dinas Daerah dan/atau Lembaga Teknis Daerah terkait. (3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan. BAB VI PEMBINAAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI Pasal 10 (1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 dilaksanakan oleh Tim Pembinaan dan Pengawasan. (2) Tim pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. (3) Selain pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga melakukan monitoring dan evaluasi. (4) Dinas daerah dan/atau Lembaga Teknis Daerah yang sebagian urusannya dilimpahkan kepada Camat memberikan pembinaan dan bimbingan teknis terhadap penyelenggaraan kewenangan yang diserahkan kepada Camat secara berkala atau sewaktu-waktu. Pasal 11 (1) Penyelenggaran wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 harus dilaporkan oleh Camat secara berkala kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah setiap triwulan dan akhir tahun. (2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi aspek-aspek: a. ketepatan waktu dalam pencapaian program dan kegiatan; b. efisiensi dan efektivitas anggaran dalam pelaksanaan program dan kegiatan;
c. ketepatan sasaran dalam pelaksanaan program dan kegiatan; dan d. ketepatan hasil dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Pasal 12 (1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) dilakukan setiap akhir tahun berdasarkan laporan dan hasil monitoring tim pembinaan dan pengawasan. (2) Jika hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat ketidaksesuaian dan/atau tidak efektif dalam pelaksanaan pelimpahan wewenang, tim pembinaan dan pengawasan melakukan pembinaan terlebih dahulu. (3) Apabila hasil evaluasi selanjutnya tidak terdapat perkembangan/perbaikan, maka tim pembinaan dan pengawasan memberikan telaah kepada Walikota guna mencabut kewenangan yang dilimpahkan dan dilimpahkan kembali kepada SKPD yang menangani kewenangan tersebut. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 Dengan berlakunya Peraturan Walikota ini, sebagian wewenang penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang telah dilimpahkan pada Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan/atau badan/dinas/kantor dan/atau UPT Dinas dicabut dan dilimpahkan wewenang penyelenggaraanya kepada Camat. Pasal 14 (1) Ketentuan mengenai Standar Pelayanan Perizinan Dan Pelayanan Non Perizinan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. (2) Uraian tugas pejabat penyelenggara dan pelaksana Teknis Kecamatan akan diatur tersendiri dengan Peraturan Walikota.
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Peraturan Walikota ini mulai berlaku dan dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Batu. Ditetapkan di Kota Batu pada tanggal 1 Maret 2016 WALIKOTA BATU, ttd Diundangkan di Batu pada tanggal 1 Maret 2016 SEKRETARIS DAERAH KOTA BATU EDDY RUMPOKO ttd WIDODO BERITA DAERAH KOTA BATU TAHUN 2016 NOMOR 12/E SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA KOTA BATU MUJI DWI LEKSONO,SH.MM Pembina TK.I (IV/b) NIP.19641010 198503 1 017