BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap aktivitas organisasi pasti ada ketidakpastian yang identik dengan risiko diantaranya risiko kecurangan. Kecurangan adalah tindakan melawan hukum yang merugikan entitas/organisasi dan menguntungkan pelakunya. Tindak kecurangan berupa pengambilan atau pencurian harta milik atau aset organisasi, menyembunyikan dan mengalihkan atau membelanjakan aset tersebut. Pelaku kecurangan dapat dari dalam atau dari luar organisasi dan dapat dilakukan oleh manajemen dan karyawan. Pelaku kecurangan dari dalam organisasi adalah orang yang dapat akses ke informasi dan akses ke aset organisasi. Kecurangan bukan saja berakibat berkurangnya aset organisasi tetapi dapat juga mengurangi reputasi organisasi maupun perusahaan. Tindakan kecurangan dapat dikurangi melalui langkah-langkah pencegahan atau penangkalan, pendeteksian, dan investigasi. Untuk mencegah kecurangan, perlu dilakukan eleminasi penyebab dan pendorong kecurangan serta perbaikan pengendalian internalnya. Sedangkan pendeteksian kecurangan dilakukan dengan mengidentifikasi gejala dan tandatanda kecurangan untuk kemudian ditelaah dan dianalisa. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya insentif atau tekanan (pressure) untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan atau peluang (opportunity) yang ada dan adanya pembenaran sikap 1
2 atau rasionalisasi (rationalization) terhadap tindakan tersebut. Kecurangan sering juga disebutkan dalam istilah yang lebih umum seperti pencurian, penggelapan, pemalsuan dan lainnya. Biasanya kecurangan tidak mudah ditemukan. Kecurangan biasanya ditemukan karena kebetulan maupun karena suatu hal yang disengaja. Dengan demikian manajemen harus berhati-hati terhadap kemungkinan timbulnya kecurangan yang mungkin terjadi di perusahaan yang dikelolanya. Kecurangan mencakup perbuatan melanggar hukum dan pelanggaran terhadap peraturan dan perundang-undangan lainnya yang dilakukan dengan niat untuk berbuat curang. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja demi keuntungan atau kerugian suatu organisasi oleh orang dalam atau juga oleh orang diluar organisasi (Standar Profesi Audit Internal (2006:63)). Pertumbuhan ekonomi yang pesat menimbulkan persaingan yang ketat. Persaingan ini mengharuskan perusahaan untuk berpikir lebih kritis dalam pemanfaatan dan pengalokasian sumber dayanya yang berarti untuk menghadapi pesaing bisnisnya, perusahaan harus memanfaatkan dan mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien. Agar perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompleks, dibutuhkan audit internal yang memadai, oleh karena itu manajemen perusahaan membutuhkan bantuan dari fungsi pemeriksaan internal atau audit internal. Audit internal sendiri lebih mengedepankan sifat pencegahan (preventif) dan hal ini tentunya dibutuhkan keterbukaan dari manajemen agar audit internal dapat mendeteksi dan memberi saran kepada manajemen atas operasional yang ada. Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk
3 mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan pengelolaan organisasi (Institute of Internal Auditor (IIA) (2011:2). Pada prinsipnya audit internal bersifat independen, yang ada pada suatu perusahaan dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan perusahaan yang dilaksanakan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah ada tugas dan tanggung jawab yang diberikan telah dilaksanakan sesuai dengan yang seharusnya. Untuk itu audit internal perlu melakukan pemeriksaan, penilaian dan mencari fakta atau bukti guna memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk ditindak lanjuti. Salah satu temuan audit internal adalah kecurangan. Audit internal yang dilakukan oleh satuan pengawas internal akan menghasilkan temuan-temuan, dan setiap temuan tersebut akan diberikan rekomendasi dan saran-saran yang diperlukan. Salah satu jenis pemeriksaan yang dilakukan pada perusahaan yang kegiatan utamanya bergerak dalam bidang pengelolaan, pendistribusian dan penyediaan jasa publik bagi masyarakat adalah kemungkinan adanya penyimpangan, baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Pada beberapa perusahaan BUMN yang kegiatan utamanya bergerak dalam bidang pengelolaan, pendistribusian dan penyediaan jasa publik bagi masyarakat sebagai badan usaha, maka perusahaan harus menjalankan pengelolaan yang sehat, berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi. Untuk dapat memenuhi fungsi ekonominya yaitu optimalisasi laba maka perusahaan harus menyadari perlunya manajemen yang baik.
4 Di Indonesia, definisi BUMN menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Sejak tahun 2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN, yang dipimpin oleh seorang Menteri BUMN. BUMN di Indonesia berbentuk perusahaan perseroan, perusahaan umum, dan perusahaan jawatan. Perusahaan perseroan adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh pemerintah (atas nama negara) yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Salah satu perusahaan perseroan yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Pada tahun 2014, Kejaksaan Agung menetapkan Direktur Utama PT. Pos Indonesia Budi Setiawan sebagai tersangka proyek pengadaan perangkat portable data terminal. Sudah ditetapkan sejak dua pekan lalu, kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Tony Spontana di kantornya, Senin 3 November 2014. Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Tony Spontana menjelaskan, Budi ditetapkan tersangka untuk kasus pengadaan tersebut pada 2012-2013. Sebelumnya, Kejaksaan Agung menyita 1.725 unit pelacak barang dan surat atau biasa disebut portable data terminal (PDT) di Kantor Pos Area IV Jakarta Pusat. Alat-alat itu menjadi barang bukti kasus dugaan korupsi. Kejaksaan juga sudah menetapkan M, Penanggung Jawab Satuan Tugas Pemeriksa dan Penerima Barang di PT. Pos Indonesia Bandung sebagai tersangka. Selain itu, status yang sama juga ditetapkan kepada Direktur Utama PT. Datindo. Dari 1.725 unit alat yang dibeli PT. Pos Indonesia, hanya 50 unit yang beroperasi tapi tetap tidak sesuai spesifikasi. Berdasarkan perjanjian kerja sama, seharusnya alat itu memiliki fitur alat pelacak lokasi atau Global Positioning System (GPS). Selain itu, seharusnya alat bermerek intermec ini memiliki baterai berdaya tahan hingga delapan jam, namun ternyata alat itu hanya mampu hidup selama 3 jam. (m.tempo.co, 2014).
5 Sesuai dengan masalah di atas maka pada PT. Pos Indonesia terdapat kecurangan, agar tidak terjadi kecurangan kembali maka perlu dideteksi sejak dini. Penelitian yang dilakukan oleh Kasey Martin, Macy (2010) yang meneliti Karakteristik Audit Internal Dan Deteksi Penipuan (Characteristics Of Internal Audits And Fraud Detection) menyatakan bahwa meningkatkan peran dan pentingnya audit internal dalam pemerintahan serta mengubah lingkungan audit internal dengan meningkatkan struktur, memperkenalkan jenis jaminan baru. Jika perubahan ini terjadi lingkungan audit internal berpengaruh terhadap kemampuan audit dalam mendeteksi kecurangan penting agar ini terungkap. Studi ini menguji efek dari beberapa audit internal. Karakteristik pendeteksian kecurangan, namun masih banyak daerah yang bisa dieksplorasi. Penelitian yang dilakukan oleh BM Van Wyk (2013) yang meneliti Tanggung Jawab Auditor Internal Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (The Internal Auditor s Responsibility To Detect Financial Statement Fraud) menyatakan bahwa peran dan tanggung jawab utama kegiatan audit internal adalah mendukung manajemen. Memenuhi peran dan tanggung jawabnya mengenai realisasi tujuan dan tujuan organisasi auditor internal ditunjuk oleh manajemen senior dan melapor kepada manajemen senior dan dewan direksi, biasanya melalui Komite audit (IIA Standard 1100 2011). Kedua penelitian diatas menunjukkan adanya hubungan antara Audit Internal terhadap Pendeteksian Kecurangan dilihat dari peran serta tanggungjawab sebagai auditor internal bahwa keberadaan audit internal memiliki dampak positif
6 dalam mengendalikan kecurangan (fraud) dan penyimpangan dalam kebanyakan organisasi. Berdasarkan uraian kasus diatas, maka penulis menduga bahwa adanya hubungan audit internal terhadap kecurangan. Oleh sebab itu judul penelitian ini adalah: Pengaruh Audit Internal Terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud) (Studi Kasus Pada Pada PT. Pos Indonesia (Persero) Bagian Satuan Pengawasan Intern (SPI), dan Kantor Pos Besar (Regional V). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang akan penulis teliti adalah : 1. Bagaimana pelaksanaan audit internal pada PT. Pos Indonesia (Persero). 2. Bagaimana pelaksanaan deteksi kecurangan pada PT. Pos Indonesia (Persero). 3. Apakah audit internal berpengaruh terhadap pendeteksian terjadinya kecurangan pada PT. Pos Indonesia (Persero). 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan audit internal pada PT. Pos Indonesia (Persero). 2. Untuk mengetahui pelaksanaan deteksi kecurangan pada PT. Pos Indonesia (Persero).
7 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh audit internal terhadap pendeteksian terjadinya kecurangan pada PT. Pos Indonesia (Persero). 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh audit internal dalam pendeteksian kecurangan pada PT. Pos Indonesia (Persero). Selain itu penelitian ini berguna sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi ujian sarjana ekonomi Program Studi Akuntansi pada Universitas Widyatama. 2. Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi manajemen dengan memastikan bahwa operasi yang dilakukan perusahaan akan berjalan efektif dan efisien bila peran auditor internal berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan dimasa yang akan datang. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang akan diteliti maka penulis akan melakukan penelitian yang akan dilakukan di PT. Pos Indonesia (Persero) Bagian Satuan Pengawasan Internal (SPI) Sub. Direktorat Umum dan Pengelolaan Aset yang berlokasi Jalan Jakarta No. 34 Tlp. 706281 Bandung 40272 dan Kantor Pos Besar (Regional V) Jalan Asia Afrika No. 49 Tlp. 427081 Bandung 40111. Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari 2017 sampai dengan skripsi ini selesai.