BAB I PENDAHULUAN.

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif (Videbeck, 2008). Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan tingkat social ekonomi terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0%. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur (Riskesdas, 2013). Jumlah penderita gangguan jiwa yang tercatat berobat di rumah sakit maupun puskesmas di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebanyak 224.617, jumlah ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 yang mencapai 198.387 penderita. Jumlah penderita terbanyak di temukan rumah sakit yaitu 138.399 penderita (61,62%) (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015). Penderita gangguan jiwa di Kota Semarang pada saat ini adalah sebanyak 4.096 klien atau sekitar 0.29% dari total penduduk Kota Semarang. Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada tahun 2014 menunjukkan pencapaian sebesar 2%. Angka ini termasuk pelayanan kesehatan jiwa bagi warga di luar Kota Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa yang tidak terlayani oleh

2 fasilitas kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang jauh lebih besar. (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015). Peningkatan angka kejadian gangguan jiwa salah satu penyebabnya adalah ketidakpatuhan kontrol pasien. Dampak yang terjadi ketika pasien tidak patuh untuk melakukan kontrol dapat menyebabkan rehospitalisasi bagi pasien. Rehospitalisasi merupakan masuknya kembali pasien di rawat inap setelah diperbolehkan untuk pulang dari rawat inap. Pasien yang tidak memiliki kepatuhan untuk kontrol setelah pemulangan, lebih memungkinkan dua kali untuk rehospitalisasi atau mengalami kekambuhan pada tahun yang sama dibandingkan dengan pasien yang menaati perjanjian untuk kontrol. Prevalensi kekambuhan pada penderita skizofrenia menurut penelitian Weret & Mukherjee (2014) berada pada rentang antara 50%- 92%. Kekambuhan atau relapse pada pasien skizofrenia menimbulkan dampak yang buruk bagi keluarga, klien dan rumah sakit. Dampak kekambuhan bagi keluarga yakni menambah beban keluarga dari segi biaya perawatan dan beban mental bagi keluarga karena anggapan negatif masyarakat kepada klien. Sedangkan bagi klien adalah sulit diterima oleh lingkungan atau masyarakat sekitar. Dari pihak rumah sakit beban akan bertambah berat karena bertambahnya klien yang dirawat sehingga perawatan yang diberikan oleh tim medis menjadi kurang maksimal karena jumlah tenaga kesehatan tidak seimbang dengan banyaknya pasien gangguan jiwa yang dirawat (Taufik, 2014). Upaya yang tidak kalah penting adalah program intervensi dan terapi yang implentasinya yang bukan hanya di rumah sakit tetapi dilingkungan masyarakat (community based psyciatric services). Maka dari itu peran serta keluarga adalah satu usaha untuk mengurangi angka kekambuhan penderita skizofrenia. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat sakit penderita. (Nurdiana, 2011). Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita, dan merupakan perawat utama bagi penderita. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak

3 mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada saat menghadapi masalah seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan di cintai. Contoh nyata yang paling sering dilihat dan dialami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun teman-teman biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial. Eli, dkk (dalam Mutar, 2012) dukungan keluarga merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Dukungan sosial bersumber antara lain : orangtua, saudara kandung, anakanak, kerabat, pasanga hidup, sahabat, rekan kerja, atau juga dari tetangga. Dukungan tersebut biasanya diinginkan dari orangorang yang signifikan seperti keluarga, saudara, guru, dan teman, dimana memiliki derajat keterlibatan yang erat. Selain itu, dukungan sosial merupakan pemberian hiburan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diterima seseorang dari orang lain atau kelompoknya. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) yang meneliti tentang dukungan keluarga dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia menemukan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia. Penelitian Hartanto, Widodo dan Yuniartika (2014) yang meneliti tentang gambaran sikap dan dukungan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa menemukan bahwa bentuk dukungan yang diberikan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa meliputi dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional. Dukungan tersebut semuanya baik. Sikap dan dukungan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa dalam kategori baik. Penelitian Muttar (2012) yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga terhadap kesembuhan klien gangguan halusinasi, menemukan bahwa ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga terhadap kesembuhan klien gangguan halusinasi.

4 RSJD. Dr. Amino gondohutomo Provinsi Jawa Tengah diketahui telah melakukan perawatan terhadap pasien gangguan jiwa dalam berbagai kategori atau tipe. Berdasarkan catatan dari RSJD. Dr. Amino gondohutomo Provinsi Jawa Tengah jumlah pasien gangguan jiwa yang dilakukan rawat inap cukup besar. Tahun 2016 rata-rata jumlah pasien gangguan jiwa yang rawat inap setiap bulannya mencapai 1.450 pasien, tahun 2017 mengalami peningkatan rata-rata rawat inap setiap bulannya mencapai 1.688 pasien. Kasus rawat inap skizofreniadi tahun 2017 pada bulan Januari 339 pasien, Bulan Februari sebanyak 281 pasien, Bulan Marret sebanyak 342 pasien, Bulan April sebanyak 343 pasien, Bulan Mei sebanyak 312 pasien, Bulan Juni sebanyak 320 pasien, Bulan Juli sebanyak 362 pasien, Bulan Agustus sebanyak 337 pasien, Bulan September sebanyak 317 pasien, Bulan Oktober sebanyak 358 pasien, dan Bulan November sebanyak 144 pasien. Sementara jumlah pasien yang keluar dari rawat inap pada tahun 2017 pada Bulan Januari 352 pasien, Bulan Februari sebanyak 333 pasien, Bulan Marret sebanyak 398 pasien, Bulan April sebanyak 356 pasien, Bulan Mei sebanyak 350 pasien, Bulan Juni sebanyak 315 pasien, Bulan Juli sebanyak 335 pasien, Bulan Agustus sebanyak 335 pasien, Bulan September sebanyak 332 pasien, dan Bulan Oktober sebanyak 356 pasien. Hasil wawancara ketika melaksanakan studi pendahuluan tentang dukungan keluarga terhadap pasien skizofrenia tidak semuanya bisa dilakukan dengan baik, seperti upaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penderita, hal ini disebabkan karena terkadang dalam kondisi yang sudah lelah kemudian ada beberapa tingkah laku penderita yang tidak wajar sehingga sering membuat keluarga tidak bisa menahan amarah dan sebagainya, sementara untuk dukungan terhadap kepatuhan kontrol juga tidak bisa dilakukan dengan baik terutama bagi pendeirta skizofrenia yang berasal dari luar Kota Semarang sehingga membutuhkan finansial yang tinggi, oleh karena itu tidak dapat melakukan kunjungan kontrol dengan baik. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan dukungan emosional keluarga dengan kesembuhan pasien skizofrenia di RSJD. Dr. Amino gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena tersebut maka rumusan maslah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan dukungan emosional keluarga dengan kesembuhan pasien skizofrenia di RSJD. Dr. Amino gondohutomo Provinsi Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan dukungan emosional keluarga dengan kesembuhan pasien skizofrenia di RSJD. Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan dukungan emosional keluarga terhadap penderita skizofrenia di RSJD. DR. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. b. Mendiskripsikan kesembuhan pasien skizofrenia di RSJD. Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. c. Menganalisis hubungan dukungan emosional keluarga dengan kesembuhan pasien skizofrenia di RSJD. Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk RSJD. Dr. Amino gondohutomo Provinsi Jawa Tengah untuk dapat mengetahui pentingnya kerjasama dengan anggota keluarga pasien dalam memberikan dukungan yang baik demi kesembuhan pasien. 2. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya memperlakukan penderita gangguan jiwa secara baik yaitu dengan memberikan lingkungan yang mendukung untuk kesembuhan penderita gangguan jiwa.

6 3. Bagi Peneliti Selajutnya Sebagai salah satu bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melalukan penelitian yang sejenis. E. Originalitas penelitian Tabel 1.1 Originalitas Penelitian Peneliti (tahun) Judul Desain Hasil Dwi Hartanto, Arif Widodo, Wachidah Yuniartika (2014) Munir muttar, (2012) Gambaran sikap dan dukungan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa di wilayah kecamatan kartasura Hubungan dukungan keluarga terhadap kesembuhan klien gangguan halusinasi di rumah sakit khusus daerah (rskd) provinsi sulawesi selatan tahun 2011 Studi deskriptif Dukungan keluarga yang diberikan yaitu terdiri dari (a) dukungan informasional (b) dukungan penilaian (c) dukungan instrumental (d) dukungan emosional. Dukungan tersebut semuanya baik. (5) Sikap dan dukungan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa di wilayah Kecamatan Kartasura adalah baik Cross sectional Hasil penelitian menemukan ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga terhadap kesembuhan klien gangguan halusinasi di Rumah sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Sulawesi Selatan