BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi bukan hanya masalah individu yang bersangkutan, tetapi menjadi perhatian bersama, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi mendapat perhatian kusus secara global, pada tahun 1994 di Kairo Mesir, diadakan Konperensi Internasional tentang kependudukan dan pembangunan yang di ikuti oleh sekitar 180 negara, termasuk indonesia. Di tingkat Internasional itu disepakati definisi Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecatatan dalam suatu hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Pinem, 2009). Remaja berasal dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau menjadi dewasa. Masa peralihan dari masa anak anak dengan masa dewasa disebut masa remaja. Menurut World Health Organization (WHO) masa remaja dimulai pada usia antara 12 sampai 24 tahun. Di Indonesia yang disebut remaja menurut Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan pada masa tersebut terjadi proses pematangan fisik maupun psikologis (Dariyo, 2004). Masa remaja disebut juga masa puberitas, merupakan masa transisi yang unik ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Pada remaja terjadi 1
perubahan organnobiologis yang cepat dan tidak seimbang dengan perubahan mental emosional (kejiwaan). Keadaan ini dapat membuat remaja bingung. Oleh karena itu perlu perhatian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan disekitarnya sehingga remaja dapat tumbuh dan berkembang nenjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, mental maupun psikososial (Pinem, 2009). Organ reproduksi menunjukkan perubahan yang dramatis pada saat pubertas, dimulai dengan pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Pengeluaran hormon ini menumbuhkan tanda seks skunder yang salah satunya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut dengan menarche. Kata menstruasi berasal dari bahasa latin yang berarti bulan, dan sering disebut dengan istilah mens atau haid. Menstruasi adalah terjadinya perdarahan melalui vagina yang bersifat fisiologis karena luruhnya lapisan endometrium dari dinding rahim. Pada siklus menstruasi endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang telah dibuahi setelah terjadi ovulasi dibawah pengaruh hormon ovarium yaitu estrogen dan progesteron. Saat menstruasi perawatan organorgan reproduksi sangatlah penting terutama kebersihan daerah kewanitaan, karena saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim mudah terkena infeksi (Kusmiran, 2011). Alat kelamin wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga/ruang rahim, saluran telur (tuba fallopi) yang bermuara didalam ruang perut. Karena hubungan langsung ini maka infeksi alat kelamin wanita terutama disebabkan oleh hubungan seksual yang tidak sehat dan 2
hygiene, sehingg infeksi pada bagian luarnya secara berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut. Dalam bentuk infeksi selaput dinding perut (peritonitis). Sistem pertahanan dari alat kelamin wanita cukup baik yaitu mulai dari sistem asam-basanya, pengeluaran lendir yang selalu mengalir kearah luar menyebabkan bakteri dibuang dan dalam bentuk mentruasi. Meskipun demikian infeksi sering terjadi dikarenakan kurangnya perawatan pada alat kelamin wanita. Angka kejadian infeksi saluran reproduksi (ISR) tertinggi di dunia adalah pada usia remaja (35%-42% ) dan dewasa remaja (27%-33%). Prevalensi ISR pada remaja di dunia tahun 2006 yaitu : kandidiasis (25%-50%), vaginosis bekterial (20%- 40%), dan trikomoniasis (5%-15%). Diantara negara-negara di Asia Tenggara, wanita indonesia lebih rentan mengalami ISR yang dipicu iklim Indonesia yang panas dan lembab (Puspitaningrum, 2010). Jumlah kasus ISR di Jawa Timur seperti candidiasis dan servisitis yang terjadi pada remaja putri sebanyak 86,5% ditemukan di Surabaya dan malang. Penyebab tertinggi dari kasus tersebut adalah jamur candida albican sebanyak 77% yang senang berkembang biak dengan kelembapan tinggi seperti pada saat mentruasi. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat yang memudahkan pertumbuhan jamur (Kasdu, 2008). Perempuan yang memiliki riwayat ISR mempunyai dampak buruk untuk masa depannya seperti: kemandulan, kangker leher rahim, dan kehamilan di luar kandungan (Rahayu, 2011). Penyebab utama penyakit ISR yaitu imunitas lemah (10%), perilaku kurang hygiene pada saat menstruasi (30%), dan lingkungan yang tidak bersih serta penggunaan pembalut yang kurang sehat saat mentruasi (50%) (Rahmatika, 2010). 3
Menurut data pusat statistik (BPS) dan Bappenas tahun 2010, sebagian besar dari 63 juta jiwa remaja di Indonesia rentan berprilaku tidak sehat (Aisyaroh, 2010). Perilaku buruk dalam menjaga hygiene pada saat mentruasi dapat menyadari pencetus timbulnya ISR (Ratna, 2010). Hasil penelitian Ariyani tentang aspek biopsikososial hygiene mentruasi siswa SMP di Jakarta tahun 2009 bahwa remaja putri yang memiliki perilaku menjaga kebersihan genetalia saat mentruasi yang baik hanya 17,4%. Remaja putri yang melakukan perilaku hygien pada saat menstruasi akan terhindari dari ISR dan merasa nyaman beraktivitas sehari-hari (Kissanti, 2008). Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan upaya harus dilakukan secara komprehensif berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promosi kesehatan untuk masalah kesehatan ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor perilaku dan non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya). Untuk faktor perilaku upaya yang dilakukan dapat melalui dua pendekatan, yakni: pendidikan (education) dan paksaan atau tekanan (coersion). Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat dikarenakan pendidikan merupakan upaya agar remaja berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberi kesadaran dan sebagainya. Dengan demikian pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat sangat penting untuk terus dilakukan karena mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). 4
Untuk mencapai tujuan pendidikan kesehatan perlu alih pengetahuan dan alih tehnologi tentang cara kerja, penggunaan alat bantu dalam melaksanakan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, cara pendekatan ke masyarakat merupakan hal-hal yang memegang peranan penting mencapai keberhasilan. Cara bekerja sambil belajar (learning by doing), pemahaman dan penghayatan tentang pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan peran pendidik kesehatan (tenaga penyuluh) sebagai anggota dari tim kesehatan masyarakat desa dapat langsung diterapkan. Karena pendidikan kesehatan yang berjalan sendiri tidaklah ada artinya. Pendidikan kesehatan baru ada artinya jika dilaksanakan bersama program kesehatan dan yang terbaik adalah jika pendidikan kesehatan dilaksanakan bersama program kesehatan dan masyarakat (Ali,2010). Salah satu metode pendidikan kesehatan adalah melalui pendidikan teman sebaya, yang merupakan suatu bentuk pendidikan yang dilakukan oleh penyuluhan. Penyuluhan merupakan metode pendididkan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat dalam upaya kesehatan, sesuai dengan sosial budaya setempat. Upaya penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan media cetak seperti leaflet, ataupun elektronik seperti pemutaran video, maupun media ruang. Dalam hal ini media digunakan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif. 5
Pemilihan penyuluhan pada remaja mengenai personal hygiene saat menstruasi sangatlah penting dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksinya. Pemberian penyuluhan nantinya sangat diharapkan sebagai metode dalam mengubah perilaku remaja yang selama ini tidak sadar akan kepentingan kebersihan personal hygiene menjadi sadar dan memahami pentingnya perilaku menjaga kebersihan personal hygiene. Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan reproduksi kepada remaja adalah menumbuhkan kesadaran dan memberi motivasi para remaja untuk memperhatikan kesehatan reproduksi mereka Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dapat menyebabkan perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pengetahuan yang kurang dikarenakan beberapa hal, yaitu penyampaian informasi yang kurang tepat atau kurang lengkap, sumber informasi yang salah, dan penyampaian informasi yang berlebihan sehingga menimbulkan sikap diskriminan di kalangan remaja tentang menstruasi (Sarwono, 2006). Penerapan pendidikan kesehatan melalui metode promosi kesehatan secara umum sangat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi untuk mereduksi penyimpangan seks, dan terjaganya kesehatan reproduksi mereka secara utuh, karena siswa adalah kelompok usia yang sangat rentan terhadap segala informasi yang menyimpang, dan cenderung cepat untuk mengadopsinya. Kebutuhan informasi kesehatan reproduksi bagi remaja SMU sangat mutlak diperlukan. Salah satu sumber informasi tersebut adalah melalui pendidikan 6
kesehatan di sekolah. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa remaja SMU relatif sedikit memperoleh informasi dari guru di sekolahnya. Hasil penelitian Ramdani dan Dewi (1996) terhadap 113 siswa SMP di Yogyakarta. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bagi remaja putri orang tua merupakan sumber informasi mengenai menstruasi, sedangkan bagi remaja putra sumber informasi mengenai mimpi basah adalah teman. Informasi tentang kehamilan juga tidak sama antara remaja putri dan remaja putra. Majalah, surat kabar, rubrik konsultasi ternyata banyak diminati oleh remaja perempuan untuk memuaskan keingintahuan mengenai resiko tinggi hubungan seksual. Informasi yang sering digunakan adalah guru, teman dan majalah. Keadaan ini memberikan suatu fenomena bahwa peran guru dalam pemberian informasi kesehatan reproduksi sangat penting. Hasil studi pendahuluan di SMU Cut Nyak Dhien Langsa jumlah Remaja putri sebanyak 102 siswi dan dilakukan wawancara 20 siswi pada kelas III dengan hasil hanya 2 orang siswi yang tahu tentang personal hygiene saat menstrusi dan 18 yang lain tidak tahu tentang personal hygiene saat mentruasi. Hal ini disebabkan berbagai faktor yaitu kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene pada saat menstruasi baik dari institusi maupun dari orang tua. Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan penyuluhan tentang personal hygiene dengan perilaku remaja putri pada saat mentruasi Di SMU Cut Nyak Dhien Langsa Tahun 2014. 7
1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan penyuluhan tentang personal hygiene dengan perilaku remaja putri pada saat mentruasi Di SMU Cut Nyak Dhien Langsa Tahun 2014. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan penyuluhan tentang personal hygiene dengan perilaku remaja putri pada saat mentruasi Di SMU Cut Nyak Dhien Langsa Tahun 2014. 1.4 Hipotesis Penelitian Ada hubungan penyuluhan tentang personal hygiene dengan perilaku remaja putri pada saat mentruasi Di SMU Cut Nyak Dhien Langsa Tahun 2014. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Langsa agar lebih aktif dalam memberikan informasi/penyuluhan berkitan dengan kesehatan remaja putri 2. Bahan masukan bagi pendidikan agar dapat mengadakan seminar di sekolah agar menambahkan pengetahuan bagi remaja putri kususnya tentang personal hygiene 3. Bahan masukan bagi remaja putri agar sering mencari informasi tentang kesehatan remaja putri terutama tentang personal hygiene 8