Gambaran Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata di Wilayah Kerja Puskesmas Candiroto Temanggung Laily Anggraeni, Yuliaji Siswanto, Luvi Dian A Luvyankghra@yahoo.com Program Studi D III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Upaya Departemen Kesehatan RI mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut dengan Desa Siaga. Namun kenyataannya satu Desa Siaga di wilayah kerja Puskesmas Candiroto masih mencapai Desa Siaga berstrata Pratama. Salah satunya yaitu kurangnya pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga berdasarkan Strata di wilayah kerja Puskesmas Candiroto, Temanggung. Desain penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah Anggota FKD di wilayah kerja Puskesmas Candiroto dengan teknik Total Sampling sehingga didapatkan 40 Anggota FKD Strata Pratama, Madya, Purnama, Mandiri dengan masing-masing 15 pertanyaan setiap Strata. Analisa data menggunakan analisa Univariat. Hasil penelitian ini diperoleh pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga berdasarkan Strata di wilayah kerja Puskesmas Candiroto Temanggung yaitu pengetahuan anggota FKD pada desa pratama dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 8 responden (80,0%). Pengetahuan anggota FKD pada desa madya dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 5 responden (50,0%). Pengetahuan anggota FKD pada desa purnama dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 5 responden (50,0%). Pengetahuan anggota FKD tentang desa siaga pada desa mandiri dalam kategori baik, yaitu sejumlah 7 orang (70,0%). Hasil penelitian ini diperoleh pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga berdasarkan Strata di wilayah kerja Puskesmas Candiroto Temanggung yaitu desa pratama kategori kurang, yaitu sejumlah 8 responden (80,0%), desa madya dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 5 responden (50,0%), desa purnama kategori cukup, yaitu sejumlah 5 responden(50,0%),desa mandiri dalam kategori baik, yaitu sejumlah 7 orang (70,0%). Kata Kunci : Anggota FKD,Desa Siaga Jurnal Gizi dan Kesehatan 104
PENDAHULUAN Pembangunan Kesehatan tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut, kesehatan dapat dikatakan sebagai unsur dominan, karena dari delapan agenda MDGs pertama, menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, kedua, mencapai pendidikan dasar untuk semua, Ketiga, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, keempat, menurunkan angka kematian anak, kelima, meningkatkan kesehatan Ibu, keenam, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, ketujuh, memastikan kelestarian lingkungan hidup, kedelapan, membangun kemitraan global untuk pembangunan. Lima diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga yang lain berkaitan secara tidak langsung. 1 Upaya Departemen Kesehatan RI menetapkan visi pembangunan kesehatan yaitu Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Strategi yang dikembangkan adalah menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut dengan desa siaga. 2 Tujuan Desa dan Kelurahan Siaga aktif yaitu percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli, tanggap dan mampu mengenal, mencegah, serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkat. 3 Sejak dikembangkannya Desa atau Kelurahan Siaga pada Tahun 2006, sampai pada tahun 2009 telah terbentuk 42.295 (56,1%) dari 75.410 Desa dan Kelurahan se- Indonesia. Namun demikian, belum semua Desa dan Kelurahan Siaga mencapai kondisi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang sesungguhnya. Atas pertimbangan tersebut diatas, perlu melaksanakan pengembangan Desa atau kelurahan Siaga guna mengakselerasi pencapaian target 80% Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada tahun 2015. 4 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan bentuk pengembangan dari Desa Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif merupakan desa atau kelurahan, yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan program berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Berdasarkan hal tersebut di atas maka Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki komponen (1) Pelayanan kesehatan dasar, (2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan, (3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 4 Cakupan Desa Siaga aktif di Jawa Tengah Tahun 2012 dan 2013 adalah (100%). Cakupan Strata Desa Siaga diwilayah Kabupaten Temanggung pada Tahun 2012 dan 2013 sama, tidak mengalami kenaikan untuk Strata Pratama (41%), Strata Madya (38%), Strata Purnama (16%), Strata Madya (5%). Cakupan Desa Siaga di Temanggung Wilayah Puskesmas Candiroto Temanggung tahun 2013 (100%) dari 14 Desa semuanya sudah menjadi desa siaga, untuk Strata Pratama (1 desa), Strata Madya (9 desa), Strata Purnama (3 desa), Strata Purnama (1 desa). 5 Salah satu langkah pokok yang dilakukan dalam program Desa Siaga yaitu Jurnal Gizi dan Kesehatan 105
pengembangan tim masyarakat, ini bertujuan untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya lain, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Tokoh masyarakat ini bertujuan agar mereka memahami dan mendukung khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga. 6 Kriteria yang ada untuk menjamin kemantapan dan kelestarian pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan memperhatikan kriteria atau unsur-unsur yang harus dipenuhi, yaitu pertama, kepedulian pemerintah desa atau kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan, kedua, Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, ketiga peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. 4 Pengembangan desa siaga yang dinamakan Forum kesehatan desa (FKD) merupakan wadah partisipasi dan lembaga kemasyarakatan bagi masyarakat dalam mengembangkan pembangunan kesehatan di tingkat desa atau kelurahan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di desa. FKD juga berfungsi untuk pemberdayaan di bidang kesehatan dalam alih informasi, pengetahuan, dan keterampilan dari pengurus FKD kepada warga masyarakat. 7 Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan tingkat Keberhasilan dan kemantapan seseorang dalam memutuskan suatu hal, seperti hal nya dalam pengembangan Desa Siaga, Tingkatan Desa Siaga ke Strata yang lebih tinggi tidak lepas dari indikator kriteria dan unsur-unsur berbagai pihak termasuk Anggota FKD, dimana dalam pengembangan Desa Siaga pengetahuan Anggota FKD menjadikan landasan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan didesa. Dalam pelaksanaan Program Desa Siaga tersebut,pentingnya pengetahuan bagi Anggota FKD menjadi salah satu pengaruh keberhasilan pengembangan Desa Siaga. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi korelasi dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Desa desa Muntung, Kentengsari, Muneng, Lempuyang pada 20-21 Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Anggota FKD di desa Muntung, Kentengsari, Muneng, Lempuyang sebanyak 40 responden. Teknik sampling yang digunakan ialah Total sampling. Sampel dalam penelitian ini yaitu semua Anggota FKD sebanyak 40 responden. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan membagikan kuesioner pada Anggota FKD sejumlah 40 responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada yaitu data jumlah Anggota FKD masing-masing desa. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan distribusi frekuensi. Jurnal Gizi dan Kesehatan 106
HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata di Wilayah Puskesmas Candiroto Temanggung Sub Variabel Jumlah (%) Desa Siaga Pratama Baik 0 0,0 Cukup 2 20,0 Kurang 8 80,0 Desa Siaga Madya Baik Cukup Kurang Desa Siaga Purnama Baik Cukup Kurang Desa Siaga Mandiri Baik Cukup Kurang 3 2 5 3 5 2 7 3 0 30,0 20,0 50,0 30,0 50,0 20,0 70,0 30,0 0,0 Total 10 100,0 Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa pengetahuan anggota FKD tentang desa siaga pada desa pratama sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 8 orang (80,0%), pengetahuan anggota FKD tentang desa siaga pada desa madya lebih banyak dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 5 orang (50,0%), pengetahuan anggota FKD tentang desa siaga pada desa purnama lebih banyak dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 5 orang (50,0%), dan pengetahuan anggota FKD tentang desa siaga pada desa mandiri lebih banyak dalam kategori baik, yaitu sejumlah 7 orang (70,0%). Grafik 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perbedaan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Desa Strata Pratama, Madya, Purnama, Mandiri di Wilayah Puskesmas Candiroto Temanggung, 2014 Berdasarkan bagan 4.1 dapat dilihat bahwa desa siaga dalam kategori baik yaitu Desa Siaga Strata Mandiri yaitu sebanyak 7 responden (70%). Desa siaga dalam kategori cukup yaitu Desa Siaga Strata Purnama yaitu sebanyak 5 responden (50%) dan desa siaga dalam kategori kurang yaitu Desa Siaga Strata Pratama sebanyak 8 responden (80%). PEMBAHASAN 1. Gambaran Pengetahuan FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata Pratama Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (80%), Hal ini dikarenakan banyak responden yang belum mengetahui tentang arti Desa Siaga (70%) Desa Siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Tujuan Desa Siaga (90%) Tujuan umum Desa Siaga yaitu Mengembangkan kepedulian dan kesiap siagaan masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri untuk mewujudkan Jurnal Gizi dan Kesehatan 107
Desa Siaga yang Tanggap, Sehat, Peduli. Pelaksanaan Desa Siaga (80%) Kriteria untuk sebuah desa dikembangkan menjadi desa siaga, apabila desa tersebut telah memili sekurang-kurangnya sebuah PKD atau tenaga profesional kesehatan yang siap melaksanakn kegiatan.prinsip pengembangan Desa siaga (70%) Prinsip respons segera begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes dan RSUD) (Dinkes Prov Jateng,2008). Penentuan strata desa siaga dalam strata pratama pencapaian rumah tangga sehat (80%) Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) kurang dari 20%. Kurangnya pengetahuan responden tentang Desa Siaga kemungkinan dipengaruhi oleh kurang aktifnya mencari tahu dan kurang aktif dalam mengikuti penyuluhan pendidikan promosi kesehatan tentang Desa Siaga yang diberikan kepada Anggota FKD, karena informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan belum cukup jelas, sehingga responden berpengetahuan kurang tentang Desa Siaga. Dilihat dari hasil penelitian pengetahuan responden yang kurang tentang Desa Siaga kemungkinan dipengaruhi oleh Pendidikan yaitu sebanyak 5 responden berpendidikan SMP (62,5%) sebagian besar responden yang mempunyai tingkat pendidikan menengah, mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang, hal ini dikarenakan semakin rendah tingkat pendidikan, maka semakin berkurang pula pengetahuan yang dimilikinya sehingga kurangnya informasi dan pemahaman tentang Desa Siaga,semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuannya akan semakin baik. 8 Dilihat dari Pekerjaan Sebagian besar responden bekerja sebagai Petani, sebanyak 4 Responden (40%), ini kemungkinan dikarenakan sebagian besar waktu untuk bekerja dan tidak sempat untuk mencari tahu dan memahami tentang Desa Siaga, responden yang bekerja dapat lebih memanfaatkan lingkungan pekerjaan untuk digunakan sebagai sarana informasi yaitu dengan bertukar pikiran. 9 2. Gambaran Pengetahuan FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata Madya Dilihat hasil penelitian kategori kurang 5 responden (50%). Hal ini disebabkan karena responden kurang mengetahui tentang Pengertian Desa Siaga (60%) Desa Siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Tujuan desa siaga (50%) Tujuan umum Desa Siaga yaitu Mengembangkan kepedulian dan kesiap siagaan masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri untuk mewujudkan Desa Siaga yang Tanggap, Sehat, Peduli. Pelaksanaan desa siaga (80%) Kriteria untuk sebuah desa dikembangkan menjadi desa siaga, apabila desa tersebut telah memili sekurangkurangnya sebuah PKD atau tenaga profesional kesehatan yang siap melaksanakn kegiatan. Prinsip desa siaga (50%) Prinsip respons segera begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes dan RSUD). Banyaknya responden yang memiliki pengetahuan kurang kemungkinan disebabkan karena pendidikan menengah SMP sebanyak 4 responden (80%), mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang, hal ini dikarenakan semakin rendah tingkat pendidikan, maka semakin kurang pula pengetahuan yang dimilikinya, pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya yaitu sumber informasi. 10 Hal ini sependapat dengan Y.B Mantra yaitu pendidikan dapat mempengaruhi Jurnal Gizi dan Kesehatan 108
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Mariner yaitu lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengetahuannya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 11 Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. 12 Dilihat dari hasil penelitian sebagian besar memiliki pekerjaan Buruh dan petani yaitu 4 responden (80%) ini kemungkinan karena pekerjaan mereka yang menghabiskan banyak waktu sehingga mereka belum sempat untuk lebih memahami dan mengetahui tentang desa siaga. bahwa pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan. Sumber informasi yang diperoleh dari media elektronik yaitu seperti TV, televisi, radio, internet. Sumber informasi dari media cetak yaitu majalah, koran, tabloid. 10 3. Gambaran Pengetahuan FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata Purnama Dilihat dari hasil penelitian menunjukkan responden dalam kategori kurang 2 responden (20%). Hal ini disebabkan responden belum mengetahui tentang Penentuan strata desa siaga (50%) bahwa FKD dalam desa siaga Purnama minimal rapat 1 tahun 3 kali dan Pencapaian rumah tangga sehat pada desa siaga purnama (30-40%). Penentuan strata harus dipertanggung jawabkan termasuk Objektif dan jujur (50%) Obyektif dan jujur, dengan pengertian bahwa hasil dari penentuan strata desa/kelurahan siaga yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi maupun secara moral. Dilihat dari hasil penelitian responden sebagian besar memiliki pendidikan menengah yang kurang yaitu SMP sebanyak 2 responden (100%). Pendidikan penting karena pendidikan dipengaruhi oleh pola pikir seseorang tentang sesuatu yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan tertentu. 10 Dilihat dari hasil penelitian responden sebagian besar bekerja sebagai Buruh sebanyak 2 responden (100%) ini karena responden tidak mencari informasi dari media elektronik atau buku sehingga pengetahuan yang di dapat kurang karena terlalu sibuk dengan bekerja, bahwa pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan. 8 4. Gambaran Pengetahuan FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata Mandiri Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 7 responden (70%). Hal ini dikarenakan responden sudah mengetahui tentang Pengertian desa siaga yaitu desa yang memiliki kesiap siagaan segera (90%), dan dapat mengatasi masalah kesehatan secara mandiri (80%).Tujuan desa siaga terwujudnya masyarakat yang Tanggap, Sehat, Peduli (80%). Pelaksanaan dalam desa siaga memiliki bentuk kegiatan upaya kesehatan kecuali ambulan desa (90%). Prinsip pengembangan desa siaga mengandung arti Siap Siaga (90%). Komponen dalam desa siaga PKD, FKD, Gotong royong (90%). Penentuan strata desa Siaga FKD minimal rapat 1 tahun 12 kali (80%), dalam pencapaian rumah tangga sehat >40% (80%), memiliki kader minimal 9-10 orang (80%), penentuan ini dapat dipertanggungjawabkan termasuk Objektif dan jujur (80%), bentuk pembiayaan kesehatan dimasyarakat kecuali Ambulan desa dan donor darah (90%). Jurnal Gizi dan Kesehatan 109
Dilihat dari hasil diatas sebagian Besar Responden berpengetahuan Baik. Hal ini dikarenakan sumber informasi yang didapatkan responden lebih banyak dan responden juga sudah cukup jelas dengan penjelasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, sehingga pengetahuan yang diterima lebih bisa dipahami serta dimengerti oleh responden. Responden yang berpengetahuan Baik sebagian besar Anggota FKD berpendidikan SMA sebanyak 8 responden (80%). Dilihat dari tingkat Pendidikan Anggota FKD menengah keatas juga dapat mempengaruhi pengetahuan responden. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 10 Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. 12 Dilihat dari hasil penelitian sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta yang bekerja akan mudah menerima informasi karena adanya saling bertukar informasi saat bekerja sehingga pengetahuan yang di dapat cukup baik, bahwa bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Pekerjaan akan mempermudah seseorang dalam memperoleh pengetahuan dari interaksi rekan-rekan yang berada pada tempat kerjanya. 11 5. Gambaran Perbedaan FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata Pratama, Madya Purnama, Mandiri Dilihat dari hasil penelitian Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Pratama, Madya, Purnama, Mandiri yaitu bahwa desa siaga dalam kategori baik yaitu Desa Siaga Strata Mandiri yaitu sebanyak 7 responden (70%). Desa siaga dalam kategori cukup yaitu Desa Siaga Strata Purnama yaitu sebanyak 5 responden (50%) dan desa siaga dalam kategori kurang yaitu Desa Siaga Strata Pratama sebanyak 8 responden (80%). SIMPULAN 1. Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Pratama yaitu kategori Baik 0 responden (0%), kategori Cukup 2 responden (20%), kategori Kurang 8 responden (80%). Dengan demikian pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Desa Siaga Strata Pratama sebagian besar berpengetahuan Kurang sebanyak 8 responden (80%) 2. Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Madya yaitu kategori Baik 3 responden (30%), kategori Cukup 2 responden (20%), kategori Kurang 5 responden (50%). Dengan demikian pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Desa Siaga Strata Madya sebagian besar berpengetahuan Kurang sebanyak 5 responden (50%) 3. Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Purnama yaitu kategori Baik 3 responden (30%), kategori Cukup 5 responden (50%), kategori Kurang 2 responden (20%). Dengan demikian pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Desa Siaga Strata Purnama sebagian besar berpengetahuan Cukup sebanyak 5 responden (50%) 4. Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Mandiri yaitu kategori Baik 7 responden (70%), kategori Cukup 3 responden (30,0%), kategori Kurang 0 responden (0%). Dengan demikian pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Desa Siaga Strata Pratama sebagian besar berpengetahuan Baik sebanyak 7 responden (70%) 5. Perbedaan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Pratama, Madya, Purnama, Mandiri yaitu bahwa desa siaga dalam kategori baik yaitu Desa Siaga Strata Mandiri yaitu sebanyak 7 Jurnal Gizi dan Kesehatan 110
responden (70%). Desa siaga dalam kategori cukup yaitu Desa Siaga Strata Purnama yaitu sebanyak 5 responden (50%) dan desa siaga dalam kategori kurang yaitu Desa Siaga Strata Pratama sebanyak 8 responden (80%), DAFTAR PUSTAKA 1. DepKes, RI.2010. Pengembangan Desa Siaga Dan Keluarga Siaga Aktif. Semarang : DepKes RI 2. DepKes, RI. 2010. Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan tokoh Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siga. Semarang : DepKes RI 3. DepKes, RI 2011. Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja Operasional dan Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Semarang: DepKes RI 4. DepKes, RI 2010. Pedoman Pelaksanaan strata Desa/ Kelurahan Siaga Aktif Propinsi Jawa Tengah. Semarang : DepKes RI 5. DinKes Jateng. 2013. http://id.dinkesjatengprov.go/profil Kesehatan Jawa Tengah 2013. 22 Mei 2014. 6. Lisnawati, lilis. 2013. Buku Praktis Kebidanan Komunitas. Jakarta; Trans Info Media 7. DepKes, RI. 2011. Pengembangan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga Aktif. Semarang : DepKes RI 8. Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 9. Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 10. Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta 11. Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPSP. P: 111, 114, 643 12. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk, (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jurnal Gizi dan Kesehatan 111