TINJAUAN PUSTAKA. lahan gambut di Indonesia diperkirakan berkisar antara juta Ha. Data yang

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. sedikit mengalami perombakan. Dalam pengertian ini tidak berarti bahwa setiap

TINJAUAN PUSTAKA. dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (Noor, 2001).

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

Pengelolaan lahan gambut

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tanah Gambut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian baik untuk

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanah Gambut

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belangkang. Dalam usaha peningkatan produksi pertanian perluasanya pengelolaan tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN A.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah Oxisols

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Lahan gambut merupakan lahan marginal untuk pertanian karena kesuburannya yang rendah, ph sangat asam dan keadaan drainase jelek. Luas lahan gambut di Indonesia diperkirakan berkisar antara 17-21 juta Ha. Data yang akurat mengenali luas lahan gambut sulit ditebakkarena terbatasnya survei dan pemetaan tanah gambut di daerah Indonesia Timur. Dengan luasan yang cukup besar yaitu berkisar 9-11% dari luas daratan di Indonesia, maka sulit dihindari pengembangan pertanian ke lahan marginal ini (Balai Penelitian Tanah, 2011) Yang dimaksud dengan lahan gambut adalah bentukan gambut beserta vegetasi yang terdapat diatasnya yang terbentuk di daerah yang topografinya rendah dan bercurah hujan tinggi atau di daerah yang suhunya sangat rendah. Tanah gambut adalah tanah-tanah yang terdapat pada deposit gambut. Ia mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi dan kedalaman gambut yang minimum. Istilah gambut mengacu pada tumbpukan bahan yang terbentuk dari serasah organik tanaman yang terurai pada kondisi jenuh air, dimana laju penambahan material organik lebih cepat daripada laju peruraiannya (Radjagukguk, 2001). Mukhlis dkk, (2011) Tanaman dan mikroorganisme juga menghasilkan CO 2 melalui proses respirasi. Selama periode pertumbuhan aktif akar tanaman dan organisme tanah menghasilkan CO 2 tanah dan terlarut sehingga ph tanah menjadi lebih asam. Kemasaman tanah gambut disebabkan oleh kandungan asam organik yang terdapat pada koloid gambut. Dekomposisi bahan organik pada kondisi anaerob menyebabkan terbentuknya senyawa fenolat dan karboksilat yang menyebabkan

tingginya kemasaman gambut. Selain itu terbentuknya senyawa fenolat dan karboksilat dapat meracuni tanaman (Sabiham, 1996). Lahan gambut mempunyai karakteristik (baik fisik maupun kimia) yang berbeda dengan tanah mineral, sehingga untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan lahan, diperlukan penanganan yang bersifat spesifik. Sifat fisik lahan gambut yang penting untuk dipelajari sehubungan dengan penggunaan lahan gambut untuk pertanian adalah tingkat kematangan, kadar air, berat jenis (BD), subsiden (penurunan permukaan lahan gambut), dan sifat kering tak balik. Sifat kimia tanah gambut yang yang tergolong spesifik di antaranya adalah tingkat kemasaman tanah yang tinggi, miskin hara, KTK tinggi dengan kejenuhan basa rendah. Drainase selain ditujukan untuk membuang kelebihan air (termasuk asamasam organik), juga menyebabkan perubahan sifat-sifat tanah gambut sehingga menjadi lebih sesuai untuk pertumbuhan tanaman atau terjadi perubahan kelas kesesuaian lahan gambut yang secara aktual umumnya tergolong sesuai marginal. Namun demikian drainase harus dilakukan secara terkendali, salah satunya untuk melindungi cadangan karbon lahan gambut yang demikian besar. Agar pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian tidak berdampak buruk terhadap lingkungan, maka pemanfaatannya harus hati-hati melalui pengelolaan yang berwawasan lingkungan (Dariah dkk, 2010). Tingkat kesuburan gambut ditentukan oleh kandungan batuan mineral dan basa-basa, bahan substranum/dasar gambut dan ketebalan lapisan gambut. Gambut di Sumatera relatif lebih subur dibandingkan dengan gambut di Kalimantan. Berdasarkan lingkungan pembentukannya gambut dibedakan atas : (1) Gambut ombrogen yaitu gambut yang terbentuk pada lingkungan yang hanya

dipengaruhi oleh air hujan, (2) Gambut topogen yaitu gambut yang terbentuk di llingkungan yang mendapat pengayaan air pasang. Dengan demikian gambut topogen akan lebih kaya mineral dan lebih subur dibandingkan dengan gambut ombrogen (Agus dan Subiksa, 2008). Kadar N pada tanah gambut relatif tinggi, sedangkan kadar P beragam. Namun sebagian N dan P dalam bentuk organik sehingga memerlukan proses mineralisasi untuk dapat digunakan tanaman. Kadar N pada tanah gambut kayukayuan berkisar 0,3% - 4,0% dan untuk gambut Indonesia berkisar 1% - 2% dan hanya sekitar separuhnya saja yang dapatdiserap oleh tanaman. Tingkat keasaman gambut mempunyai kisaran sangat lebar. Umumnya tanah gambut tropik, terutama gambut ombrogen (oligotropik), mempunyai kisaran ph 3,0-4,5 kecuali yang mendapat penyusupan air laut atau payau. Kemasaman tanah gambut cenderung makin tinggi jika gambut makin tebal. Gambut dangkal mempunyai ph antara 4,0 5,1, sedangkan gambut dalam ph nya antara 3,1 3,9 dimana sumber keasaman yang berperan pada tanah gambut adalah pirit dan asam-asam organik (Noor,2011). Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno, 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan bergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh : reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik dan, pengapuran serta pemupukan. Meskipun lahan gambut memiliki kapasitas tukar kation (KTK) yang sangat tinggi

(90-200 me 100g-1), namun kejenuhan basa (KB) sangat rendah, yang berakibat terhadap rendahnya ketersediaan hara terutama K, Ca, dan Mg (Dariah dkk, 2010). Pupuk kandang serta bahan amelioran yang kaya dengan kation polivalen menjadi amelioran yang sangat efektif untuk meningkatkan produktivitas lahan dan stabilitas gambut. Stabilitas gambut sangat terkait dengan adanya proses kompleksasi asam-asam organik sehingga lebih tahan terhadap degradasi sehingga emisi karbon berkurang. Kompleksasi asam-asam organic fenolat oleh kation polivalen mengurangi sifat meracun asam-asam tersebut sehingga perkembangan akar tanaman tidak terganggu. Pemupukan dengan pupuk makro dan mikro penting untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Ameliorasi dan pemupukan bersifat sinergis karena ameliorasi meningkatkan efektivitas pemupukan (Subiksa dkk, 2015). Debu Vulkanik Abu vulkan yang berukuran dari debu sampai pasir, banyak mengandung gelas vulkanik, sedikit feldspar, dan mineral kelam (mineral Fe dan Mg) serta sejumlah kuarsa. Di beberapa tempat ditemukan pula abu vulkanik yang tidak mengandung gelas api kaya akan fragmen batuan.kebanyakan abu vulkan bersifat andesitic terutama pada gunung-gunung api sekitar pasifik. Abu vulkan yang berasal dari gunung api di Indonesia umumnya bersifat andesitik sampai balastik (Hardjowigeno, 1993). Pasir vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu (Anda dan Wahdini 2010). Mineral tersebut berpotensi sebagai penambah

cadangan mineral tanah, memperkaya susunan kimia dan memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki tanah-tanah miskin hara atau tanah yang sudah mengalami pelapukan lanjut (Sediyarso dan Suping, 1987). Partikel debu vulkanik setelah jatuh ke tanah akan memadatkan tanah yang akan meningkatkan bulk density dari tanah tersebut. Dari penelitian Suriadikarta dkk, (2010) terjadi pemadatan tanah akibat penutupan tanah oleh debu vulkanik Gunung Merapi yang terlihat dari peningkatan BD, yaitu pada ketebalan 29 cm BD tanah menjadi 1,37-1,41 g/cm 3 dengan permeabilitas 0,92-5,69 cm/jam di daerah Kepuharjo. Pada daerah Belarente dan Paten dengan ketebalan 10 cm dan 5 cm masih berpengaruh terhadap kepadatan tanah dan cukup sulit untuk ditembus oleh air. Dampak negatif lainnya adalah terkandungnya logam-logam berat dalam debu vulkanik tersebut. Berdasarkan analisis di PPKS Sumatera Utara diketahui bahwa debu vulkanik Gunung Sinabung memiliki ph (H 2 O) 4,75 ; mengandung S (0,70%) ; P 2 O 5 -total (0,24%) ; MgO (0,03%) ; K 2 O (0,12%) ; C-organik (2,44%) ; Na (0,89%) ; N-total (0,07%) ; B (4,04 ppm) ; Fe (1,14%) ; SiO 2 (22,50%) ; Cd (98,98 ppm) ; Pb (46,46 ppm) ; Ec (46,3 mmho/cm 3 ) dan KTK (6,94 me/100 g). Hasil penelitian Andhika (2011) menunjukkan bahwa pemberian debu vulkanik pada tanah inseptisol berpengaruh nyata meningkatkan Cd-dd, Cu-dd dan Pb-dd tanah dibandingkan dengan tanpa pemberian debu vulkanik. Banyaknya hara yang disumbangkan oleh abu letusan tergantung dari tebalnya tutupan dan kandungan hara mineralnya. Secara umum sifat kimia abu letusan dapat dibedakan berdasarkan kandungan silika (SiO2%) yaitu abu bersifat

basis (45-55%), intermedier (55-62%) dan masam (>62%). Makin asam abu letusan makin sedikit cadangan unsur hara yang dilepaskan. Dari berbagai data alasisa total kandungan unsur dalam abu volkan, umumnya abu letusan di Indonesia termasuk bersifat intermedier dan peralihan dari basis ke intermedier. Dengan sifat tersebut maka cadangan kandungan hara dalam mineral abu letusan masih termasuk tinggi. Contoh perhitungan cadangan hara menggunakan data analisa letusan gunung Merapi di Yogyakarta pada November 2010 di tunjukkan pada tabel 1. Pada tabel tersebut disajikan total cadangan unsur Ca, Mg, K, Na, P dan S sebagai contoh. Tabel 1. Perhitungan cadangan unsur hara pada abu vulkan pada berbagai ketebalan Unsur Ketebalan Abu (cm) 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 4.0 5.0 ------------------------------------ t/ha --------------------------------------------- Ca 3.61 7.32 10.98 14.64 18.30 21.96 29.28 36.60 Mg 0.65 1.21 1.81 2.42 3.02 3.63 4.48 6.05 K 1.22 2.44 3.66 4.88 6.10 7.32 9.76 12.20 Na 2.43 4.85 7.28 9.71 12.14 14.56 19.42 24.27 P 0.12 0.24 0.36 0.48 0.60 0.72 0.95 1.19 S 0.06 0.12 0.18 0.24 0.29 0.35 0.47 0.59 Sumber: Badan Litbang Pertanian (Edisi 21-27 September 2011 No.3423 Tahun XLII) Budidaya Padi di Lahan Gambut Pemanfaatan lahan gambut dalam bidang pertanian terutama untuk budidaya padi sawah memiliki beberapa hambatan secara kimia. Karakteristik kimia tanah gambut di Indonesia cukup beragam. Sifat kimia tanah gambut Indonesia yang terutama antara lain sifatnya yang sangat masam dengan kisaran ph 3-5, basa-basa dapat ditukarkan yang rendah, serta unsur mikro (Cu, Zn dan Mo) yang sangat rendah dan diikat cukup kuat oleh bahan organik sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Agus dan Subiksa, 2008).

Budidaya padi sawah di lahan gambut beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya varietas padi yang dianjurkan untuk ditanam di lahan rawa bisa dibedakan atas varietas unggul lokal dan varietas unggul introduksi karena varietas unggul lokal biasanya memiliki adaptasi yang relatif lebih baik sehingga sangat dianjurkan untuk lahan yang baru dibuka (Nijayati et al, 2005). Selanjutnya menurut Soewito et al. (1995), selama ini sumbangan varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional cukup besar. Disamping itu, varietas unggul pada umumnya berumur pendek (genjah) sehingga sangat penting artinya bagi petani dalam mengatur pola tanam. Varietas dendang memiliki toleransi sedang hingga peka terhadap keracunan Fe di Tamanbojo Lampung. Dibanding dengan varietas Batanghari, Punggur dan Indragiri, varietas Dendang memiliki produksi lebih tinggi (2,3 ton/ha) dan keempatnya dapat beradaptasi pada lahan gambut maupun sulfat masam potensial dan hasilnya cukup tinggi di lahan rawa pasang surut (Suhartini, 2004).