BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Soemarso (2004:34) Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan merupakan ikhtisar pelaporan dari peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Selain itu laporan keuangan dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang perusahaan di masa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang. Jadi, selain untuk menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai kinerja manajemen perusahaan untuk membuat keputusan, juga sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. 2.1.3 Komponen Laporan Keuangan Komponen laporan keuangan sebagaimana dikemukakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 paragraf 07, 08, dan 09 (IAI, 2004) Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: (a) Neraca, (b) laporan laba rugi, (c) laporan ekuitas pemilik, (d) laporan arus kas, (e) catatan atas laporan keuangan.
Perusahaan dianjurkan untuk menyajikan telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan dan kondisi ketidakpastian. Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. 2.1.4 Dividen Kas Stice et al (2004:902) menyatakan bahwa Deviden adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Besarnya dividen yang dibagikan biasanya tercermin dalam devidend pay out ratio (DPR). DPR merupakan ratio hasil perbandingan antara deviden dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali (reinvesment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan. Menurut Sjahrial (2007:260), berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan :
1. Posisi likuiditas perusahaan Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan. 2. Kebutuhan dana untuk membayar utang Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar utang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen semakin kecil. 3. Rencana perluasan usaha. Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen. 4. Pengawasan terhadap perusahaan. Kebijakan pembiayaan : untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber internal, antara lain laba. Bagi perusahaan publik pembagian dividen dilakukan secara teratur setiap tahun. Menurut Sjahrial (2007:259), metode standar pembayaran dividen tunai adalah sebagai berikut: 1. Tanggal pengumuman: Board of Directors mengumumkan tentang pembayaran dividen. 2. Tanggal pencatatan: Dividen yang diumumkan untuk dibagikan kepada para pemegang saham dicatat pada suatu tanggal yang khusus. 3. Tanggal Ex-Dividend: Sejumlah saham menjadi ex-dividend pada tanggal penjual diberi hak untuk menyimpan dividen, menurut aturan-aturan bursa efek: NYSE, saham-saham yang diperdagangkan exdividend pada dan sesudah hari kedua. 4. Tanggal pembayaran: Cek pembayaran dividen dikirimkan kepada buku para pemegang saham. Dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai, dividen dalam bentuk aktiva yang lain (property dividend), dividen dalam bentuk surat utang (notes), ataupun dividen dalam bentuk saham (stock dividend). Dividen kas adalah distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah perusahaan kepada
pemegang sahamnya.para investor beranggapan dividen yang diterima dalam bentuk kas lebih menggambarkan seberapa besar return dari modal yang mereka tanamkan dan memberikan kepuasan tersendiri. 2.1.5 Return On Investment (ROI) Menurut Munawir (1995:89) ROI (Return On Investment) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi semakin besar. Return yang akan diterima oleh investor dapat berupa pendapatan dividend dan capital gain. 2.1.6 Cash Ratio Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 1983: 211). Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan
keyakinan perusahaan untuk membayar dividen tunai (cash dividend) yang diharapkan oleh investor (Parthington, 1989: 169). 2.1.7 Current Ratio Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10). Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28): 1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar. 2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar. 3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar.
2.1.8 Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) merupakan komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Tjiptono dan Hendry, 2001 : 139). Besarnya Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan. bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham dalam perusahaan. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tsaniyah (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh ROI, EPS, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, PER terhadap dividen kas pada perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap dividen kas, sedangkan ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, PER
tidak berpengaruh signifikan terhadap Cash dividend. Akan tetapi dalam penelitian ini Tsaniyah membuktikan bahwa secara simultan variabel EPS, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, PER berpengaruh signifikan terhadap dividen kas (Y). Penelitian yang dilakukan oleh Turnip (2009) mengenai pengaruh Current Ratio, DTA, ROI, dan EPS terhadap dividen kas pada perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa secara parsial, hanya variabel EPS yang memiliki pengaruh signifikan terhadap dividen kas, sedangkan variabel independen yang lain yaitu Current Ratio, DTA, dan ROI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen kas. Akan tetapi, dalam penelitian ini Turnip membuktikan bahwa secara simultan variabel Current Ratio, DTA, ROI, dan EPS memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap dividen kas. Selain itu penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Vianita dan Amperaningrum (2012), dengan judul penelitian Analisis Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara parsial, variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap dividen kas adalah ROA, EPS, DPR, sedangkan Cash Ratio, Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.
Berikut adalah tabel ringkasan tinjauan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dividen kas yang ditunjukkan dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Peneliti Judul Variabel Kesimpulan Tsaniyah (2009) Turnip (2009) Vianita dan Amperan ingrum (2012) Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Kas Di Bursa Efek Indonesia Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt To Total Assets, Return On Investmen, dan Earning Per Share Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Terbuka di Bursa Efek Indonesia Analisis Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 Variabel Independen : ROI, EPS, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, PER Variabel Dependen : Dividen Kas Variabel Independen : Current Ratio, DTA, ROI, dan EPS Variabel Dependen : Dividen Kas Variabel Independen : ROA, EPS, DPR, Cash Ratio, Current Ratio Variabel Dependen : Dividen Kas Secara parsial hanya variabel EPS yang berpengaruh signifikan terhadap dividen kas, sedangkan ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, PER tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas Secara parsial hanya variabel EPS yang memiliki pengaruh signifikan terhadap dividen kas, sedangkan variabel independen yang lain yaitu Current Ratio, DTA, dan ROI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen kas Secara parsial, variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap dividen kas adalah ROA, EPS, DPR, sedangkan Cash Ratio, Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.
Berdasarkan review yang terdapat pada Tabel 2.1, dapat ditarik kesimpulan yaitu secara parsial hanya variabel EPS yang berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Namun pada penelitian yang sudah dilakukan oleh Vianita dan Amperaningrum (2012) juga didapatkan variabel lain yang berpengaruh signifikan secara parsial yaitu ROA dan DPR. 2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teoritis, dan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1. Return on Investment (X 1 ) Cash Ratio (X 2 ) Current Ratio (X 3 ) H 1 H 2 H 3 DIVIDEND CASH (Y) Earning Per Share (X 4 ) H 4 H 5 Gambar 2.1 KERANGKA KONSEPTUAL Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2013
2.4 Hipotesis Penelitian Menurut Rochaety (2007 : 31), hipotesis penelitian merupakan anggapan peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H 1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return on Investment (ROI) terhadap dividen kas. 2. H 2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Cash Ratio terhadap dividen kas. 3. H 3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Current Ratio terhadap dividen kas. 4. H 4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Earning Per Share (EPS) terhadap dividen kas. 5. H 5 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return on Investment (ROI), Cash Ratio, Current Ratio, Earning Per Share (EPS) secara bersama-sama terhadap dividen kas.