UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI PASIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT GRHASIA YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2007-DESEMBER 2009

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

Transkripsi:

PERUBAHAN KEMAMPUAN KOGNITIF KLIEN SKIZOFRENIA SETELAH DIBERIKAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Memenuhi syarat mencapai derajad sarjana S1 Keperawatan OLEH : EKA MULYANA SARI J 210 040 012 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa psikosa terbanyak adalah skizofrenia. Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi skizofrenia secara umum berkisar antara 0,2%-2,0%. Di Indonesia angka prevalensi skizofrenia yang tercatat di Depkes berdasarkan survey di rumah sakit (1983), antara 0,5%-0,15% (Hawari, 2002), dengan perkiraan bahwa 90% dari penderita skizofrenia mengalami halusinasi pada saat mereka sakit (Chapman cit Varcaloces, 1990). Selama tahun 2005, masyarakat yang telah melakukan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Mataram sejumlah 7.089 orang. Dengan perincian A. Penderita laki-laki 4.183 dan perempuan 2.906, usia klien terbanyak adalah 15-24 tahun mencapai 2.735 orang. B. Klien dengan usia 25-44 tahun sebanyak 2.127 orang. C. Berdasarkan pendidikan klien, 2.765 orang berpendidikan SLTA, 1.630 orang tidak sekolah/buta huruf, 993 orang tamat SD, 919 orang berpendidikan perguruan tinggi/akademi, dan berpendidikan SLTP 782 orang (Khafid, 2005). Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 bahwa 185 dari 1000 anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa dengan angka bunuh diri 1,6 sampai dengan 1,8 per 100.000 penduduk (Panggabean, 2003).

Menurut Wijaya (2002), empat besar kasus penderita yakni klien dengan paranoid sebanyak 359 orang, skizofrenia 290 orang, depresi 286 orang dan gangguan psikologis akut 269 orang. Penderita lainnya mengalami neurosa, epilepsi, gangguan afektif, parafrenia, retardasi mental, sindrom ketergantungan obat dan lainnya. Angka kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Surakarta menjadi jumlah kasus terbanyak dengan jumlah 1.893 ( 72,2 % ) klien dari 2.605 klien yang tercatat dari jumlah seluruh klien dari tahun 2004. Skizofrenia heberfrenik 471, paranoid 648, tidak khas 317, katatonik 95, residual 116, dalam remisi 15 (Rekam medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, 2005). Riset keperawatan menunjukan bahwa intervensi keperawatan memulangkan klien yang berpusat pada keluarga dan orientasi tingkat kognitif dapat membantu klien untuk mengatur kebutuhan sosial, vokasional dan psikologis lingkungan setelah klien pulang dari rumah sakit ( Nurjannah, 2005 ). Dari sini perlu dilakukan peningkatan kemampuan kognitif klien untuk menunjang kesembuhan disamping berpusat pula pada keluarga klien itu sendiri. Dengan demikian, penerapan stimulasi persepsi diharapkan akan mampu memberikan pengaruh yang bermanfaat untuk kesembuhan klien, dengan menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Terutama bagi klien skizofrenia yang merupakan sekelompok gangguan psikosis dengan gangguan dasar

kepribadian, distersi khas pada proses pikir, kadang-kadang ada perasaan bahwa dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya sendiri, kadang-kadang terjadi keanehan yang berbentuk gangguan persepsi, afek abnormal yang bertolak belakang dengan keadaan dan realita, tetapi pada dasarnya kesadaran dan kapasitas intelektualnya masih di batas normal atau tidak terganggu ( Dep Kes RI, 1995 ). Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan peneliti di rumah sakit daerah Surakarta, diperoleh informasi yang menyatakan bahwa di rumah sakit daerah Surakarta sebelumnya telah dilakukan dan di canangkan tentang pemberian terapi aktifitas kelompok bagi klien skizofrenia. Di rumah sakit jiwa daerah Surakarta ini sendiri juga telah banyak diberikan model terapi, seperti musik, bermain dan lain-lain. Pemberian terapi aktifitas kelompok sebenarnya sudah pernah diberikan pada klien skizofrenia, tetapi pemberian terapi aktifitas kelompok ini tidak dilakukan secara rutin dikarenakan telah banyak macam terapi yang telah diterapkan di rumah sakit daerah Surakarta dan telah dijadikan sebagai terapi rutin bagi klien. Telah banyak penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit jiwa daerah Surakarta berhubungan dengan gangguan jiwa skizofrenia. Tetapi pemberian terapi aktifitas kelompok itu sendiri lebih sering diberikan oleh praktikan dari berbagai perguruan tinggi di daerah Surakarata dan sekitarnya. Jadi, penelitian tentang pemberian terapi aktifitas kelompok

masih jarang dilakukan di rumah sakit jiwa daerah Surakarta ( wawancara dengan petugas kesehatan ). Sebagaimana telah diketahui bahwa kebanyakan klien skizofrenia mengalami gejala halusinasi yang merupakan manifestasi dari ketidakmampuan klienberadaptasi dalam kehidupan dan lingkungan yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa skizofrenia. Pada klien skizofrenia terjadi gangguan proses pikir dan gangguan kepribadian. Disini peneliti mencoba mengkaitkan antara terjadinya gangguan skizofrenia dengan tingkat kemampuan kognitif klien. Sehingga timbul keinginan peneliti untuk meneliti bagaimanakah hubungan antara pemberian terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi dengan peningkatan kemampuan kognitif klien. Sebelumnya telah banyak peneliti yang telah melakukan penelitian yang serupa di rumah sakit jiwa daerah Surakarta tetapi masih jarang yang mengkaitkan pemberian terapi aktifitas kelompok dengan peningkatan kemampuan kognitif klien. Dengan diberikannya terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimana pengaruh terapi aktifitas kelompok terhadap perubahan kemampuan kognitif pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta?

C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan terapi aktifitas kelompok terhadap perilaku halusinasi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Surakarta Tujuan khusus 1. Mengetahui tingkat kemampuan kognitif pasien skizofrenia sebelum diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi presepsi 2. Mengetahui tingkat kemampuan kognitif pasien skizofrenia sesudah diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi presepsi 3. Mengidentifikasi kemampuan kognitif pada pasien skizofrenia. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah sakit Jiwa Daerah Surakarta Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai masukan untuk perawat dalam mengaplikasikan terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif/presepsi pada pasien skizofrenia yang telah dijalankan. 2. Bagi penulis Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan. 3. Bagi klien dan keluarga. Hasil penelitian ini dapat membantu, mempercepat proses pemulihan keadaan klien yang mengalami gangguan halusinasi, memberikan

informasi bagi klien dan keluarga tentang penanganan halusinasi dengan terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi. 4. Bagi peneliti lanjutan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan tentang penggunaan terapi aktifitas kelompok dalam pengembangan ilmu keperawatan jiwa kedepannya. E. Keaslian penelitian 1. Penelitian Suryaningsih ( 2007 ) dengan judul pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi presepsi halusinasi terhadap frekuensi halusinasi di ruang P2A Rumah Sakit Grahasia Propinsi DIY. Hasil penelitian dengan uji non parametrik Wilcoxon Signet Rank Test yaitu bahwa ada pengaruh yang bermakna dari pelaksanaan terapi aktifitas kelompok stimulasi presepsi halusinasi terhadap frekuensi terjadinya halusinasi pada klien rawat inap di ruang P2A rumah sakit Grhasia propinsi daerah Yogjakarta. Penelitian ini berbeda dari uji statistik yang digunakan oleh peneliti yaitu uji t-test dependent dengan variable terikat yaitu kemampuan kognitif dan lokasi penelitian di rumah sakit daerah surakarta 2. Penelitian Kandar dan Mustofa ( 2005 ) dengan judul Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Presepsi terhadap pengontrolan halusinasi di ruang MPKP pria rumah sakit jiwa daerah DR Amino Gondohutomo Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimen dengan pengukuran berulang. Hasil penelitian dengan uji statistik Repeatet Measure yaitu ada pengaruh yang bermakna dari pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok stimulasi presepsi terhadap pengontrolan halusinasi. Penelitian ini berbeda dari uji statistik yang digunakan yaitu uji t-test dependent, variable terikat yaitu kemampuan kognitif dan responden penelitian tidak membedakan jenis kelamin klien dengan lokasi penelitian di rumah sakit daerah Surakarta.