Elkawnie Journal of Islamic Science and Technology ISSN : E-ISSN : Volume 4, Nomor 2, Desember 2018

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

KEY TO THE LACESSITTERMES HOLMGREN (TERMITIDAE: NASUTITERMITINAE) FROM SUMATRA

Deskripsi ulang dan sarang Bulbitermes germanus (Haviland) (Isoptera: Termitidae) di Indonesia

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

RAYAP KAYU (ISOPTERA) PADA RUMAH-RUMAH ADAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

TERMITES SPECIES RICHNESS AND DISTRIBUTION AT RESIDENTIAL AREA IN PT ARUN LNG

KOMPOSISI RAYAP DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT DI KANAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Jenis-jenis Rayap (Isoptera) di Kawasan Hutan Bukit Tengah Pulau dan Areal Perkebunan Kelapa Sawit, Solok Selatan

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan.

Lampiran 1 Kunci identifikasi rayap kasta prajurit mayor Macrotermes gilvus (Haviland) (Ahmad 1965)

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

KEANEKARAGAMAN SPESIES RAYAP PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET MILIK RAKYAT DI JAMBI TRI UTAMI NINGSIH

BAB III METODE PENELITIAN

KERAGAMAN JENIS RAYAP PADA HUTAN SEKUNDER DAN AGROFORESTRI DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU, SULAWESI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desember hingga Maret. Eksplorasi berupa pengumpulan koleksi Bryophyta

Zulkaidhah 1), Abdul Hapid 1) dan Ariyanti 1) Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Palu,

TULISAN PENDEK. Beberapa Catatan Tentang Aspek Ekologi Cacing Tanah Metaphire javanica (Kinberg, 1867) di Gunung Ciremai, Jawa Barat.

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA LAHAN TANAMAN PADI DENGAN SISTEM ROTASI DAN MONOKULTUR DI DESA BANYUDONO BOYOLALI. Skripsi

SEBARAN DAN UKURAN KOLONI SARANG RAYAP POHON Nasutitermes sp (ISOPTERA: TERMITIDAE) DI PULAU SEBESI LAMPUNG SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan.

III. MATERI DAN METODE Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

ANALISIS SIFAT FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH PADA DAERAH BUFFER ZONE DAN RESORT SEI BETUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KECAMATAN BESITANG

*Penulis korespondensi. Tel: Diterima: 10 Maret 2014 Disetujui: 17 Mei Abstrak

PENGARUH KERAPATAN VEGETASI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Deforestasi hutan tropis dan konversi hutan menjadi sistem penggunaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

Anang Kadarsah ABSTRACT

KOMPOSISI DAN POTENSI KARBON TERSIMPAN PADA TEGAKAN DI HUTAN RESORT BUKIT LAWANG TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER TESIS. Oleh : S O I M I N

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh:

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA AIR DI SUNGAI SAMIN KABUPATEN KARANGANYAR DAN SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH. Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

JENIS-JENIS RAYAP(INSEKTA: ISOPTERA) YANG TERDAPAT DI KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI LERENG GUNUNG LAWU KALISORO, TAWANGMANGU. Skripsi

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STATUS TROFIK PERAIRAN RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna memperoleh gelar Sarjana Sains

KEKERABATAN Bulbophyllum dan Vanda DI PEKANBARU BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK Pinus merkusii Jungh et de Vries RAS KERINCI DI RESORT KSDA BUKIT TAPAN, KAWASAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT, JAMB1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN ECHINODERMATA DAN KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DANGKAL PULAU PANDANG KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA

PERSEBARAN TUMBUHAN OBAT PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JALUR UTAMA PATROLI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

KEANEKARAGAMAN VEGETASI PANTAI DI PANTAI TRIANGGULASI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI SKRIPSI. ALIFAH YUUANn JUR1.

Transkripsi:

Elkawnie Journal of Islamic Science and Technology ISSN : 2460-8912 E-ISSN : 2460-8920 Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 Terbit 2 kali setahun, Juni dan Desember. Elkawnie merupakan jurnal Integrasi keilmuan Sains dan Teknologi dengan Islam yang mencakup riset dan teknologi dalam bidang kajian Arsitektur, Biologi, Kimia, Teknik Lingkungan, Teknlogi Informasi dan Komunikasi, Teknik Fisika serta bidang sains dan teknologi lainnya. Secara khusus jurnal Elkawnie membahas perkembangan riset dan teknologi dalam memberikan kontribusi pembangunan sebagai bagian dari sumbangsih pemikiran ilmuan muslim dalam lingkup akademis. Penanggung Jawab Khairiah Syahabuddin, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh Editor in Chief Hendri Ahmadian, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh Editors Mustanir Yahya (Universitas Syiah Kuala, Indonesia) Aster Rahayu (Gifu University, Jepang) Rahman Jaya (Kementerian Pertanian, Indonesia) Muhammad Asril (ITERA, Indonesia) Zulfan Arico (Universitas Samudra, Indonesia) Mulyadi Abdul Wahid (UIN Ar-Ranriy Banda Aceh, Indonesia) M. Ridwan Harahap (UIN Ar-Ranriy Banda Aceh, Indonesia) Arif Sardi (UIN Ar-Ranriy Banda Aceh, Indonesia) Riza Aulia Putra (UIN Ar-Ranriy Banda Aceh, Indonesia) Ima Dwitawati (UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia) Husnawati Yahya (UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia) Ghufran Ibnu Yasa (UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia) Sekretariat T. Ade Vidyan M. (UIN Ar-Ranriy Banda Aceh, Indonesia) Saiful Hadi (UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia) Diterbitkan oleh Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Jl. Lingkar Kampus Kopelma Darussalam Banda Aceh, Telp. 0651-7552922, Email: elkawnie@ar-raniry.ac.id Website: http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/elkawnie i

DAFTAR ISI 1. Analisis GC-MS Senyawa Bioaktif Pencegah Penyakit Degeneratif Ekstrak Etanol Kulit Buah Jamblang (Syzygium cumini) Ayu Nirmala Sari, Kusdianti & Diky Setya Diningrat ~ 1 2. Evaluasi Penerapan Safety Climate Menggunakan NOSAQ-50 di Perusahaan Perkebunan PT XYZ Chalis Fajri Hasibuan & Nurhamidah Rizki Lubis ~ 15 3. Aplikasi Program HEC-RAS 5.0.3 pada Studi Penanganan Banjir Ichsan Syahputra & Cut Rahmawati ~ 27 4. Re-Deskripsi Leucopitermes leucops; Subulitermes-Group (Isoptera, Termitidae, Nasutitermitinae) di Stasiun Penelitian SUAQ Balimbing, Ernilasari, Syaukani & Jauharlina ~ 41 5. Potensi Pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah Kota Banda Aceh Sebagai Sumber Energi Alternatif (Biodiesel) Juliansyah Harahap & Yullia ~ 51 6. Pembuataan Plastik Biodegradable dari Polimer Alami Khairun Nisah ~ 65 7. Chemical Analysis of Environmental Conditions of Seaweed Culture in Pulo Raya, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Province Muhammad Ridwan Harahap ~ 77 8. Valorisasi Pankreas Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Untuk Produksi Enzim Lipase Vivi Mardina, Fitriani, Tisna Harmawan & Goldha Maulla Hildayani ~ 89 ii

RE-DESKRIPSI Leucopitermes leucops; SUBULITERMES-GROUP (ISOPTERA, TERMITIDAE, NASUTITERMITINAE) DI STASIUN PENELITIAN SUAQ BALIMBING, ACEH SELATAN Ernilasari Magister Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Syiah Kuala, Darussalam 23111, Banda Aceh, Indonesia ernilasaribio@gmail.com Syaukani Magister Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Darussalam 23111, Banda Aceh, Indonesia syaukani@unsyiah.ac.id Jauharlina Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam 23111, Banda Aceh, Indonesia jauharlina@unsyiah.ac.id Abstract: Leucopitermes leucops is a termite species of soil feeding-nasute or Subulitermes-groups its classification by soil feeders. This termite has an important role in the decomposition process of soil organic matter. Currently, the taxonomy of this group is still difficult to understand and experience a number of revisions. This study aims to re-describe of Leucopitermes leucops in Suaq Balimbing Research Station. The method used was standardized sampling protocol (belt transect) method. The result were described based on morphological characters of Leucopitermes leucops it is found that the key characters to distinguish Leucopitermes leucops with species in the same genus and other Subulitermes-group species. Abstrak: Leucopitermes leucops merupakan spesies rayap yang dimasukkan kedalam kelompok soil-feeding nasute atau Subulitermes-group yaitu spesies rayap pemakan material tanah. Rayap ini memiliki peran penting dalam proses dekomposisi material organik tanah. Taksonomi rayap Subulitermes-group selama ini masih sulit dipahami dan mengalami sejumlah revisi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kembali rayap Leucopitermes leucops di Stasiun Penelitian Suaq Balimbing, Taman Nasional Gunung Leuser. Penelitian ini menggunakan metode belt-transek. Hasil penelitian berdasarkan deskripsi karakter morfologi Leucoptermes leucops menunjukkan bahwa karakter kapsul kepala pada kasta prajurit dan mandibel pada kasta pekerja menjadi karakter 41

kunci untuk membedakan Leucopitermes leucops dengan spesies dari genus yang sama maupun dengan spesies Subulitermes-group lainnya. Key Word: Leucopitermes leucops, rayap, soil-feeding nasute, Subulitermesgroup 1. Pendahuluan Rayap merupakan makrofauna tanah yang memiliki peranan penting dalam ekosistem hutan tropis, karena rayap mampu mendekomposisi material organik dan serasah tumbuhan dilantai hutan (Syaukani, 2017), sehingga mejadi unsur hara yang bisa digunakan kembali oleh tumbuhan. Rayap juga digunakan sebagai salah satu bioindikator terhadap tingkat gangguan pada suatu habitat, karena serangga ini sangat sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan (Gathorner- Hardy, 2006), terutama rayap pemakan material tanah atau disebut dengan soil feeding (Pribadi T et al., 2011). Hingga saat ini rayap di Indonesia telah dikoleksi lebih dari 20 genera yang berasal dari berbagai habitat (Syaukani, 2011). Umumnya genera tersebut mudah diidentifikasi karena ketersedian informasi yang memadai. Namun beberapa genera lainnya informasi taksonominya masih membingungkan serta mengalami sejumlah revisi, terutama rayap soil feeding Nasutitemitinae yaitu kelompok rayap pemakan material tanah, atau rayap yang dikelompokkan kedalam Subulitermes-group. Subulitermes-group merupakan jenis rayap yang memakan material tanah. Rayap ini pertama kali dikelompokkan oleh Holmgren (1911) berdasarkan karakter morfologi nasus yang lebih tipis dibandingkan spesies Nasutitermitinae lainnya. Gathorne-Hardy (2001) menyatakan bahwa taksonomi subfamili Nasutitermitinae di Asia Tenggara (termasuk rayap Subulitermesgroup) masih belum akurat dan masih mengalami sejumlah revisi. Hal ini dikarenakan sedikitnya karakter sinapomorfi yang terdapat pada rayap (Kambhampati & Eggleton, 2000). Terlebih rayap Subulitermes-group memiliki ukuran yang relatif lebih kecil sehingga menjadi kendala dalam proses taksonomi (Emerson, 1960). Salah satu dari kelompok rayap tersebut adalah Leucopitermes leucops. 42

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kembali Leucopitermes leucops, guna mendapatkan karakter morfologi yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam proses identifikasi sehingga memudahkan berbagai pihak dalam membedakan Leucopitermes leucops dengan spesies lainnya baik dalam genus yang sama maupun dalam dalam grup Subulitermes. 2. Bahan dan Metode Penelitian dilakukan di Stasiun Penelitian Suaq Balimbing, Taman Nasional Gunung Leuser, pada bulan Januari 2017. Metode yang digunakan yaitu Standardized Sampling Protocol (belt transect) (Gathorner-Hardy, 2000). Penelitian dilakukan di Stasiun Penelitian Suaq Balimbing, Taman Nasional Gunung Leuser, pada bulan Januari 2017. Metode yang digunakan yaitu finding colony (Jones and Eggleton, 2000). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Position System), kamera digital, higrometer, luxmeter, termometer tanah, meteran tanah, tali rafia, senter kepala, tempayan plastik, parang, sekop tangan, pinset, dan botol sampel, sementara bahan yang digunakan adalah alkohol 70% dan kertas label. 3. Identifikasi Proses identifikasi dilakukan di laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Syiah Kuala. Karakter morfologi kasta pekerja yang diamati mengacu kepada Emerson A.E (1960), Ahmad (1968), Tho, Y.P (1992), dan Syaukani (2011). Parameter yang diamati adalah bentuk dan warna kapsul kepala prajurit, bentuk dan jumlah segmen antenna kasta prajurit dan pekerja serta mandibel kasta pekerja (Gambar 1). 43

(a) (b) (c) Gambar 1. Parameter Pengamatan; kapsul kepala dan bagian rostrum kasta prajurit (a),antena kasta pekerja dan kasta prajurit (b), mandibelkiri dan kanan kasta pekerja (c) (a&b. Thapa, 1981; c. Gathorner Hardy, 2001) 4. Hasil Leucopitermes leucops (Holmgren) Leucopitermes leucops pertama kali dideskripsikan oleh Haviland (1898) sebagai Termes aciculatus. Pada tahun 1960, Emerson mendeskripsikan kembali dan mengelompokkan spesies tersebut dalam genus Leucopitermes. Termes aciculatus Haviland, 1898 Eutermes (Subulitermes) leucops: Holmgren 1914 Subulitermes javanellus: Kemner, 1934 Subulitermes javanellus: Synder, 1949 Subulitermes leucops: Synder, 1949 Subulitermes leucops: Ahmad, 1958 Leucopitermes leucops: Emerson, 1960 Leucopitermes leucops: Ahmad, 1968 Leucopitermes leucops: Thapa, 1981 Leucopitermes leucops: Tho, 1992 Leucopitermes leucop: Jones, 1998 Leucopitermes leucops: Gathorner-Hardy, 2001 Leucopitermes leucops: Gathorner-Hardy, 2004 Leucopitermes leucops: Syaukani, 2011 44

Deskripsi Alate: Tidak ditemukan Kasta Prajurit (Gambar 2). Kasta prajurit Leucopitermes leucops memiliki satu bentuk tanpa adanya variasi atau disebut dengan monomorfik. Kapsul kepala berbentuk bulat sedikit persegi dengan warna kuning kecoklatan. Kapsul kepala tidak adanya rambut. Rostrum berbentuk silinder berwarna coklat kekuningan, lebih gelap dibandingkan kapsul kepala. Antena kasta prajurit berjumlah 12 segmen dengan warna kuning pucat. Segmen kedua memiliki ukuran yang lebih besar dari segmen ketiga. Segmen ketiga merupakan segmen paling kecil dibandingkan segmen lainnya. Pembatas segmen ketiga dengan segmen keempat tidak terlalu jelas. Segmen keempat sedikit lebih panjang dari segmen kelima. Segmen ke enam hingga 12 berangsur memanjang. Secara rinci ditunjukkan pada Gambar 2 dibawah ini. Adapun pengukuran karakter kasta prajurit Leucopitermes leucops tertera pada tabel 1. Rostrum Kapsul kepala (a) (b) (c) Gambar 2. Morfologi kasta prajurit Leucopitermes leucops; kapsul kepala pandangan dorsal (a,b), kapsul kepala pandangan lateral (c,d), antena (c) 45

Tabel 1. Rata-rata ukuran karakter morfologi 5 individu kasta prajurit Leucopitermes leucops Karakter Ukuran (mm) Panjang kepala termasuk nasut 1.57-1.65 Panjang kepala tanpa nasut (HL) 0.95-1.02 Lebar kepala 0.85-0.92 Panjang rostrum (RL) 0.60-0.65 Index rostrum (RL/HL) 0.64-0.89 Kasta Pekerja: Mandibel kiri memiliki gigi apikal yang sama besar dengan gigi marginal pertama, gigi kedua mengalami reduksi, dan gigi ketiga memiliki ukuran yang kecil karena sedikit tereduksi (Gambar 3a), Sementara gigi keempat tersambung dengan lempengan molar, sehingga tidak terlihat dari pandangan dorsal. Mandibel kanan memiliki gigi apikal dan marginal yang jelas, gigi marginal ketiga dan keempat tereduksi. Antena pekerja berwarna kuning pucat dan tersusun atas 13 segmen. Segmen kedua lebih panjang dari segmen ketiga. Segmen ketiga merupakan segmen paling kecil dibandingkan dengan segmen lainnya. Pembatas antara segmen ketiga dan keempat tidak terlalu jelas (Gambar 3b). Segmen keempat memiliki ukuran yang hampir sama dengan segmen kelima. Segmen ke enam hingga segmen ke 13 berangsur angsur memanjang. (a) (b) Gambar 3. Karakteristik kasta pekerja L. leucops; mandibel kiri dan kanan kasta pekerja (a), antena (b) 46

5. Pembahasan Leucopitermes leucops merupakan salah satu spesies rayap yang termasuk kedalam Subulitermes-group. Spesies tersebut berukuran relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan beberapa spesies rayap lainnya sehingga menjadi salah satu kendala dalam proses identifikasi. Leucopitermes leucops memiliki karakter kapsul kepala yang bulat hampir persegi. Spesies ini memiliki rostrum berbentuk silinder. Antena kasta prajurit dari spesies ini bisa ditandai dari segmen ketiga yang lebih kecil dari segmen lainnya serta tidak jelasnya pembatas segmen ketiga dan keempat merupakan karakter penting untuk menandai spesies ini. Karakter tersebut juga sama seperti yang dideskripsikan oleh Syaukani (2011). Karakter kasta pekerja yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam identifikasi adalah mandibel dan antena. Leucopitermes leucops memiliki mandibel kiri dengan gigi apikal dan gigi marginal pertama yang sama besar, serta tereduksinya gigi marginal kedua dan gigi marginal ketiga sangat kecil. Jarak yang cukup lebar antara gigi apical dan gigi marginal pertama serta lekukan pada gigi marginal kedua pada mandibel kasta pekerja menjadi karakter penting dalam taksonomi yang memisahkan jenis rayap ini dengan berbagai jenis rayap Subulitermes-group lainnya. Leucopitermes leucops pertama kali dideskripsikan di Malaysia. Hingga saat ini keberadaannya tersebar secara merata di sepanjang wilayah Oriental (Gathorner-Hardy, 2004). Dalam penelitian ini L. leucops ditemukan di Sumatera yaitu di kawasan Stasiun Penelitian Suaq Balimbing Taman Nasional Gunung Leuser. Spesies lain dari genus Leucopitermes adalah L. thoi hanya ditemukan di Sumatera dan Peninsula Malaysia. (Ahmad, 1968). Sebagai salah satu rayap yang berasal dari kelompok Subulitermes, Leucopitermes leucops memiliki peran penting dalam proses dekomposisi serasah tumbuhan di lantai hutan tropis. Rayap juga dijadikan sebagai bioindikator terhadap perubahan kondisi lingkungan pada suatu habitat. Kerusakan hutan yang diikuti dengan pembukaan kanopi mengakibatkan berubahnya faktor abiotik dan biotik, seperti meningkatnya intensitas cahaya yang masuk ke lantai hutan sehingga mempengaruhi kelembaban tanah, sementara untuk mendukung aktivitas dan keberadaannya 47

rayap memerlukan habitat dengan tingkat kelembaban yang tinggi yaitu 75-90% (Nandika et al., 2003). 6. Kesimpulan Karakter kunci yang bisa dijadikan acuan untuk mengidentifikasi Leucopitermes leucops yaitu bentuk kapsul kepala kasta prajurit yang berbentuk bulat sedikit persegi yang dikombinasikan dengan karakter antena pada kedua kasta yang tidak memiliki segmen yang jelas antara segmen ketiga dan keempat merupakan. Karakter tambahan lainnya terletak pada mandibel kasta pekerja yaitu ukuran yang sama antara gigi marginal pertama dan gigi apikal serta tereduksinya gigi marginal kedua dan tertutupnya gigi marginal keempat dengan lempengan molar. 48

Daftar Kepustakaan Ahmad, M. 1958. Key to the Indo-Malayan termites, Biologia, 4, 33-198. Ahmad, M. 1968. Termites of Malaysia. I. Nasute genera related to Subulitermes (Isoptera, Termitidae, Nasutitermitinae). Bulletin of the Department of Zoology, University of the Punjab, 3:1 34. Emerson, A.E. 1960. New genera of termites related to Subulitermes from the Oriental, Malagasy, and Australian regions (Isoptera, Termitidae, Nasutitermitinae). American Museum Novitates, 1986: 1 28. Gathorner Hardy F. 2001. A Review of the South-East Asian Nasutitermitinae (Isoptera: Termitidae), with Descriptions of One New and a New Species and Including a Key to the Genera. Journal of Natural History 35: 1485-1506. Gathorner-Hardy, FJ. 2004. The Termites of Sundaland: a Taxonomic Review. The Sarawak Museum Journal. 89-109. Gathorner-Hardy, F.J., Syaukani, Inward, D.J.G. 2016. Recovery of Termite (Isoptera) Assemblage Structure from Shifting Cultivation in Barito Ulu, Kalimantan, Indonesia. Journal of Tropical Ecology 22: 605-608. Haviland, G. D. 1898. Observation on Termites: with Description of New Species. J.Linn. Soc. London, 26: 358-442. Holmgren, N. 1914. Wissenschaftliche Ergebnisse Einer Forschungsreise nach Osteindien, ausgfuhrt im Auftrage der Kgl. Preuss. Akad. Wissenschafft. Berlin von H.v Buttel- Reepen. III. Termiten aus Sumatra, Java, Malacca und Ceyln. Gesammelt von Herrn Prof. Dr. v. Buttel-Reepen in den jahren 1911-12. Zool. Jahrb., Abt. Syst., 36: 229-290. Jones, D. T. and Brendel l M. J. D. 1998. The Termite (Insecta: Isoptera) Fauna of Pasoh Forest Reserve, Malaysia. Raffles Bulletin of Zoology, 46:79 91. Jones, D. T & Eggleton, P. 2000. Sampling Termite Assemblages in Tropical Forest: Testing a Rapid Biodiversity Assessment Protocol. Journal of Applied Ecology 37: 191-203. 49

Kemner, N.A. 1934. Systematische und Biologische Studien uber die Termiten Jvas und Celebes. K. Svensja Vetensk. Akad. Handl., (ser.3), 13: 1-241. Nandika, D., Yudi, R., Farah, D. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Muhamadiyah University Press, Surakarta. Pribadi, T., Raffiuddin, R., Sakti, I. H. 2011. Termites Community as Environmental Bioindicator in Highlands: a Case Study in Eastern Slopes of Mount Slamet, Central Java. Biodiversitas 12 (3): 235-240. Syaukani. 2011. A Guide to the Nasus Termites (Nasutermitinae, Termitidae) of Kerinci Seblat National Park Sumatra. Banda Aceh: Syiah Kuala University. Syaukani. 2017. Deskripsi Ulang dan Sarang Bulbitermes germanus (Haviland) (Isoptera: Termitidae) di Indonesia. Indonesian Journal of Entomology 14 (1): 44-50. Synder, T.E. 1949. Catalog of the termites (Isoptera) of the world, Smithsonian Miscellaneous. Collections, 112, 49 Thapa, R. S. 1981. Termites of Sabah. Sabah Forest Record, 12, 1 374. Tho, Y. P. 1992. Termites of Peninsular Malaysia. Kuala Lumpur: Forest Research Institute Malaysia. 50