V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MOTOR BAKAR DIESEL Bagian Utama Motor Bakar Diesel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

I. PENDAHULUAN. premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di

I. PENDAHULUAN. Permasalahan krisis energi dan polusi udara merupakan permasalahan besar

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

Pengaruh Penambahan Gas HHO Terhadap Unjuk Kerja Mesin Diesel Putaran Konstan Dengan Variasi Massa Katalis KOH pada Generator Gas HHO

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

BAB II LANDASAN TEORI. oksigen (O2) dan hydrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

l. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN GAS HHO DAN UJI KINERJANYA PADA TRAKTOR TANGAN SKRIPSI TRIO ANDRELOV F

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

PENGARUH PENGGUNAAN CETANE PLUS DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

Andersen Karel Ropa, Naif Fuhaid, Nova Risdiyanto Ismail, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 1-4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KARAKTERISTIK GENERATOR GAS HHO DRY CELL DAN APLIKASINYA PADA KENDARAAN BERMESIN INJEKSI 1300 CC

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

PENGEMBANGAN GENERATOR GAS H 2 O 2 JENIS WET DAN DRY CELL 6 RUANG UNTUK KENDARAAN BERMESIN INJEKSI 1300CC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. produksi minyak per tahunnya 358,890 juta barel. (

PERBANDINGAN UNJUK KERJA GENSET 4-LANGKAH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG DENGAN PENAMBAHAN MIXER VENTURI

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

PENGARUH VARIASI ELEKTROLIT KALIUM HIDROKSIDA (KOH) PADA GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA & EMISI GAS BUANG MESIN SUPRA X PGMFi 125 cc

IV. PERSIAPAN PENGUJIAN

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

PENAMBAHAN REAKTOR PLASMA DBD (DIELECTRIC-BARRIER DISCHARGE)

PENGUJIAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL CAMPURAN MINYAK JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS) DENGAN CRUDE PALM OIL (CPO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORI

PENGARUH PEMAKAIAN MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN JENIS DAIHATSU HIJET

Jurnal Teknik Mesin UMY

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno Hatta mempunyai tugas pokok menyediakan pelayanan

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

Pengaruh Penggunaan Frekuensi Listrik terhadap Performa Generator HHO dan Unjuk Kerja Engine Honda Kharisma 125CC

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

I. PENDAHULUAN. tahun 2010 hanya naik pada kisaran bph. Artinya terdapat angka

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

Spark Ignition Engine

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Selenoid valve 12 volt, suhu, torsi maksimum, daya maksimum, dan emisi gas buang

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. KONDISI LINTASAN UJI Pengujian daya tarik traktor dilakukan selama beberapa hari pada waktu yang tidak bersamaan. Pengukuran kondisi lintasan uji dilakukan pada saat pengujian daya tarik traktor pada lintasan tanah berumput. Pengujian daya tarik traktor pada lintasan tanah berumput terdapat enam perlakuan pengujian yaitu perlakuan 0, 1, 2, 3, 4, dan 5. Perlakuan 0, 1, 2, dan 3 dilakukan pengujian pada hari yang bersamaan, sedangkan dua perlakuan lainya dilakukan pada hari berbeda dengan selang waktu yang cukup lama. Sehingga pengukuran kondisi lintasan uji dilakukan pada hari pengujian pertama dan hari pengujian kedua untuk lintasan tanah berumput. Hasil dari pengujian sifat fisik lintasan tanah berumput, dapat dilihat pada Tabel 4. Pengukuran kondisi lintasan tanah berumput menunjukan bahwa kerapatan isi tanah dari lintasan tersebut sebesar 1.13 g/cm 3. Kadar air tanah rata-rata pada saat pengujian pertama adalah sebesar 35.12 % sedangkan pada saat pengujian kedua adalah sebesar 46.38 %. Dari data dapat diketahui bahwa kadar air tanah pada lintasan tanah berumput pada saat pengujian kedua lebih besar dari pada kadar air tanah pada saat pengujian pertama. Perbedaan ini cukup besar karana pada saat pengujian pertama cuaca didaerah sekitar sangat panas dan tidak terjadi hujan beberapa minggu sebelumnya. Sedangkan pada pengujian kedua dilakukan pada saat cuaca mendung dan sering terjadi hujan pada beberapa hari sebelumnya. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap tahanan penetrasi tanah. Tahanan penetrasi tanah pada lintasan uji juga terdapat perbedaan antara hari pertama dengan hari kedua pengujian. Dari data pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa tahanan penetrasi tanah pada pengujian pertama lebih besar dibandingkan tahanan penetrasi tanah pada pengujian kedua. Tabel 6. Data kondisi lintasan uji parameter lintasan tanah berumput (pengujian pertama) lintasan tanah berumput (pengujian kedua) Kerapatan tanah (g/cm 3 ) 1.13 1.13 Kadar air tanah (%) 35.12 46.38 Tahanan penetrasi (kpa) awal Tahanan penetrasi (kpa) akhir Kedalam (cm) Kedalam (cm) 0 10682.20 7602.64 2 20305.80 10970.90 4 25839.37 14531.64 6 over load 16841.30 8 over load 19247.20 10 over load 21460.63 0 14435.40 10778.43 2 23529.70 14724.11 4 over load 18188.60 6 over load 21941.81 8 over load 24732.65 10 over load over load 31

Hasil dari pengujian tahanan penetrasi tanah pada lintasan tanah berumput didapatkan data tahanan penetrasi tanah sebelum lintasan dilewati traktor dan setelah dilewati traktor. Data pada Tabel 4 menunjukan terjadinya kenaikan tahanan penetrasi tanah setelah lintasan dilewati traktor. Kenaikan tahanan penetrasi pada tanah setelah dilewati traktor diakibatkan oleh aktifitas traktor pada permukaan tanah dan beban traktor yang membuat tanah menjadi padat. Nilai penetrasi tanah juga meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman pengukuran. Hal ini disebabkan karena semakin dalam tanah akan semakin kompak, sehingga gaya yang dibutuhkan untuk menekan tanah akan semakin besar juga. Pada data tahanan penetrasi tanah terjadi over load, itu diakibatkan karena tanah pada lintasan tersebut sangat keras dan kering, sehingga alat uji penetrasi tidak mampu membaca gaya penetrasi pada kedalaman tertentu. 5.2. KINERJA TARIK TRAKTOR Traktor uji yang digunakan adalah traktor roda dua. Traktor roda dua dimodifikasi untuk dapat dipasangkan perangkat generator HHO. Modifikasi traktor dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 27. Traktor roda dua yang telah dimodifikasi. Pengujian tenaga tarik traktor dilakukan pada dua lintasan yaitu lintasan beton dan lintasan tanah berumput. Masing-masing lintasan dilakukan pengujian traktor dengan perlakuan yang sama seperti tertera pada diagram perlakuan pengujian pada Gambar14. Data yang didapatkan merupakan data rata-rata tiga kali ulangan setiap tingkatan slip roda pada semua perlakuan yang diberikan. 32

5.2.1. Kinerja Tarik Traktor pada Lintasan Beton Hasil pengujian kinerja tarik traktor pada lintasan beton dapat dilihat pada Gambar 27 dan Gambar 28. Kurva pada grafik tersebut memperlihatkan pola kinerja tarik traktor dalam tiga kali ulangan untuk setiap tingkatan slip roda traktor uji. Gambar 27 menunjukan hubungan drawbar pull dengan slip yang terjadi pada traktor uji. Dari kurva pada grafik dapat diketahui bahwa dengan meningkatnya beban maka drawbar pull atau gaya tarik juga ikut meningkat. Hal ini dikarenakan ketika traktor yang bergerak maju diberi beban, berarti ada gaya berlawanan arah yang diberikan pada traktor. Semakin besar beban yang diberikan, maka semakin besar juga gaya tarik yang terjadi antara traktor dengan beban. Namun semakin besar beban yang diberikan juga akan meningkatkan slip pada roda, dimana pada slip yang tinggi, kemampuan cengkram roda pada permukaan landasan semakin berkurang sehingga traksi yang dihasilkan juga cenderung menurun. Keadaan ini terlihat pada kurva, dimana pada kisaran slip diatas 25% tenaga tarik terlihat konstan dan bahkan terjadi penurunan. Gambar 28 menunjukan hubungan antara daya tarik (drawbar power) dengan slip roda traktor. Dari kurva pada grafik terlihat bahwa daya tarik traktor uji cenderung menurun dengan bertambahnya beban yang diberikan. Penurunan daya tarik traktor terjadi karena penurunan kecepatan maju traktor secara bertahap dengan bertambahnya slip roda pada traktor akibat bertambahnya beban tarik yang diberikan. Hubungan drawbar pull dengan slip roda di setiap perlakuan pada traktor uji dapat terlihat pada Gambar 27. Nilai tenaga tarik untuk setiap tingkatan slip roda pada traktor uji tanpa perlakuan (perlakuan 0) merupakan kontrol terhadap peningkatan nilai tenaga tarik traktor yang diberi perlakuan. Nilai tenaga tarik traktor uji perlakuan 0 berada paling bawah pada grafik. Nilai tenaga tarik traktor uji dengan perlakuan 3 adalah yang paling tinggi, diikuti dibawahnya yaitu perlakuan 2 dan perlakuan 1. Perbandingan pengaruh generator HHO dengan generator HHO resonansi juga terlihat pada grafik, dimana terjadi penurunan tenaga tarik traktor. Nilai tenaga tarik yang dihasilkan dari traktor uji perlakuan 5 berada dibawah nilai tenaga tarik traktor uji perlakuan 2 dimana konsentrasi elektrolit yang digunakan sama. Begitu juga dengan traktor uji perlakuan 4 yang nilai tenaga tariknya juga berada dibawah nilai tenaga tarik traktor uji perlakuan 1 dengan konsentrasi elektrolit yang sama. Hal tersebut sangat berhubungan dengan nilai debit gas HHO yang dihasilkan oleh generator untuk setiap perlakuan. Debit gas HHO dari perlakuan 3 lebih besar dibandingkan dengan debit gas HHO perlakuan 2 dan perlakuan 1. Sedangkan untuk perlakuan generator HHO biasa dengan resonansi, dimana debit gas HHO dari perlakuan 5 lebih rendah dari debit gas HHO dari perlakuan 2, begitu juga perlakuan 4 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan 1. Untuk lebih jelasnya mengenai debit gas HHO yang dihasilkan oleh tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 3. Hubungan daya tarik (drawbar power) dengan slip pada Gambar 28 juga terlihat perbedaan nilai antara semua perlakuan. Nilai daya tarik traktor perlakuan 0 yang diambil sebagai kontrol pengujian, berada paling bawah pada grafik. Daya tarik traktor dengan perlakuan 3 memiliki nilai daya tarik yang paling tinggi diantara perlakuan yang lainya, berada dibawahnya traktor perlakuan 2 dan traktor dengan perlakuan 1. Dari grafik juga terlihat terjadinya perbedaan nilai daya tarik traktor antara generator HHO dengan. Dimana traktor yang dipasangkan yaitu perlakuan 5, nilai daya tariknya berada dibawah traktor perlakuan 2 yang menggunakan generator biasa dengan konsentrasi yang sama. Begitu juga dengan traktor perlakuan 4 mengalami penurunan nilai 33

dibandingkan perlakuan 1 yang menggunakan konsentrasi elektrolit sama. Perbandingan nilai daya tarik pada tiap perlakuan juga sama alasanya dengan perbandingan gaya tarik pada traktor untuk setiap perlakuan, yaitu berhubungan dengan debit gas HHO yang dihasilkan oleh tiap perlakuan yang mempengaruhi gaya tarik dan daya tarik traktor uji. Grafik hubungan gaya tarik dan daya tarik dengan slip roda traktor pada lintasan beton menunjukan terjadinya peningkatan gaya tarik maupun daya tarik terhadap traktor untuk setiap perlakuan yang diberikan pada traktor dengan pembanding nilai pengujian pada traktor tanpa perlakuan. Data yang diperoleh menunjukan peningkatan kinerja tarik traktor pada lintasan beton mencapai 14.14% untuk drawbar pull dan 23.13% untuk drawbar power pada traktor uji perlakuan 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 27. 2000 Drawbar pull (N) 1900 1800 1700 1600 generator HHO 1500 1400 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 slip roda (%) Gambar 28. Grafik hubungan drawbar pull dengan slip roda pada lintasan beton. 1200 Drawbar power (W) 1100 1000 900 800 700 600 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 slip roda (%) generator HHO Gambar 29. Grafik hubungan drawbar power dengan slip roda pada lintasan beton. Peningkatan kinerja tarik traktor, dalam hal ini gaya tarik dan daya tarik traktor adalah berhubungan langsung dengan pengumpanan gas HHO pada ruang 34

bakar mesin diesel traktor. Tenaga mesin yang awalnya didapat dari pembakaran solar dengan nilai kalor antara 42500 kj/kg s/d 44800 kj/kg akan meningkat ketika bahan bakar mesin dengan bahan bakar solar dicampur dengan gas HHO, dimana senyawa hidrogen yang terkandung didalam gas HHO memiliki nilai kalor 119930 kj/kg sampai 141860 kj/kg. Nilai kalor yang lebih besar pada pembakaran didalam torak mesin otomatis akan meningkatkan tenaga mesin dan memperbesar torsi mesin. Hal ini juga dijelaskan oleh Kahraman (2005) dimana kecepatan pembakaran hidrogen mencapai 6 kali lebih cepat dibandingkan gas alam atau bensin. Oleh karena itu pembakaran hidrogen meningkatkan ledakan pembakaran dibandingkan bahan bakar lain. Yilmaz et al. (2010) menyatakan terjadi peningkatan rata-rata 19.1% torsi mesin diesel yang menggunakan gas HHO dibandingkan mesin diesel biasa. Peningkatan energi disebabkan oleh oksigen dari gas HHO serta pencampuran antara gas hidrogen, udara dan bahan bakar yang lebih baik sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih baik juga. Cepat rambat pembakaran gas hidrogen dapat menurunkan jeda pembakaran dan waktu pembakaran yang singkat menghasilkan kehilangan panas yang rendah dan mendekati pembakaran ideal. Hal ini menyebabkan meningkatnya rasio kompresi dan efisiensi termal mesin. Cepatnya pembakaran yang dihasilkan gas HHO mengakibatkan peningkatan tekanan dan suhu serta meminimalisir knocking. Penurunan waktu pembakaran mereduksi suara mesin. Perbedaan kinerja tarik traktor pada lintasan beton yang diumpankan gas HHO dari generator HHO dengan konsentrasi elektrolit yang berbeda juga terlihat. Alasan utama terjadi perbedaan tersebut adalah konsentrasi KOH dalam air sebagai larutan elektrolit. KOH sebagai katalisator akan mempercepat reaksi elektrolisis, karena fungsi katalis menurunkan energi aktifasi dari suatu proses, dalam hal ini adalah proses elektrolisis. Elektrolit dengan konsentrasi 50gr KOH/ 1 liter air akan lebih cepat terurai menjadi gas HHO pada proses elektrolisis dibandingkan elektrolit dengan konsentrasi 25gr dan 10gr KOH/ 1 liter air. Proses penguraian air dengan katalis 50gr KOH/1 liter air otomatis akan menghasilkan gas HHO yang lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan katalis 25gr dan 10gr KOH/1 liter air. Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi larutan elektrolit berimplikasi pada meningkatnya konduktivitas elektrik atau hambatan elektrik yang terjadi. Berdasarkan hukum listrik, pada tegangan yang sama, bila hambatan dalam lebih kecil, maka arus yang mengalir lebih tinggi. Dampak dari peningkatan arus yang mengalir seharusnya diikuti dengan meningkatnya produksi gas HHO yang dihasilkan. Karena menurut hukum Faraday bahwa arus yang mengalir sebanding dengan kecepatan reaksi elektrolisis yang terjadi. Bila reaksi elektrolisis terjadi semakin cepat, maka debit yang terjadi akan semakin cepat. Data debit HHO yang dihasilkan oleh perlakuan terhadap generator HHO dapat dilihat pada Tabel 3. Semakin banyak jumlah gas HHO yang dihasilkan, berarti semakin banyak juga gas HHO yang masuk kedalam ruang bakar mesin. Semakin banyak gas HHO yang masuk keruang bakar, berarti gas HHO yang terbakar juga semakin besar, sehingga meningkatkan tenaga pada mesin. Kinerja tarik traktor yang didapat dari pemasukan gas HHO yang berasal dari generator HHO mengalami penurunan ketika gas HHO yang dihasilkan berasal dari. Pada rancangan awal, penggunaan resonansi pada generator HHO bertujuan untuk menurunkan hambatan pada generator HHO sehingga arus yang mengalir pada generator lebih besar. Dalam hal elektronika, resonansi merupakan suatu keadaan dimana fase induktansi sama dengan fase 35

kapasitansi, sehingga menghasilkan reaktansi minimum. Impedansi merupakan gabungan hambatan reaktansi dan resistansi. Dengan reaktansi yang minimum,maka impedansi yang dihasilkan dari rangkaian tersebut adalah juga minimum (Sears dan Zhemansky, 1960). Namun dari hasil pengujian, terjadi penurunan kinerja generator setelah menggunakan efek resonansi. Generator HHO tidak memiliki nilai kapasitansi yang tetap, sehingga perhitungan untuk mencapai resonansi belum dapat dilakukan yang membuat frekuensi untuk mencapai resonansi belum didapatkan. Penurunan kinerja mengakibatkan penurunan produksi gas HHO, sehingga suplay gas HHO yang masuk ke ruang bakar mesin menurun, dan menyebabkan penurunan tenaga mesin dibandingkan menggunakan generator HHO. 5.2.2. Kinerja Tarik Traktor pada Lintasan Tanah Pengukuran kinerja tarik traktor juga dilakukan pada lintasan tanah berumput. Nilai hasil dari pengujian kenerja tarik traktor yang dilakukan dalam tiga kali pengulangan untuk setiap tingkatan beban yang diberikan disajikan pada Gambar 29 dan Gambar 30. Gambar 29 menunjukan hubungan drawbar pull atau gaya tarik traktor uji terhadap tingkatan slip roda traktor, sedangkan Gambar 30 menunjukan hubungan drawbar power atau daya tarik traktor uji terhadap tingkatan slip roda traktor. Kurva pada grafik yang tertera pada Gambar 29 menunjukan peningkatan gaya tarik seiring bertambahnya beban pada traktor. Seperti halnya juga dengan gaya tarik pada lintasan beton, gaya tarik traktor pada pengujian di lintasan tanah berumput yang awalnya mengalami kenaikan namun diantara slip roda diatas 25% gaya tarik cenderung konstan dan bahkan mengalami penurunan. Itu diakibatkan karena semakin besar slip yang terjadi pada roda traktor maka daya cengkram roda juga akan berkurang dan traksinya akan cenderung menurun. Peningkatan nilai gaya tarik antara perlakuan yang diberikan pada traktor uji juga terlihat. Nilai gaya tarik traktor uji perlakuan 0 (kontrol) berada dibawah nilai gaya tarik traktor perlakuan 1. Selanjutnya diikuti diatasnya nilai gaya tarik traktor uji perlakuan 2, dan yang paling tinggi adalah tenaga tarik traktor perlakuan 3. Hal ini sama alasanya dengan peningkatan gaya tarik pada lintasan beton. Hal berbeda terjadi pada nilai gaya tarik traktor yang dimasukan gas HHO keruang bakar mesin dari hasil elektrolisis menggunakan. Dimana nilai gaya tarik traktor mengalami penurunan dan berada di bawah nilai gaya tarik traktor tanpa perlakuan. Gaya tarik traktor uji dengan perlakuan 5 berada dibawah nilai gaya tarik traktor perlakuan 0, dan berada dibawahnya yaitu traktor uji perlakuan 4. Hal ini diakibatkan karena adanya perbedaan kondisi lintasan pengujian. Untuk pengambilan data traktor uji perlakuan 4 dan perlakuan 5 dilakukan pada hari yang berbeda (hari kedua) dengan hari pengujian perlakuan yang lainya (hari pertama). Perbedaan kondisi lintasan uji terlihat dari kondisi fisik lintasan tanah berumput. Dimana kadar air rata-rata tanah pada lintasan yang diukur pada hari pertama pengujian yaitu sebesar 35.12 % sedangkan pada saat pengujian hari kedua adalah sebesar 46.38 %. Dari data dapat diketahui bahwa kadar air tanah pada lintasan tanah berumput pada saat pengujian kedua lebih besar dari pada kadar air tanah pada saat pengujian pertama. Tahanan penetrasi tanah pada pengujian hari pertama lebih besar dibandingkan pada saat pengujian hari kedua. Perbedaan nilai tahanan penetrasi tanah dapat dilihat pada Tabel 6. Kondisi tanah pada pengujian hari kedua dimana kadar air yang meningkat dan penurunan tahanan penetrasi pada tanah menyebabkan penurunan gaya tarik traktor uji. Kadar air yang meningkat dan 36

tahanan penetrasi tanah yang menurun menyebabkan daya cengkram roda traktor uji menurun sehingga traksi yang dihasilkan juga ikut menurun. Grafik pada Gambar 30 menunjukan terjadinya penurunan daya tarik traktor seiring bertambahnya nilai slip roda pada traktor yang diuji pada lintasan tanah berumput. Penurunan daya tarik terhadap slip roda diakibatkan terjadinya penurunan kecepatan maju traktor karena slip roda yang semakin besar. Nilai daya tarik traktor antara perlakuan juga terjadi perbedaan dimana daya tarik yang dihasilkan dari traktor uji tanpa perlakuan lebih kecil dari traktor uji yang diberikan gas HHO dari generator HHO. Namun untuk traktor uji yang diberikan gas HHO dari generator HHO resonansi, nilai daya tariknya berada dibawah nilai daya tarik traktor uji tanpa perlakuan. Hal ini dikarenakan nilai gaya tarik traktor yang menggunakan generator HHO resonansi juga rendah. 1800 Drawbar pull (N) 1700 1600 1500 1400 1300 1200 1100 1000 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 slip roda (%) generator HHO Gambar 30. Grafik hubungan drawbar pull dengan slip roda pada lintasan tanah berumput. 1100 Drawbar power (W) 1000 900 800 700 generator HHO 600 500 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 slip roda (%) Gambar 31. Grafik hubungan drawbar power dengan slip roda pada lintasan tanah berumput. 37

Grafik hubungan gaya tarik dan daya tarik dengan slip roda traktor pada lintasan tanah berumput menunjukan terjadinya peningkatan gaya tarik maupun daya tarik terhadap traktor untuk setiap perlakuan yang diberikan pada traktor dengan pembanding nilai pengujian pada traktor tanpa perlakuan. Data yang diperoleh menunjukan peningkatan kinerja tarik traktor pada lintasan tanah berumput mencapai 6.39% untuk drawbar pull dan 13.99% untuk drawbar power pada traktor uji perlakuan 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 27. 5.3. KONSUMSI BAHAN BAKAR TRAKTOR Pengukuran konsumsi bahan bakar dilakukan untuk mengetahui banyaknya bahan bakar yang dikonsumsi mesin pada selang waktu tertentu. Data dari hasil pengukuran bahan bakar untuk setiap perlakuan yang diberikan pada traktor dapat dilihat pada Lampiran 12 sampai Lampiran 23 dan lebih jelasnya lagi dipaparkan pada grafik yang tertera pada Gambar 31 dan Gambar 32. Grafik pada Gambar 31 menjelaskan hubungan antara konsumsi bahan bakar traktor uji terhadap slip roda traktor pada lintasan beton. Sedangkan grafik pada Gambar 32 memperlihatkan hubungan konsumsi bahan bakar traktor uji terhadap slip roda traktor ketika pengujian pada lintasan tanah berumput. Pada Gambar 31 dan Gambar 32 memperlihatkan kecenderungan rata-rata peningkatan konsumsi bahan bakar akibat bertambah besarnya slip roda yang terjadi pada traktor. Peningkatanya terlihat pada garis kurva pada grafik yang cenderung naik ketika slip roda traktor bertambah besar. Hal ini terjadi karena ketika slip roda traktor semakin besar yang disebabkan bertambahnya beban tarik terhadap traktor, membuat putaran mesin traktor menurun. Governor pada mesin yang berfungsi untuk menstabilkan kecepatan putar mesin, dimana ketika mesin mengalami penurunan kecepatan putar akibat adanya beban, governor pada mesin akan memperbesar jumlah bahan bakar yang disemprotkan keruang bakar. Maka daya poros mesin akan bertambah besar dan putaran mesin akan naik sampai stabil. Perbedaan besarnya konsumsi bahan bakar untuk setiap perlakuan yang diberikan pada traktor sangat jelas terlihat baik konsumsi bahan bakar traktor pada lintasan uji beton maupun lintasan tanah berumput. Nilai konsumsi bahan bakar pada traktor uji perlakuan 0 sebagai kontrol merupakan yang paling besar, diikuti dibawahnya traktor uji perlakuan 4 dan perlakuan 5. Selanjutnya diikuti traktor uji perlakuan 1 dan perlakuan 2. Nilai konsumsi bahan bakar traktor uji dengan perlakuan 3 merupakan yang paling kecil. Semakin sedikit atau semakin kecil nilai konsumsi bahan bakar berarti terjadi penghematan penggunaan bahan bakar. Data pengukuran menunjukan penurunan konsumsi bahan bakar mencapai 19.21% pada lintasan beton dan 16.69% pada lintasan tanah berumput untuk perlakuan 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 28. Menurut Yilmaz et al. (2010), konsumsi bahan bakar spesifik rata-rata mengalami penurunan sebesar 14% setelah mesin CI (compression ignition) menggunakan sistem HHO. Gas HHO pada mesin CI dapat meningkatkan efisiensi termalnya. Pada kecepatan tinggi, penurunan konsumsi bahan bakar diakibatkan oleh pencampuran yang seragam antara gas HHO dengan udara (difusifitas yang tinggi pada gas HHO). Pada kecepatan tinggi, bahan bakar diesel sulit untuk terbakar sempurna pada kondisi campuran miskin bahan bakar yang menyebabkan meningkatnya ampas/residu dari gas dan campuran yang kurang bagus. Gas HHO yang memiliki kecepatan pembakaran yang tinggi dan kemampuan bakar yang luas, penambahan gas HHO membantu mempercepat pembakaran bahan bakar dan menuju pembakaran sempurna pada kecepatan tinggi ( 1750). Penyeragaman dan perbaikan campuran dari gas HHO-udara dan kandungan oksigen dari gas HHO mendorong pembakaran yang berefek pada pengurangan konsumsi bahan bakar spesifik dari bahan bakar diesel (Yilmaz et al. 2010). 38

Konsumsi bahan bakar (gr/ jam) 650 625 600 575 550 525 500 475 450 0 10 20 30 40 50 slip (%) generator HHO KOH 25 gr/l Gambar 32. Grafik hubungan konsumsi bahan bakar dengan slip roda pada lintasan beton. Konsumsi bahan bakar (gr/jam) 650 625 600 575 550 525 500 475 450 0 10 20 30 40 50 slip (%) generator HHO Gambar 33. Grafik hubungan konsumsi bahan bakar dengan slip roda pada lintasan tanah berumput. Perbedaan nilai konsumsi bahan bakar untuk setiap perlakuan tidak lepas dari banyaknya gas HHO yang diproduksi dari generator HHO maupun. Semakin besar gas HHO yang masuk ke dalam ruang bakar, maka semakin banyak pula gas HHO yang terbakar sehingga tenaga yang dihasilkan juga semakin besar. Daya poros akan semakin besar menyebabkan putaran mesin akan naik. Governor yang berfungsi untuk menstabilkan putaran mesin akan mendeteksi peningkatan kecepatan putar mesin, sehingga suplay bahan bakar yang disemprotkan ke ruang bakar diperkecil dan otomatis terjadi penghematan penggunaan bahan bakar. 5.4. EMISI GAS BUANG TRAKTOR Hasil pengukuran emisi gas buang menggunakan gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 5. Data yang didapat berupa kadar karbon monoksida (CO) yang terukur dalam tiga kali pengulangan untuk setiap perlakuan. Pengukuran dilakukan ketika traktor uji dalam keadaan diam dengan putaran mesin traktor 2000 rpm. Tabel 7 menunjukan adanya 39

pengurangan emisi dalam hal ini kadar CO terukur ketika sistem bahan bakar traktor uji (traktor tangan) ditambahkan gas HHO pada ruang pembakaranya. Sebagai data kontrol, dimana kadar CO pada traktor perlakuan 0 rata-rata sebesar 355 ppm jauh lebih tinggi dibandingkan dengan traktor uji perlakuan 3 dengan kadar CO rata-rata sebesar 113 ppm. Data pengukuran menunjukan penurunan kadar CO pada traktor uji yang sistem bahan bakarnya ditambahkan HHO dapat mencapai 68.17% untuk perlakuan 3. Untuk lebih jelasnya dilampirkan pada Lampiran 29. Menurut Yilmaz et al. (2010), pengurangan rata-ata 13.5% didapatkan pada saat emisi CO di kecepatan sedang dan kecepatan tinggi ( 1750 Rpm). Ketidak adaan karbon pada gas HHO adalah alasan utama untuk pengurangan CO. Kemampuan pembakaran yang lebih luas dan kecepatan pembakaran dari gas HHO membuat mesin lebih tepat dioperasikan pada beban rendah. Campuran antara gas HHO dan bahan bakar solar lebih cepat terbakar dan lebih sempurna pembakaranya dibandingkan bahan bakar diesel murni. Jadi emisi CO pada kecepatan tinggi dan kondisi miskin bahan bakar sangat efekti mereduksi CO pada saat penambahan gas HHO. HHO mengandung oksigen, sehingga efisiensi pembakaran yang lebih tinggi dicapai dan peningkatan emisi CO berkurang. Gas HHO yang bersifat lebih explosive (mudah terbakar) dibandingkan bahan bakar diesel, membuat bahan bakar lebih efisien sewaktu pembakaran. Dari data pengujian konsumsi bahan bakar pada traktor yang menggunakan generator HHO, diketahui bahwa terjadi penurunan konsumsi bahan bakar dibandingkan dengan traktor. Penurunan konsumsi bahan bakar berarti bahan bakar solar yang dibakar juga sedikit, sehingga emisi dari gas hasil pembakaran juga berkurang, dalam hal ini khususnya CO. Pembakaran gas HHO dilihat dari reaksi kimia pembakaranya yaitu 2H 2 +O 2 2H 2 O + energi. Pembakaran gas HHO menghasilkan energi dan gas hasil pembakaranya berupa uap air (H 2 O). Dapat dikatakan gas buang pembakaran gas HHO lebih bersih dan ramah lingkungan dibandingkan dengan gas buang hasil pembakaran bahan bakar solar. Tabel 7. Data pengukuran kadar CO pada traktor uji Perlakuan traktor uji Ulangan 1 Kadar CO terukur (ppm) Ulangan Ulangan 2 3 Ratarata Tanpa perlakuan 354 357 355 355 Generator HHO elektrolit 50gr KOH/1 liter air 109 108 123 113 Kenerator HHO elektrolit 25gr KOH/1 liter air 179 145 144 156 Generator HHO elektrolit 10gr KOH/1 liter air 186 185 195 189 Generator HHO resonansi elektrolit 25gr KOH/1 liter air 250 256 263 256 Generator HHO resonansi elektrolit 10gr KOH/1 liter air 281 284 279 281 Kadar CO terukur juga berkurang seiring bertambahnya konsentrasi larutan elektrolit pada generator HHO. Traktor uji perlakuan 1 memiliki kadar CO rata-rata sebesar 156.00 lebih besar dibandingkan dengan traktor uji perlakuan 2. Pada data pengukuran juga memperlihatkan penurunan kinerja dengan semakin besarnya kadar CO terukur dibandingkan dengan menggunakan generator HHO biasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa penurunan kadar CO pada gas buang traktor diakibatkan oleh banyaknya gas HHO yang ikut terbakar didalam ruang bakar mesin. 40