BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian kohort selama 13 tahun di 3 wilayah di propinsi Jakarta ibukota

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari. 10 penyebab kematian terbesar pada tahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

HS-CRP AS BIOMARKER OF CORONARY HEART DISEASE

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. negara karena serangan Jantung. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

Gambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan proses ruptur plak aterosklerosis dan trombosis pada arteri koroner

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, dan negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infark miokard akut (IMA) merupakan penyebab utama kematian di dunia.

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi depresi pada populasi umum sekitar 4 % sampai 7 %.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, dan sampai dengan tahun 2020 diprediksikan merupakan penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

Hubungan Kadar SGOT dengan Kadar Leukosit pada Pasien NSTEMI di ICCU RSD dr. Soebandi Jember

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

Peran Sistem Komplemen pada Patogenesis Aterosklerosis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit jantung koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan data WHO (2011) penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan 60 % dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik dan sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung, dan tahun 2030 diperkirakan akan menjadi 23,6 juta. 1,2,3,4 PJK di Indonesia merupakan penyebab angka kematian terbesar. Tingginya angka kematian di Indonesia akibat PJK mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991 angka kematian akibat PJK adalah 16%, kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di Indonesia. 5 PJK disamping menjadi peringkat pertama kematian, juga menyebabkan penurunan kualitas hidup yang menyebabkan seseorang akan berkurang kemampuannya untuk melakukan tugas pekerjaannya atau menjalankan aktifitas sehari hari. 6 1

PJK dimulai dengan perubahan disfungsi endotel yang berlanjut menjadi aterosklerosis. Perubahan vaskuler pada PJK dimulai sejak dekade pertama atau kedua kehidupan dan berkembang tanpa gejala, subklinis lalu menimbulkan gejala. Sel-sel endotel mempunyai peranan intergral pada struktur vaskuler, hemodinamik dan hemostasis. Gangguan hemostasis vaskuler yang terjadi pada disfungsi endotel mengakibatkan kelainan fungsi motor vaskuler, inflamasi dan trombosis. 7,8 Viskositas darah merupakan parameter yang digunakan dalam hemorheologi, dalam bahasa Yunani berarti ilmu tentang aliran darah. Viskositas darah yang meningkat atau hiperviskositas, dapat menyebabkan gangguan dan gejala yang berbeda-beda pada tiap orang. Hiperviskositas menyebabkan trauma dinding endotel dan menyebabkan terjadinya respon inflamasi pada arteri yang lebih besar, yang menimbulkan plak bahkan sampai ruptur. Berdasarkan urutan diatas menunjukkan bahwa viskositas darah merupakan bagian penting dalam upaya pendekatan secara menyeluruh dalam pencegahan dan deteksi dini yang berhubungan dengan kesehatan kardiovaskuler. 9 Banyak penelitian dilakukan tentang viskositas darah yang berkaitan dengan aterosklerosis atau PJK. Tahun 2006, dilakukan penelitian hubungan parameter hemorheologi dengan keparahan coronary artery disease (CAD) yang dibagi dalam 3 grup yaitu no significant, single vessel disease dan multivessel disease. Hasil yang diperoleh adalah adanya indikasi parameter hemorheologi memainkan peranan penting dalam patogenesis dan perkembengan CAD. 10 2

Berbagai penelitian didapatkan hasil yang serupa yang dilakukan pada tahun 2004,2006 dan 2014. 11,12,13,14,15 Penelitian tahun 2008, yang meneliti beberapa parameter hemorheologi pada subyek dengan stable angina (SA), unstable angina (UA) dan acute myocardial infarct (AMI). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara abnormalitas hemorheologi dan keparahan CAD dan dapat menunjukkan evaluasi terapi intervensi untuk menormalkan rheologi darah dapat mengurangi insiden dan atau progresifitas CAD. 16 Penelitian lain tahun 2009, mendapatkan hubungan yang signifikan antara viskositas darah dan ukuran infark miokard. 17 Penelitian pada tahun yang sama pula, apabila terjadi perubahan variabel-variabel hemorheologi yang menyebabkan hiperviskositas akan mendukung terjadinya peristiwa trombotik oklusif. 18 Aterosklerosis tidak hanya merupakan penyakit dengan deposit lemak saja, tetapi inflamasi sistemik memainkan peran utama pada fase inisiasi, progresi dan destabilisasi ateroma. 6,19 Terdapat banyak sekali petanda inflamasi yang sudah ditemukan. Salah satu petanda inflamasi yang penting adalah C-reactive protein (CRP). CRP adalah protein fase akut bersifat sensitif, praktis, cut off nya sudah ditentukan dan prediktor kardiovaskuler yang lebih baik dibanding LDL dan beberapa petanda inflamasi yang lain. Kadar CRP akan meningkat pada keadaan infeksi, inflamasi atau trauma. 20,21,22 Beberapa hal penting yang didapatkan dari berbagai penelitian antara lain bahwa CRP parameter faktor risiko tertinggi dibanding dengan berbagai faktor risiko untuk kejadian kardiovaskuler seperti lipoprotein (a), homosistein, IL-6, kolesterol total, ICAM-1, serum amyloid A (SAA), dan Apo B. Peran CRP untuk 3

menilai risiko penyakit kardiovaskuler (PKV) dapat dipahami karena mencerminkan semua mekanisme patologik PJK, yaitu CRP meningkat pada infeksi kronis, inflamasi dan aterosklerosis. 23 Penelitian tahun 2000, yang membandingkan CRP dengan 11 petanda inflamasi lain pada PKV wanita mendapatkan hasil bahwa CRP terbukti menjadi prediktor yang terkuat dan paling signifikan bagi risiko tinggi kejadian kardiovaskular di masa depan, meskipun dengan kadar lipid darah yang normal. 24 Banyak penelitian yang dilakukan mengenai hubungan CRP dengan aterosklerosis atau PJK. Penelitian tahun 2007, mendapatkan hasil adanya korelasi yang signifikan antara keparahan stenosis arteri koroner dengan kadar CRP, semakin tinggi kadar CRP diikuti pula dengan derajat stenosisnya. 25 Hasil yang serupa didapatkan pada penelitian tahun 2010 dan 2011. 26,27,28 Korelasi kadar CRP dengan keparahan aterosklerosis pada angina stabil yang diteliti oleh Tataru dan Abdullah Ulucay mendapatkan hasil yang berbeda. Hasil pada Abdullah Ulucay menyimpulkan tidak ada hubungannya antara kadar CRP dengan keparahan CAD pada pasien angina stabil. Hasil sebaliknya didapatkan pada Tataru bahwa konsentrasi CRP berhubungan dengan derajat penyakit jantung koroner yang dideteksi dengan angiografi. Selain itu mendukung hipotesis hubungan sebab antara reaksi fase akut dan patogenesis aterosklerosis arteri koroner. 29,30 Viskositas darah merupakan parameter biologi dasar yang mempengaruhi aliran darah baik makrosirkulasi ataupun mikrosirkulasi. Viskositas darah yang meningkat menyebabkan trauma pada dinding sel endotel, sehingga fungsi 4

endotel menjadi terganggu dan berperan terhadap proses inflamasi. CRP sebagai salah satu protein fase akut dan petanda inflamasi yang berperan aktif dalam disfungsi endotel, pembentukan dan perkembangan plak aterosklerosis. Plak aterosklerosis selain merupakan penyakit dengan deposit lemak, juga peran inflamasi sistemik sebagai kunci utamanya. Penelitian ini akan menghubungkan antara viskositas darah sebagai parameter hemorheologi dan CRP sebagai petanda inflamasi pada penderita stenosis jantung koroner yang sebelumnya dilakukan pemeriksaan angiografi. 1.2. Rumusan masalah Dengan memperhatikan hal tersebut diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian di bawah ini. 1.2.1. Rumusan masalah umum Apakah terdapat pengaruh hemorheologi dan inflamasi dengan berbagai derajat stenosis jantung koroner? 1.2.2. Rumusan masalah khusus 1. Apakah terdapat pengaruh viskositas darah dengan berbagai derajat stenosis jantung koroner. 2. Apakah terdapat pengaruh C-reactive protein dengan berbagai derajat stenosis jantung koroner. 1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum Membuktikan adanya terdapat pengaruh viskositas darah dan C-reactive protein dengan berbagai derajat stenosis jantung koroner. 5

1.3.2. Tujuan khusus 1. Menganalisis pengaruh viskositas darah dengan berbagai derajat stenosis jantung koroner. 2. Menganalisis pengaruh C-reactive protein dengan berbagai derajat stenosis jantung koroner. 1.4. Manfaat penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan informasi dan bukti ilmiah tentang peran viskositas darah dan C-reactive protein pada berbagai derajat stenosis jantung koroner. 2. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya. 3. Bila penelitian ini terbukti, dapat dijadikan pemeriksaan awal untuk memprediksi kejadian stenosis jantung koroner pada masyarakat. 1.5. Orisinalitas penelitian Beberapa penelitian sebelumnya tentang viskositas darah dan viskositas plasma ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 1. Penelitian sebelumnya. No Peneliti dan judul Jenis penelitian dan jumlah sampel Hasil penelitian 1. Lee BK, et al. Case-control Menunjukkan hubungan antara 6

Hemorheological Abnormalities In Stable Angina And Acute Coronary Syndromes. Clin Hemorheol Microcirc. 2008;39(1-4): 43-51. 16 sampel: 69 kelainan hemorheologi (viskositas darah, viskositas plasma, aggregasi eritrosit) dan tingkat keparahan penyakit arteri koroner (angina stabil,angina tidak stabil, infak miokar akut) p<0.001 dan menunjukkan evaluasi yang positif untuk intervensi terapeutik yang menormalkan rheologi darah dapat mengurangi insiden dan / atau perkembangan penyakit arteri koroner. 2. Hasnat MA, et al. High Sensitive C- Reactive Protein (Hs- CRP) And Its Correlation With Angiographic Severity Of Patient With Coronary Artery Disease (CAD). J Dhaka Med Coll. 2010; 19( 2) : 91-7. 26 Cross sectional sampel: 90 Menyimpulkan bahwa kadar hs-crp yang lebih tinggi ditemukan pada pasien CAD dibandingkan kontrol dengan pemeriksaan angiografi (p=0,005; r=0,316) dan kadar hs-crp berkorelasi dengan derajat keparahan angiografi pada pasien CAD. 3. Velcheva I, et al. Hemorheological Parameters In Corre-lation With The Risk Factors For Carotid Atherosclerosis. Clin Hemorheol Microcirc. 2006; 35(1-2): 195-8. 14 Case control sampel: 81 Menunjukkan bahwa adanya gangguan parameter hemorheologi (viskositas darah, viskositas plasma, hematokrit, fibrinogen) akan berdampak pada dinding pembuluh darah karotis (intima-media thickness/imt) dan aliran darah pada pasien dengan cerebrovasculer disease. 4. Momiyama Y,et al. Associations Between Plasma C-reactive protein Levels and the Severities of Coronary and Aortic Atherosclerosis. J Atheroscler Thromb. 2010; 17: 460-7. 28 Cross sectional sampel: 136 Memberikan hasil kadar plasma CRP berkorelasi dengan tingkat keparahan aterosklerosis koroner dan aorta (p<0,001; r=0.38), kadar CRP lebih mencerminkan menunjukkan beratnya aterosklerosis aorta daripada aterosklerosis koroner. 7

5. Cecchi E, et al. Relationship Between Blood Viscosity And Infarct Size In Patients With ST-Segment Elevation Myocardial Infarction Undergoing Primary Percutaneous Coronary Intervention. Int J Cardiol. 2009; 134: 189 94. 17 Cross sectional sampel: 197 Menunjukkan hubungan yang signifikan dan independen antara hemorheologi (viskositas darah, viskositas plasma) dan ukuran infark pada pasien STEMI (ST-segment elevation myocardial infarction) setelah PCI (patients after primary percutaneous coronary intervention) dengan parameter CK(creatine kinase) dan ctni (troponin I), dimana viskositas darah, dalam kondisi aliran rendah, mem-perburuk perfusi miokard yang menyebabkan ukuran infark meningkat. 6. Chun-lin et al, Relationship between coronary atherosclerosis plaque characteristics and high sensitivity C-reactive proteins, interleukin-6. Chin Med J 2011;124 (16):2452-6. 31 Cross sectional sampel: 120 Serum hs-crp (p<0,05; r=0,579) dan IL-6 (p<0,05; r=0,429) berkorelasi dengan derajat plak stenosis dan dapat sebagai indeks untuk menilai derajat PJK dan dapat mencerminkan aktivitas plak pada pasien PJK. Dengan demikian, penting untuk diagnosis klinis dan evaluasi risiko sindrom koroner akut pasien. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana pada penelitian ini populasi penelitian adalah pasien jantung koroner yang sudah dilakukan pemeriksaan angiografi untuk mengetahui besar derajat stenosisnya dan kemudian dilakukan analisis hubungannya dengan masing-masing variabel CRP dan viskositas darah dengan derajat stenosis. 8