BAB I PENDAHULUAN. usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lansia adalah seseorang yang mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya yaitu proses penuaan. Proses penuaan (aging. proses) adalah norma (Suling dan Palenkahu, 2002). Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Panti Sosial Tresna Werdha ILOMATA Kota Gorontalo adalah Unit

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

LONELINESS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DEWANATA CILACAP SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diramalkan. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. polusi, dataran tinggi dan gaya hidup di mana ada yang hidup santai dan ada yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Populution ageing telah menjadi isu demografi yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (dalam Lilik Ma rifatul Azizah, 2011 : 1). Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%). Pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lansia mencapai 28.822.879 jiwa (11,34%) (Admin, 2011). Tahun 2011 jumlah penduduk dunia telah mencapai angka 7 miliar jiwa dan 1 miliar diantaranya adalah penduduk lansia. Indonesia sendiri menduduki rangking keempat di dunia dengan jumlah lansia 24 juta jiwa yang belum terlalu mendapat perhatian (All You Need is Here, 2011). Pada lansia biasanya akan terjadi perubahan-perubahan seperti perubahan fisik, psikososial dan spiritual. Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahap-tahap perkembangan mulai dari periode prenatal sampai pada usia lanjut (Iwan Rusdi, 2011). Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit, karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar. Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis. Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan

merasa tidak berguna lagi. Datangnya menopause bagi perempuan akan menimbulkan perasaan tidak berguna, karena mereka tidak dapat bereproduksi lagi. Beberapa masalah tersebut akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi orang lanjut usia. Dari segi inilah lanjut usia mengalami masalah psikologis, yang banyak mempengaruhi kesehatan psikis, sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang mandiri. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa kondisi kesehatan mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi lanjut usia yang lain seperti kondisi ekonomi, yang menyebabkan orang lanjut usia tidak dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kondisi sosial yang menyebabkan kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat (Refika Dita Tiarapuri, 2012). Salah satu perubahan mental-emosional yang sering dijumpai juga pada lansia adalah kecemasan. Dalam penelitian Purwanto (2008), berdasarkan Survei Kesehatan Depkes RI, menyatakan bahwa ganguan mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9%, sedangkan yang berusia diatas 65 tahun mencapai 12,3%. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmojo (2003) tentang masalah psikologis pada lansia didapatkan hasil bahwa 7,2 17,2% memiliki perasaan cepat marah, 3,7-7,3% lansia melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma (tabiat buruk) dan sekitar 4,2 4,3% lansia merasa kesepian (dalam Widiyaningsih, 2010). Menurut Maramis (2004) pada orang lansia mereka mengatakan kekhawatiran tentang rasa takutnya terhadap kematian, kehilangan keluarga atau teman karib, kedudukan sosial, pekerjaan, uang, atau mungkin rumah tinggi, semua ini dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Bagi kebanyakan orang lansia, kehilangan sumber daya ditambahkan pada sumber daya yang memang sudah terbatas. Yang menarik perhatian ialah kekurangan kemampuan adaptasi berdasarkan hambatan

psikologik, yaitu rasa khawatir dan takut yang diperoleh dari rasa lebih muda dan yang dimodifikasi, diperkuat dan diuraikan sepanjang masa hidup individu (dalam Marlina, 2010). Menurut Prawitasari (1998) kecemasan merupakan bagian di dalam kehidupan manusia sehari-hari. Bagi orang yang penyesuaiannya baik maka kecemasan dapat cepat diatasi dan ditanggulangi. Bagi orang yang penyesuaian dirinya kurang baik, maka kecemasan merupakan bagian terbesar di dalam kehidupannya, sehingga kecemasan menghambat kegiatannya sehari-hari. Mungkin dari luar seseorang tidak nampak apabila dia mengalami kecemasan, akan tetapi apabila kita bergaul dekat dengannya maka akan tampak sekali manifestasi kecemasan yang dialaminya (dalam Wahyu Wiyono, 2009). Kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami seseorang (Wahjudi Nugroho, 2008 : 122). Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada lansia antara lain : usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, motivasi, kondisi fisik, dukungan sosial dan dukungan keluarga (Marlina, 2010). Seiring perkembangan zaman sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi telah membawa berbagai perubahan dalam tatanan system nilai budaya masyarakat. Meningkatnya angka usia harapan hidup masyarakat Gorontalo menjadi 60 tahun keatas yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penduduk, dimana penduduk lanjut usia semakin banyak jumlahnya. Kondisi demikian ditambah dengan faktor kemiskinan, kesibukan, ekonomi, sebagian anggota masyarakat serta perubahan system tata nilai, mengakibatkan sebagian lanjut usia menjadi terlantar baik karena kemiskinan maupun karena perubahan tata nilai dalam lingkungan

keluarga, sehingga tidak sedikit lanjut usia yang tersisih dan tidak dihormati dan tidak lagi menjadi panutan. Populasi lanjut usia terlantar tersebut pada umumnya disebabkan oleh faktor kemiskinan dan pada umumnya terlantar dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu banyak keluarga yang berpikiran untuk mengantarkan keluarganya yang sudah lansia ke panti jompo dengan tujuan agar mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi. Perawat-perawat yang berada di Panti Jompo harus mempunyai kepedulian dan perhatian serta kasih sayang kepada lansia, agar lansia dapat mencapai kondisi dan menikmati hari tua dengan tenang, aman, tenteram tanpa tekanan batin serta sehat, sejahtera, berguna, bermartabat, sehingga bila ia meninggal nanti, ia dalam keadaan meninggal dengan tenang dan ikhlas. Berdasarkan data Panti Sosial Tresna Wredha ILOMATA Kota Gorontalo bahwa lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha itu berjumlah 35 orang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 27 orang perempuan. Di Panti ini terdiri dari 6 wisma, dimana dari wisma tersebut dihuni atau ditempati oleh 8 orang lanjut usia. Setelah dilakukan survey dan wawancara pada beberapa lanjut usia yang ada di Panti itu, didapatkan bahwa ternyata mereka mengalami banyak permasalahan, salah satunya adalah masalah kecemasan yang sering mereka alami. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Wredha ILOMATA Kota Gorontalo. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kecemasan pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Wredha ILOMATA Kota Gorontalo.

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum dan khusus dari penelitian ini adalah : 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan faktor kondisi fisik, dukungan sosial, dan dukungan keluarga dengan kecemasan yang sering terjadi pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Wredha ILOMATA Kota Gorontalo. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan faktor kondisi fisik dengan kecemasan 2. Mengetahui hubungn faktor dukungan sosial dengan kecemasan 3. Mengetahui hubungan faktor dukungan keluarga dengan kecemasan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Menambah khasanah ilmu keperawatan gerontologi terutama mengenai terjadinya kecemasan lansia. 2. Secara Praktis 1. Bagi Panti Wredha Diharapkan agar lebih memperhatikan lagi kondisi/keadaan dari para lansia serta sebagai bahan pengetahuan pada perawat yang ada di Panti Wredha agar dapat mengatasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan yang sering dialami oleh lansia. 2. Bagi Lansia

Diharapkan agar para lansia dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kecemasan dan dapat mengetahui cara penanganan dari kecemasan yang sering dialami. 3. Bagi Peneliti Diharapkan agar dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar di lapangan dan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai gangguan kecemasan yang sering dialami oleh lansia.