Ringkasan Eksekutif SEOJK tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (SEOJK MR BPRS)

dokumen-dokumen yang mirip
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.03/2017

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment ) Penerapan Tata Kelola BPR

PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA BPR

Arah Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat Dalam Rangka Penerapan Tata Kelola dan Manajemen Risiko

2015 IIA Indonesia National Conference. J. SINDU ADISUWONO Jogjakarta, Agustus 2015


RINGKASAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

a. Penilaian Faktor Profil Risiko

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

Kesimpulan Umum hasil Self Assessment atas Penerapan Tata Kelola BPR

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi Tahun 2015

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 1 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/2018

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/SEOJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

-2- mengingat hal ini merupakan salah satu pemenuhan tingkat kepatuhan Bank terhadap standar internasional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pener

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

No.13/ 24 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA BPR

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL

TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL EQUIVALENCY MAINTAINED ASSETS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Kesimpulan Umum Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2007

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

1/15/2016. Mitigasi Risiko dan Tata Kelola Konglomerasi Keuangan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

No. 13/ 14 /DKBU Jakarta, 12 Mei 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

REVISI LAPORAN SELF ASESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BANK NTB PERIODE DESEMBER TAHUN 2012

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

INFORMASI LAPORAN RENCANA DAN REALISASI KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PD BPR BAHTERAMAS WAKATOBI TAHUN 2017

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : /POJK.../2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASIBAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Agenda. TATA KELOLA TERINTEGRASI DAN SISTEM KEUANGAN YANG TUMBUH SECARA BERKELANJUTAN Bp. Nelson Tampubolon Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PENETAPAN MATERIAL RISK TAKERS OLEH BANK

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

No POJK Remunerasi Detail Pengungkapan a. Komite Remunerasi Nama anggota, komposisi, tugas dan tanggung jawab

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA

Kesimpulan. Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria / indikator penilaian tersebut diatas, disimpulkan bahwa :

LAPORAN TAHUNAN PELAKSANAAN TATA KELOLA TERINTEGRASI KONGLOMERASI KEUANGAN GRUP SUMITOMO MITSUI BANKING CORPORATION 2016

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/2018

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan disektor perbankan dari Bank

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

LAPORAN TAHUNAN PELAKSANAAN TATA KELOLA TERINTEGRASI TAHUN 2016

BAB IV PEDOMAN KERJA KOMITE-KOMITE

Transkripsi:

Ringkasan Eksekutif SEOJK tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (SEOJK MR BPRS) 1. Latar belakang disusunnya SEOJK ini adalah sebagai ketentuan pelaksanaan dari POJK Nomor /POJK.0/018 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (POJK MR BPRS). SEOJK ini bertujuan untuk memberikan standar minimum dalam penerapan Manajemen Risiko bagi BPRS yang meliputi penyusunan kebijakan dan pedoman penerapan Manajemen Risiko bagi BPRS.. Penilaian penerapan Manajemen Risiko berupa penilaian profil Risiko meliputi penilaian dan penetapan tingkat Risiko inheren, penilaian dan penetapan kualitas penerapan Manajemen Risiko (KPMR), penetapan tingkat Risiko untuk setiap jenis Risiko, dan penetapan peringkat Risiko.. Penilaian Risiko inheren a. Risiko inheren merupakan Risiko yang melekat pada kegiatan bisnis BPRS, baik yang dapat dikuantifikasi maupun yang tidak dapat dikuantifikasi, yang berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi keuangan BPRS. Risiko inheren dapat ditentukan oleh faktor intern dan faktor ekstern. b. Penilaian atas Risiko inheren dilakukan dengan memperhatikan parameter yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian dilakukan tanpa mempertimbangkan fungsi pengendalian atas setiap jenis Risiko yang dilakukan oleh BPRS. c. Penetapan tingkat Risiko inheren untuk masing-masing jenis Risiko dikategorikan ke dalam: 1) peringkat 1 (Sangat Rendah); ) peringkat (Rendah); ) peringkat (Sedang); ) peringkat (Tinggi); dan ) peringkat (Sangat Tinggi). d. SEOJK MR BPRS hanya menetapkan threshold untuk penetapan peringkat 1, sedangkan penetapan peringkat sampai dengan peringkat ditetapkan BPRS dengan melakukan penilaian sendiri (self-assessment).. Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko a. KPMR merupakan kecukupan sistem pengendalian Risiko yang mencakup seluruh pilar penerapan Manajemen Risiko, yaitu: 1) pengawasan aktif Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah (DPS); ) kecukupan kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko, dan penetapan limit Risiko;

) kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan ) sistem pengendalian intern yang menyeluruh. b. Penilaian atas KPMR dilakukan dengan memperhatikan parameter yang bersifat kualitatif. Analisis penilaian dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan keterkaitan antara satu parameter penilaian dengan parameter lain. c. Penetapan tingkat KPMR untuk masing-masing jenis Risiko dikategorikan dalam: 1) peringkat 1 (Sangat Memadai); ) peringkat (Memadai); ) peringkat (Cukup Memadai); ) peringkat (Kurang Memadai); dan ) peringkat (Tidak Memadai).. Berdasarkan penilaian terhadap Risiko inheren dan KPMR untuk masing-masing jenis Risiko, selanjutnya BPRS harus menentukan tingkat Risiko. Tingkat Risiko adalah Risiko yang melekat pada aktivitas BPRS setelah memperhitungkan KPMR. Tingkat Risiko ditentukan berdasarkan matriks penetapan tingkat Risiko sebagai berikut: Tingkat Risiko Inheren 1 (Sangat Memadai) Tingkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko (Memadai) (Cukup Memadai) (Kurang Memadai) (Tidak Memadai) 1 (Sangat Rendah) 1 1 1 1 (Rendah) 1 (Sedang) (Tinggi) (Sangat Tinggi) semesteran) semesteran) 1 semesteran) (pengawasan melekat, membutuhkan pemantauan secara lebih mendalam)

6. Berdasarkan penetapan tingkat Risiko untuk setiap jenis Risiko yang telah dilakukan BPRS, selanjutnya BPRS menetapkan peringkat Risiko dengan memperhatikan prinsip umum yaitu berorientasi Risiko, proporsionalitas, signifikansi, dan materialitas, serta komprehensif dan terstruktur. Penetapan peringkat Risiko terdiri atas (lima) peringkat yaitu: a. Peringkat 1 (Sangat Rendah); b. Peringkat (Rendah); c. Peringkat (Sedang); d. Peringkat (Tinggi); dan e. Peringkat (Sangat Tinggi).

Frequently Asked Questions (FAQ s) SEOJK tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (SEOJK MR BPRS) 1. Apakah yang dimaksud dengan kaji ulang terbatas dan kaji ulang menyeluruh pada tingkat Risiko sebagaimana dalam matriks penetapan tingkat Risiko? Kaji ulang terbatas ialah kaji ulang yang dilakukan terbatas pada bagian yang paling menyebabkan penilaian Risiko inheren dan/atau kualitas penerapan Manajemen Risiko (KPMR) buruk. Contohnya adalah KPMR yang buruk karena pelaksanaan pencairan pembiayaan yang tidak sesuai, sedangkan proses pembiayaan yang lainnya telah sesuai dengan standar operasional prosedur. Sehingga kaji ulang dilakukan terbatas pada KPMR terkait pelaksanaan pencairan pembiayaan. Sedangkan kaji ulang menyeluruh dilakukan pada penilaian Risiko inheren dan KPMR pada jenis Risiko dimaksud yang mendapat tingkat Risiko dengan catatan perlu untuk dilakukan kaji ulang menyeluruh.. Bagaimana pengukuran untuk penetapan penilaian peringkat Risiko BPRS? Penilaian penerapan Manajemen Risiko meliputi penilaian dan penetapan tingkat Risiko inheren, penilaian dan penetapan tingkat KPMR, penetapan tingkat Risiko untuk setiap jenis Risiko, dan penetapan peringkat Risiko. Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) POJK MR BPRS, BPRS wajib melakukan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko terhadap seluruh faktor Risiko yang bersifat material. Penilaian tersebut menggunakan pengukuran yang dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif.. Apakah BPRS dapat menambahkan parameter lain bagi penilaian Risiko inheren maupun KPMR selain hal-hal yang diatur dalam SEOJK MR BPRS? Pilar dan parameter yang diatur dalam SEOJK MR BPRS untuk setiap jenis Risiko merupakan pilar dan parameter minimum yang dilakukan penilaian oleh BPRS. Dalam hal diperlukan maka BPRS dan/atau OJK dapat menambahkan pilar dan parameter pada jenis Risiko dimaksud. Penetapan tingkat Risiko inheren dan KPMR adalah berdasarkan signifikansi dan materialitas dari parameter dan pilar, tanpa menggunakan bobot. Prinsip yang sama digunakan dalam melakukan penetapan peringkat Risiko BPRS.. Dalam hal BPRS memiliki eksposur Risiko diluar dari jenis Risiko yang wajib, apakah BPRS tersebut wajib menyampaikan laporan profil Risiko lain? BPRS wajib menyampaikan laporan profil Risiko lain kepada OJK apabila terdapat kondisi yang berpotensi menimbulkan kerugian yang signifikan terhadap kondisi

keuangan. Laporan profil Risiko lain mencakup laporan profil Risiko selain laporan profil Risiko yang diwajibkan bagi BPRS sesuai dengan pentahapan.. Dalam hal BPRS wajib menyampaikan laporan profil Risiko lain, apakah laporan profil Risiko lain tersebut akan terus disampaikan oleh BPRS? Laporan profil Risiko lain wajib disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah diketahuinya kondisi berpotensi menimbulkan kerugian yang signifikan terhadap kondisi keuangan BPRS atau didasarkan atas permintaan OJK. Dalam hal risiko tersebut masih berpotensi menimbulkan kerugian signifikan bagi BPRS maka BPRS tetap menyampaikan laporan profil Risiko lain kepada OJK. 6. Siapakah yang melakukan evaluasi dari eksposur Risiko di BPRS? Evaluasi terhadap eksposur Risiko dilakukan oleh satuan kerja atau pejabat independen yang tidak terkait dengan penyusunan dan/atau penetapan eksposur Risiko. Dalam hal penyusunan dan/atau penetapan eksposur Risiko dilakukan oleh fungsi operasional maka evaluasi terhadap eksposur Risiko dilakukan oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi Manajemen Risiko (PEMR). Sedangkan apabila penyusunan dan/atau penetapan eksposur Risiko dilakukan oleh SKMR atau PEMR maka evaluasi terhadap eksposur Risiko dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern (PEAI), atau oleh SKMR atau PEMR dengan mekanisme self-evaluation. 7. Dalam hal tidak terdapat Direktur yang membawahi fungsi Manajemen Risiko secara khusus, apakah PEMR dapat bertanggung jawab pada Direktur yang membawahi fungsi Audit Intern? Dalam POJK MR BPRS tidak diatur batasan Direktur yang membawahi fungsi Manajemen Risiko, namun idealnya karena PEMR dapat merangkap sebagai PE Kepatuhan, maka PEMR bertanggung jawab kepada Direktur yang membawahi fungsi Kepatuhan (Direktur Kepatuhan). Namun demikian perlu diperhatikan batasan bagi Direktur Kepatuhan. Bagi BPRS yang memiliki modal inti paling sedikit Rp0.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) maka Direktur Kepatuhan tidak dapat merangkap sebagai direktur utama dan tidak membawahkan bidang operasional penghimpunan dana dan penyaluran, sedangkan bagi BPRS yang memiliki modal inti kurang dari Rp0.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) maka Direktur Kepatuhan tidak dapat menangani penyaluran dana. Berdasarkan hal tersebut maka bagi BPRS yang memiliki modal inti paling sedikit Rp0.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) diatur bahwa Direktur Kepatuhan tidak dapat merangkap sebagai Direktur Utama, sedangkan Direktur Utama merupakan Direktur yang membawahi fungsi audit intern sehingga pada BPRS

dimaksud PEMR tidak dimungkinkan bertanggung jawab kepada Direktur Kepatuhan selama PEMR tersebut merangkap sebagai PE Kepatuhan. 8. Apakah yang dimaksud peer group bagi BPRS? Apakah BPR merupakan peer group bagi BPRS? Contoh peer group bagi BPRS antara lain BPRS dengan kondisi serupa, BPRS di wilayah operasional yang sama, serta BPRS dengan skala dan kompleksitas usaha yang sama. Namun dalam hal BPRS tidak memiliki contoh peer group sesama BPRS sebagaimana contoh diatas maka BPR dapat menjadi peer group bagi BPRS dimaksud.