BAB II LANDASAN TEORI. merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dalam

dokumen-dokumen yang mirip
KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika pembacanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB 2 IHWAL MENULIS, CERITA PENDEK, DAN TEKNIK BERBAGI PENGALAMAN. Menulis sebagai salah satu cara bagi seseorang untuk menyampaikan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Teori merupakan sumber acuan untuk melakukan penelitian. Selain itu teori juga merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dalam penelitian. Dalam penelitian ini ada teori yang digunakan yaitu pembelajaran menulis cerpen, dan teknik tari bambu. A. Pembelajaran Menulis Cerpen Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Kegiatan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Guru berfungsi sebagai fasilitator yaitu orang yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung agar siswa dapat menunjukan kemampuan belajarnya (Sutadi, 1996:10). Terkait dengan hal tersebut, maka untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru dapat membuat suatu sistem lingkungan sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat tercapai secara efektif sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam perencanaan. Secara umum keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita memulai suatu hubungan urutan yang teratur, yaitu mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis (Tarigan, 1994:1). Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. 6

Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Morsey (dalam Tarigan, 1994:4) menyatakan bahwa menulis dipergunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat atau merekam, melaporkan atau memberitahukan dan mempengaruhi dengan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakan dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat. Nurgiyantoro (2007:29) mengatakan bahwa koherensi dan kepaduan semua unsur cerita sehingga membentuk sebuah totalitas adalah suatu yang amat menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen yang juga sebagai karya fiksi. Untuk mampu menulis cerpen maka diperlukan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide dan pikiran dalam bentuk tulisan yang merupakan luapan batin bersifat imajinasi. Sumardjo (2004:91) mengemukakan bahwa cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita yang didalamnya merupakan suatu kesatuan bentuk, utuh, manunggal, tak ada bagian-bagian yang tak perlu, tetapi juga tak ada sesuatu yang terlalu banyak, semuanya pas dan mengandung suatu arti. Edgar Allan Poe (dalam Nurgiyantoro, 2007:10) mengemukakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Cerpen merupakan cerita pendek yang menuntut pencitraan serba ringkas, tidak sampai pada detail-detail khusus yang kurang penting yang lebih bersifat memperpanjang cerita. Cerpen sebagai salah satu karya sastra pada dasarnya merupakan bentuk pencitraan kehidupan manusia. Secara umum cerpen dapat diartikan cerita fiktif (rekaan), dimana merupakan kesatuan yang utuh dan lengkap dari sebuah ide cerita. Keutuhan dan kelengkapan menulis sebuah cerpen dapat dilihat dari unsur yang membangun

kelengkapannya. Unsur pembangun dalam cerpen terdiri dari unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun yang berasal dari dalam tubuh karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran suatu karya sastra, seperti faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, keagamaan, tata nilai masyarakat, dan juga unsur biografi pengarang. Unsur-unsur intrinsik dalam cerpen meliputi sebagai berikut: a. Tema Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melakukan proses kreatif penciptaan, karena tema mempunyai kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa fiksi oleh pengarangnya (Aminuddin, 1995:91). Tema merupakan gagasan sentral yang mencakup permasalahan dalam cerita yaitu suatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan tujuan cerita karya sastra. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tema adalah suatu pokok pikiran yang paling utama yang dibangun untuk membentuk ide pokok guna menunjukan setiap karakter yang terlibat serta memberikan arah tujuan agar pembaca dapat memahami isi dari karya sastra yang dibuatnya. Tema sebuah karya sastra biasanya tersembunyi atau tersirat pada suatu cerita rekaan yang baik. Pembaca baru dapat mengetahui temanya dengan menafsirkan kesan yang timbul setelah membaca cerita itu sampai selesai. Semua permasalahan yang disampaikan pengarang tentu mempunyai tujuan atau amanat yang disampaikan pengarang kepada pembacanya.

b. Amanat Cerita Amanat cerita identik dengan tema cerita sebab, dalam tema juga tersirat amanat cerita. Pada hakekatnya amanat cerita adalah pesan-pesan yang tersirat dalam sebuah cerita atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. c. Alur Cerita Alur cerita (plot) adalah cerita yang urut kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Nurgiyantoro, 2007: 26). Dalam http://ilmucomputer2.blogspot.com/2009/08/plotalur. html,plot sebagai alur cerita yang dibuat oleh pembaca yang berupa deretan peristiwa secara kronologis, saling berkaitan sesuai dengan apa yang dialami pelaku cerita. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan alur/plot adalah suatu cerita yang saling berkaitan secara kronologis untuk menunjukan suatu maksud jalan cerita yang ada. d. Tokoh Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Tokoh utama atau tokoh inti yaitu tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita, sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Disamping itu juga ada pelaku protagonis yaitu pelaku yang memiliki watak baik sehingga disenangi pembaca, dan pelaku antagonis yaitu pelaku yang tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan pembaca (Aminuddin, 1995: 79).

e. Latar atau setting Latar (setting) adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa serta mempunyai fungsi fisikal dan fungsi psikologis (Aminuddin, 1995: 67). Melalui analisis terhadap latar, seseorang dapat mengetahui bagaimana keadaan, pekerjaan, dan status sosial para tokoh. Sering kali latar juga berhubungan erat dengan nasib seorang tokoh dalam sebuah teks artinya lingkungan sekitar kerap memberikan efek secara langsung terhadap apa yang dikerjakan seorang pelaku. f. Sudut Pandang Sebelum menulis, pengarang terlebih dahulu menentukan siapakah yang menjadi pusat cerita dan siapa yang menjadi subjeknya. Menentukan pusat cerita atau pusat pengisahan berarti menentukan pertalian atau relasi antara pengarang dengan ceritanya, dimana pengarang itu berdiri. g. Judul Tulisan Menulis dan memilih judul merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam menulis. Judul tulisan yang baik akan merangsang perhatian pembaca tersebut (Keraf, 1989:128). h. Diksi atau Pilihan Kata Diksi atau Pilihan Kata adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau Pilihan Kata mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata,

komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki. Adapun fungsi diksi atau pilihan kata adalah untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresi. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda antara penulis atau pembaca dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut menggambarkan tokoh lebih jelas, menggambarkan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut (http://azizturn.wordpress.com/2009/10/18/diksi-atau-pilihan-kata/). Dalam menyusun kalimat harus memperhatikan hal-hal yang mendukung sempurnanya kalimat yang akan disusun. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis cerita pendek adalah: 1) Bagian-bagian berkoherensi Suatu kalimat dalam cerita pendek, kepaduan atau koherensi merupakan hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur atau kata atau kelompok kata yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan subjek dengan predikat, predikat dengan objek, predikat dengan pelengkap, subjek dengan keterangan. Kalimat tersebut semuanya berkoherensi antara yang satu dengan yang lain. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan-gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan

yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan. Ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok kata yang rapat hubungannya. Kesalahan yang seringkali merusak koherensi adalah menempatkan kata depan, kata penghubung yang tidak sesuai atau pada tempatnya (Keraf, 1989:38). 2) Bervariasi Menyusun kalimat dalam menulis cerita pendek, pokok pikiran atau gagasan dapat diungkapkan dengan bermacam-macam cara dan bentuk kalimat tanpa mengubah maksud atau pokok pikiran tersebut. Variasi dalam menyusun kalimat hanya menyangkut bentuk pengungkapan kalimat, sedangkan isi atau makna kalimat tetap utuh, artinya setiap kalimat variasi harus memperhatikan syarat tertentu yaitu adanya kesatuan gagasan yang jelas dalam kalimat, adanya kepaduan antara unsur-unsur, kesejajaran bentuk unsur kalimat, dan adanya kelogisan makna dalam kalimat. Dari hal di atas maka diperlukan kemampuan dalam mengembangkan paragraf pada saat menulis cerita pendek. Setiap paragraf dalam cerita pendek pastilah terdapat kalimat utama. Kalimat utama selalu ada dalam setiap paragraf, sebab hakikat paragraf tidak lain adalah perluasan atau pengembangan kalimat utama. Paragraf dapat dijelaskan sebagai bagian dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya. Akhadiah, (1988:144) mengemukakan bahwa fungsi paragraf yaitu untuk menandai topik baru atau pengembangan topik selanjutnya, dan merinci topik sebelumnya.

B. Teknik Tari Bambu dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Teknik ini diberi Tari Bambu, karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Filipina yang juga populer dibeberapa daerah di Indonesia. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Anita Lie, 2008: 67). Teknik tari bambu dapat menghilangkan kejenuhan, karena teknik tari bambu dilakukan dengan gerak sehingga dapat memberikan semangat yang baru setelah jenuh menerima pelajaran. Dalam kegiatan menulis cerpen dengan teknik tari bambu langkah-langkah yang dilakukan antara lain: a. Siswa bertukar informasi dengan teman (Teknik Tari Bambu) Siswa berbagi pengalaman dengan teman yang lain sambil bergantian berbagi informasi. Kegiatan tersebut dapat menambah informasi yang lain sehingga dari hasil berbincang dengan teman dapat menambah wawasan kemudian mampu dimanfaatkan sebagai perangsang atau motivasi dalam meningkatkan daya imajinasi dan kreatifitas yang kemudian dapat diaplikasikan dalam bentuk kreasi tulisan. Cara melakukan teknik tari bambu yaitu: 1) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar disela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan

memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang relatif singkat. 2) Separuh kelas lainnya berjajar dengan menghadap jajaran yang pertama. 3) Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi 4) Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajarannya, jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi, pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan. b. Terekam (dari hasil informasi teman) Dari rangkaian kegiatan yang merupakan bentuk proses tari bambu yakni menyimak informasi dari teman, objek mampu terangsang untuk menciptakan kondisi terekam apa yang telah diperoleh dari hasil bertukar informasi dengan teman dengan tema pengalaman yang paling menarik dan berkesan. c. Imajinasi, Kreatifitas dan Konsentrasi Merupakan dampak dari terekamnya proses penyampaian informasi adalah munculnya konsentrasi yang akan membentuk kreatifitas dan imajinasi objek, sehingga kesiapan dan kemampuan berpikir untuk menjalankan tugas dari hasil proses kegiatan sebelumnya dapat dicerna dan dijalankan dengan cermat dan kreatif. d. Menulis Merupakan aplikasi dari kosentrasi, imajinasi dan keratifitas objek dari proses yang telah dilakukan. Dari beberapa uraian di atas penulis berharap dapat meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pada kompetensi dasar menulis cerpen di Sekolah Menengah Atas baik itu SMA, SMK, dan sederajatnya. Kaitannya tentang peningkatan pembelajaran menulis cerpen maka melalui teknik ini penulis

menerapkannya pada subjek yang peneliti adakan observasi yakni di SMA Diponegoro Sampang, dengan cara menerapkan konsep berbagi pengalaman dan informasi dengan teman atau biasa disebut tari bambu. Hal tersebut akan lebih memacu siswa dalam menulis cerita pendek, karena ketika siswa berbagi pengalaman dengan temannya maka akan memudahkan mendapat ide-ide yang akan digunakan dalam tulisannya karena kesehariannya siswa bersama di sekolah maupun di rumah sehingga tidak canggung ketika berbagi infomasi. Dalam teknik Tari Bambu, aktifitas berbagi informasi dengan teman dijadikan bagian dari proses memperoleh pengetahuan dan imajinasi. Kegiatan berbagi informasi dengan teman merupakan aktifitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain secara langsung. Peneliti mengangkat cerpen sebagai salah satu bentuk tulisan sastra dalam menerapkan konsep peningkatan pembelajaran menulis sastra pada khususnya dengan teknik tari bambu, karena selain sesuai dengan materi yang diajarkan pada semester dua di kelas X pada siswa SMA. Cerpen merupakan salah satu bentuk sastra atau lebih tepatnya sebagai hasil karya sastra. Sastra tidak saja bernilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai sebuah karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual disamping konsumsi emosi. Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra prosa yang berupa sebuah cerita yang singkat, padat, dan jelas. Singkat karena hanya terdiri dari kurang lebih 10.000 kata yang memberikan kesan tunggal secara dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi atau pada suatu waktu, padat karena akan memuat peristiwa-peristiwa inti dalam cerita, dan jelas karena tetap akan kita temukan akhir penyelesaian dari peristiwaperistiwa yang membangun cerita. Oleh karena itu cerpen dianggap mewakili beberapa karya sastra yang pantas dipelajari Siswa Menengah Atas.

C. Kerangka Berpikir Pembelajaran menulis cerpen melalui teknik tari bambu merupakan salah satu bentuk pembelajaran berbahasa dan bersastra. Pembelajaran ini bertujuan agar siswa terampil dalam menyampaikan idenya secara mendetail dari hasil bertukar pengalaman dengan teman sehingga dapat mengembangkan cerita dengan mudah dalam pembuatan cerita pendek. Pembelajaran menulis cerpen dilakukan sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen karena permasalahan yang dihadapi oleh kebanyakan guru adalah cara mengatasi rendahnya keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti melakukan penelitian tentang upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan teknik tari bambu. Dengan membiarkan siswa bertukar pengalaman dengan temannya akan lebih mudah untuk mengembangkan sebuah cerita dan memunculkan ide-ide siswa setelah memperoleh informasi dari temannya sendiri. Teknik tari bambu dapat menghilangkan kejenuhan, karena teknik tari bambu dilakukan dengan gerak sehingga dapat memberikan semangat yang baru setelah jenuh menerima pelajaran. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir di atas maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian adalah peningkatan kualitas, pada kompetensi dasar menulis cerpen mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XA SMA Diponegoro Sampang Kabupaten Cilacap, yang dapat dilakukan dengan metode tari bambu.