Analisis Mikrotremor Dalam Kawasan Rencana Pembangunan Bandar Udara Di Kabupaten Kulon Progo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

TUGAS AKHIR (SG ) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG

Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015:

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Imam A. Sadisun Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB ITB) KK Geologi Terapan - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - ITB

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Penentuan Pergeseran Tanah Kota Palu Menggunakan Data Mikrotremor. Determination Of Ground Shear Strain In Palu City Using Mikrotremor Data

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Area Penelitian IV.2. Tahap Pengolahan IV.3. Ketersediaan Data IV.4.

Deputi Bidang Koordinasi Insfratruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hal sebagai

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

ANALISIS GSS (GROUND SHEAR STRAIN) DENGAN METODE HVSR MENGGUNAKAN DATA MIKROSEISMIK PADA JALUR SESAROPAK

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

STUDI KERENTANAN SEISMIK TANAH TERHADAP FREKUENSI ALAMI BANGUNAN DI KOTA PALU BERDASARKAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM AKIBAT GEMPABUMI. KIRBANI SRI BROTOPUSPITO LABORATORIUM GEOFISIKA FMIPA UGM dan

Timur dan kedalaman 48 kilometer. Berdasarkan peta isoseismal yang

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

KARAKTERISTIK SEISMIK KAWASAN KULONPROGO BAGIAN UTARA (THE SEISMIC CHARACTERISTICS OF NORTHERN PART OF KULONPROGO)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. Jawa tengan berdasarkan peta kerawanan bencana gempa yang di. keluarkan oleh kementrian ESDM memiliki potensi goncangan saat gempa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara dibawah koordinasi Satkorlak Bencana Gempa dan Tsunami di Banda

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

Unnes Physics Journal

Analisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

ANALISIS PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM WILAYAH YOGYAKARTA DENGAN METODE ATENUASI PATWARDHAN

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI BARAT DAYA SUKABUMI 12 JUNI 2017

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

Pengembangan Program Analisis Seismic Hazard dengan Teorema Probabilitas Total Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Boyolali disebelah utara, Kabupaten Sukoharjo disebelah timur, Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta) disebelah selatan, dan

Analisis Mikrotremor Kawasan Palu Barat Berdasarkan Metode Horizontal To Vertical Spectral Ratio (HVSR) ABSTRAK

SIMETRI, Jurnal Ilmu Fisika Indonesia Volume 1 Nomor 2(D) September 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi merupakan bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia. Daerah Istimewa merupakan salah satu wilayah yang sering diguncang gempabumi seperti yang terlihat pada peta seismisitas gempabumi pada gambar 1.1. Salah satunya gempabumi yang terjadi di daerah adalah gempabumi tanggal 27 Mei 2006 dengan magnitude 6,3 SR yang menyebabkan 5.685 korban jiwa. Kulon merupakan salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa yang terkena dampak dari gempabumi tersebut, terdapat 22 korban jiwa meninggal, 2.179 jiwa luka-luka, dan 74.976 jiwa mengungsi. Akibat gempabumi ini Kabupaten Kulon juga mengalami kerusakan pada bangunan rumah pribadi sebanyak 16.210 unit (www.bnpb.go.id/ diakses pada tanggal 15 Maret 2017). Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan Izin Penetapan Lokasi (IPL) Pembangunan Bandar Udara di Kecamatan Temon Kabupaten Kulon. Rencananya Bandar Udara Kulon akan memiliki terminal seluas 106.500 m 2 dengan kapasitas 10 juta penumpang pertahun, adapun hanggar yang akan dibangun seluas 371.125 m 2, yang dapat menampung 28 unit pesawat (http://hubud. dephub.go.id/ diakses pada tanggal 15 Maret 2017). Desa Glagah, Palihan, Sindutan dan Jangkaran merupakan kawasan yang terkena dampak langsung oleh pembangunan Bandar Udara tersebut. Pembangunan Bandar Udara di Kabupaten Kulon dapat memajukan ekonomi masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dalam kawasan Bandar Udara rencananya dibangun gedung-gedung bertingkat untuk mendukung operasional Bandar Udara. Daerah Kulon berada di daerah rawan terhadap bencana gempabumi. Jika dalam pembangunan Bandar Udara tersebut tidak mempertimbangkan karakteristik dinamika tanah, pada saat terjadi gempabumi dengan magnitudo besar dan letak hiposenter yang dangkal akan dapat menyebabkan kerusakan bangunan 1

2 bahkan sampai terdapat korban jiwa. Karakteristik dinamika tanah yang dimaksud diantaranya meliputi nilai frekuensi natural (f 0 ), percepatan getaran tanah maksimum (PGA), indeks kerentanan seismik (K g ), ground shear strain (γ), dan ketebalan lapisan sedimen (h). Bandar Udara merupakan fasilitas publik yang dalam kategori risiko bangunan gedung dan struktur untuk beban gempa masuk dalam kategori risiko II, sehingga perlu pertimbangan dan perencanaan yang matang dalam pembangunannya (SNI 1725:2012). Peta seismisitas pada gambar 1.1 memperlihatkan bahwa di sekitar wilayah Kulon sering terjadi gempabumi. Gempabumi memiliki sifat berulang untuk periode waktu tertentu, hal ini menunjukkan potensi ancaman gempabumi di Kabupaten Kulon pada masa yang akan datang masih cukup tinggi. Karena pencegahan terhadap bencana ini tidak dapat dilakukan, maka hal yang paling penting dari evaluasi gempabumi adalah mitigasi bencana. Salah satu mitigasi bencana yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui nilai-nilai dari karakteristik dinamika tanah di lapisan permukaan yang terdiri dari frekuensi natural, indeks kerentanan seismik, ketebalan lapisan sedimen, percepatan getaran tanah dan ground shear strain. Nilai frekuensi natural rendah dapat menyebabkan terjadinya natural saat terjadi goncangan gempabumi. Nilai indeks kerentanan seismik yang tinggi pada suatu daerah dapat menyebabkan local site effect saat terjadi goncangan gempabumi (Daryono, 2011). Nilai percepatan getaran tanah besar atau kecil dapat menunjukkan tingkat kerusakan akibat gempabumi. Ground shear strain besar dapat menimbulkan kerusakan bangunan gedung dan nilai ketebalan lapisan sedimen yang tebal dapat meningkatkan potensi terjadinya natural. Berdasarkan permasalahan tersebut Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik dinamika tanah berupa nilai frekuensi natural (f 0 ), percepatan getaran tanah maksimum (PGA), indeks kerentanan seismik (K g ), ground shear strain (γ), dan ketebalan lapisan sedimen (h). Hasil dari analisis karakteristik dinamika tanah dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembangunan Bandar Udara di Kulon.

3 Gambar 1.1 Peta seismisitas dan sekitarnya dari tahun 1921 s.d 2016 3

4 Banyaknya ancaman gempabumi yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang membutuhkan usaha untuk penanggulan bencana alam. Pendirian infrastruktur bangunan dengan memperhatikan karakteristik dinamika tanah diharapkan memperkecil korban dan kerugian akibat gempabumi kedepannya. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan tambahan informasi mengenai potensi kerawanan terhadap gempabumi sebagai satu acuan penting dalam pendirian bangunan Bandar Udara di Kulon. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Diperlukan penelitian tentang tingkat kerawanan daerah terdampak Bandar Udara di Kulon terhadap gempabumi, melalui pemetaan sebaran nilai frekuensi natural (f 0 ), nilai percepatan getaran tanah maksimum (PGA), indeks kerentanan seismik (K g ), ground shearstrain (γ), dan ketebalan lapisan sedimen (h) di kawasan rencana pembangunan Bandar Udara Kabupaten Kulon. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian hanya dilakukan di sekitar kawasan rencana pembangunan Bandar Udara di Kecamatan Temon Kabupaten Kulon dengan posisi geografis 07 54' 39,20" Lintang Selatan dan 110 04' 21,11" Bujur Timur. 2. Data histori gempa diambil dari katalog gempa USGS selama 95 tahun terakhir. 3. Perhitungan nilai PGA di permukaan (α α ) menggunakan metode Kanai, sedangkan PGA batuan dasar (α b ) dihitung dengan menggunakan metode Mc Guire 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan penilaian terhadap risiko gempabumi melalui pemetaan sebaran nilai frekuensi natural (f 0 ), percepatan getaran tanah maksimum (PGA), indeks kerentanan seismik (K g ), ground shear

5 strain (γ), dan ketebalan lapisan sedimen (h) di kawasan rencana pembangunan Bandar Udara Kulon. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan informasi kepada pemerintahan Kabupaten Kulon, untuk melakukan perencanaan tata ruang dan infrastruktur pembangunan Bandar Udara di Kabupaten Kulon, yang sesuai dengan karakteristik dinamika tanah, sehingga dapat memperkecil risiko akibat gempabumi di daerah tersebut. Selain itu informasi yang akan diperoleh dapat menjadi salah satu acuan bagi masyarakat jika ingin mendirikan bangunan di kawasan ini. 1.6 Hipotesis Pada penelitian ini Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Pada kawasan pantai yang merupakan dataran aluvial dengan lapisan sedimen tebal memiliki nilai percepatan getaran tanah maksimum (PGA), indeks kerentanan seismik (K g ), dan ground shear strain (γ) yang tinggi, kemudian berubah semakin kecil ketika memasuki kawasan pegunungan, sehingga wilayah antara pantai dan perbukitan memiliki risiko gempabumi yang cukup tinggi untuk pendirian bangunan Bandar Udara.