BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

B A B IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, tak sedikit pula

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Prosedur Pemesanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas operasional suatu perusahaan karena pembelian merupakan suatu

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. barang dari pemasok untuk pengadaan atau penyediaan barang agar. permintaan pelanggan dapat dipenuhi dengan baik.

SIKLUS PENGELUARAN B Y : M R. H A L O H O

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kebutuhan akan sebuah komputerisasi. sangatlah penting bagi tiap - tiap perusahaan agar mereka dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan saat ini, pentingnya sistem informasi hampir dirasakan berbagai jenis bidang usaha,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM. perusahaan serta akibat yang ditimbulkan masalah tersebut. dimana masih berstatus sewaan dari orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sistem informasi yang handal dan reliable untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan secara manual. Tidak terkecuali penggunaan teknologi informasi oleh

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN KREDIT PADA PT. SWATAMA MEGA TEKNIK

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3. perusahaan manufaktur sekaligus eksportir yang bergerak di bidang furniture. rotan, enceng gondok, pelepah pisang dan sebagainya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Lampiran 1 Prosedur Operasional Standar (POS) Aktivitas Pembelian

BAB 3 ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG PADA FELINDO JAYA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. UD. ROHMAT JAYA yang terletak di Jl. Makam No 1,Balong Dowo, Candi

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyongsong era globalisasi. Informasi sangat di perlukan dalam menghadapi. informasi yang ada disimpan dengan baik pula.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, dunia bisnis mengalami persaingan yang terus meningkat. Dengan adanya persaingan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. UD. PRIBUMI yang terletak di Jl. Pahlawan No 53, Wonotengah, Purwoasri

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

BAB VII SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENAGIHAN KAS

BAB II TINJAUAN TEORETIS

ANALISIS SISTEM : AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT PADA PT.INTI ANDALAN NUSANTARA : ULFA MAIARDININGSIH : 2A214924

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

Diana Mufida 4EB17/ Ekonomi/ Akuntansi Dr. Aris Budi Setyawan, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini dunia usaha dihadapkan pada situasi atau kondisi

AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU. Akuntansi Biaya TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan utama yaitu mendapatkan laba sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

Sistem Pembelian Bahan Baku Audio Pada PT. Panasonic Gobel Indonesia SUSANTI KUSUMO SARI EKONOMI/ AKUNTANSI ELVIA FARDIANA SE., MM.

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT PADA PT. TIRTA INVESTAMA NPM : : NINGGAR KUSUMAWATI

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

Perancangan Sistem Informasi

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. PT. Auto Sukses Perkasa berdiri pada tahun 2006 merupakan perusahaan yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN Perusahaan ini sudah berjalan berapa lama? 2. Perusahaan ini bergerak di bidang apa?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. erat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Maka tidak mengherankan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penjualan secara langsung dan online ( , livechat, telepon). Penjualan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dunia bisnis zaman kini, persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Perusahaan pada umumnya, berkompetisi antar satu sama lain untuk dapat menjadi penguasa pasar dalam industri mereka masing-masing. Makin bertumbuhnya usaha-usaha bisnis membuat persaingan industri menjadi lebih kompetitif. Hal tersebut bisa terjadi, karena dunia bisnis tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi. Melihat persaingan bisnis semakin maju, agar dapat tetap menjadi sebuah perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang usahanya, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah menerapkan suatu sistem informasi akuntansi guna meningkatkan keefektifan dan keefisiensian dalam kegiatan operasionalnya. Sistem informasi akuntansi dibutuhkan oleh segala jenis macam perusahaan, baik perusahaan tersebut adalah perusahaan yang memproduksi sebuah produk (manufaktur) maupun bagi perusahaan yang menyediakan jasa bagi para pelanggannya. Di dalam sebuah perusahaan manufaktur, aktivitas pemesanan bahan baku adalah salah satu kegiatan rutin yang akan selalu dilakukan untuk menjalankan produksi perusahaan. Bila tidak ada pemesanan bahan baku yang dilakukan, maka perusahaan tidak bisa melakukan proses 1

2 produksi oleh karena tidak adanya pasokan bahan baku, sehingga kegiatan operasional perusahaan menjadi terhambat. Setiap jenis transaksi pembelian atau pemesanan bahan baku baik tunai maupun kredit, memerlukan sebuah sistem pengendalian yang baik agar informasi yang diberikan dapat menghasilkan informasi yang memenuhi karakteristik kualitatif informasi, yakni akurat, tepat waktu, dan relevan. Karena aktivitas pemesanan bahan baku begitu penting bagi sebuah perusahaan manufaktur, maka diperlukan sebuah sistem informasi akuntansi dapat mendukung kelancaran operasional perusahaan. Sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis (Krismiaji, 2015:4). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa sistem informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap jalannya suatu perusahaan. Apabila suatu perusahaan ingin memiliki kegiatan operasional yang baik, diperlukan sistem informasi akuntansi yang telah dirancang secara memadai untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Akan tetapi, walaupun perusahaan sudah memiliki sistem informasi yang baik, hal tersebut masih belum cukup, masih diperlukan adanya suatu pengendalian internal yang dilakukan untuk mendukung keberhasilan penerapan sistem informasi akuntansi. Suatu pengendalian internal mengandung kebijakan dan prosedur yang didesain untuk menyediakan manajemen suatu

3 jaminan atau keyakinan (assurance) bahwa perusahaan dapat mencapai tujuan dan sasaran mereka (Arens dkk, 2009:242). Berdasarkan pengertian tersebut, pengendalian internal berguna untuk mengawasi atau memastikan bahwa sistem informasi akuntansi yang dirancang sebelumnya telah diterapkan sebagaimana seharusnya. Selain itu, pengendalian internal juga berguna untuk meningkatkan kinerja karyawan perusahaan, melalui mengikuti setiap prosedur operasi standar yang ada dalam perusahaan, operasional perusahaan menjadi lebih terstruktur dan sistematis, serta dapat meminimalkan risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan. Salah satu komponen dalam pengendalian internal adalah aktivitas pengendalian, yang adalah sebuah kumpulan kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menangani risiko yang ada dalam suatu perusahaan telah dilakukan demi mencapai tujuan dan sasaran perusahaan (Arens dkk, 2009:249). Aktivitas pengendalian secara umum terdiri dari pemisahan tugas yang memadai, otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas, dokumen dan catatan yang memadai, pengendalian fisik atas aset dan catatan, serta verifikasi kinerja yang dilakukan oleh pihak independen. Aktivitas pengendalian dapat dilakukan oleh perusahaan dengan cara membuat prosedur-prosedur operasi standar (POS) secara tertulis. Menurut Fatimah, dkk. (2015:49-50), POS adalah pedoman tertulis yang berisi mengenai serangkaian prosedur kerja operasional yang dapat membantu proses kerja suatu organisasi

4 menjadi lebih efektif dan efisien dari segi waktu dan kualitas kerja, serta untuk mencapai sasaran perusahaan yang telah ditetapkan. Prosedur-prosedur yang dibuat secara tertulis ini akan digunakan untuk mengawasi dan memastikan bahwa setiap aktivitas dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang dilaksanakan telah berjalan secara efektif, konsisten, standar dan sistematis. Selain itu, POS juga dapat berfungsi sebagai pedoman para karyawan perusahaan untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah studi kasus mengenai aktivitas pemesanan bahan baku pada sebuah perusahaan yang berada di kawasan Hang Tuah, Sidoarjo, Jawa Timur, dengan nama UD. Bintang Mas. Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk berupa krupuk. UD. Bintang Mas telah beroperasi sejak tahun 1968 dengan menggunakan merk dagang Liem San. Perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga yang dijalankan secara turun temurun sejak awal berdiri sampai sekarang. Selama ini, aktivitas pembelian atau pemesanan bahan baku yang dilakukan UD. Bintang Mas secara umum hanya berdasarkan penyampaian langsung secara verbal. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada UD. Bintang Mas, ditemukan adanya beberapa kelemahan pada aktivitas pemesanan bahan baku yang selama ini telah dilakukan. Hal yang mendasari adanya kelemahan dalam UD. Bintang Mas adalah tingkat pengendalian internal yang lemah. Pengendalian internal yang lemah disebabkan karena UD. Bintang Mas masih belum cukup

5 memperhatikan mengenai aktivitas pengendalian yang harus dilakukan untuk menjaga tingkat pengendalian internal perusahaan tetap memadai. Hal ini mengakibatkan kegiatan pesan bahan baku secara umum dilakukan hanya berdasarkan informasi yang disampaikan secara verbal saja tanpa adanya prosedur operasi standar tertulis yang menjadi acuan pekerjaan. Salah satu tipe dari aktivitas pengendalian adalah dokumen dan catatan yang memadai, dimana UD. Bintang Mas masih belum menggunakan dokumendokumen yang sekiranya diperlukan dalam aktivitas pemesanan bahan baku. Permasalahan yang pertama adalah tidak adanya dokumen permintaan pembelian bahan baku (Purchase Request / PR) yang digunakan ketika bagian gudang bahan baku meminta manajer pembelian untuk melakukan pemesanan bahan baku (Purchase Request / PO). Selama ini, permintaan pembelian tersebut hanya dilakukan dengan penyampaian secara langsung atau verbal dari bagian gudang bahan baku kepada manajer pembelian, tanpa adanya dokumen permintaan pembelian (Purchase Request / PR) secara tertulis sebagai acuan yang jelas. Permasalahan ini dapat dilihat melalui sering terjadinya kesalahan atau ketidaksesuaian antara barang yang diminta dengan barang yang dibeli. Ketidaksesuaian tersebut juga memberikan dampak lanjutan dimana bagian gudang bahan baku seringkali melakukan permintaan pembelian yang sama dua kali, terjadi secara berulang untuk maksud yang sama, sehingga juga memberikan dampak lanjutan terjadinya pemesanan bahan baku

6 oleh manajer pembelian kepada pemasok dua kali, terjadi secara berulang dengan maksud untuk memenuhi permintaan pembelian yang sama. Dengan adanya permasalahan ini, dokumen permintaan pembelian (Purchase Request / PR) sangat diperlukan oleh perusahaan sebagai acuan yang jelas menyatakan bahwa pihak gudang bahan baku telah mengajukan permintaan pembelian secara tertulis untuk dibeli perusahaan melalui manajer pembelian. Dengan adanya dokumen permintaan pembelian (Purchase Request / PR), tingkat risiko terjadinya ketidaksesuaian antara permintaan bahan baku dengan pemesanan bahan baku kepada pemasok maupun penerimaan bahan baku kelak dapat diminimalkan. Masalah yang kedua adalah sebelum melakukan pemesanan bahan baku, manajer pembelian tidak melakukan verifikasi lebih lanjut mengenai tingkat persediaan dan tidak meminta persetujuan dari pemilik terlebih dahulu sebelum melakukan pesanan. Dengan tidak adanya verifikasi tingkat persediaan dari manajer pembelian, baik melalui kartu stok maupun secara fisik (stok opname), hal ini mengakibatkan pemesanan bahan baku yang dilakukan manajer pembelian membuat tingkat persediaan menjadi berlebihan atau overstock, karena pada saat itu, seharusnya tidak perlu dilakukan pemesanan bahan baku, akan tetapi manajer pembelian sudah memesan bahan baku terlebih dahulu tanpa melakukan verifikasi stok persediaan. Selain itu, manajer pembelian juga tidak meminta persetujuan dari pemilik terlebih dahulu sebelum melakukan pemesanan bahan baku. Hal ini menjadi masalah, karena dalam

7 perihal kesepakatan harga pembelian bahan baku pada pemasok, terdapat perbedaan versi harga pemasok antara manajer pembelian dengan pemilik. Perbedaan versi harga tersebut disebabkan karena tidak adanya daftar harga pemasok yang dibuat oleh pemilik sebagai acuan untuk manajer pembelian dalam melakukan aktivitas pemesanan bahan baku. Pada awalnya, pemasok memberikan penawaran harga secara verbal kepada pemilik melalui telepon. Setelah harga bahan baku telah disepakati antara pemasok dengan pemilik UD. Bintang Mas, informasi harga kesepakatan tersebut disampaikan secara verbal juga kepada manajer pembelian, tanpa adanya pembuatan data daftar harga pemasok. Ketika manajer pembelian mengkonfirmasi kembali harga bahan baku kepada pemasok, seringkali informasi harga yang diberikan pemasok tidak sesuai dengan informasi harga yang diberikan oleh pemilik UD. Bintang Mas, dimana menurut pemasok, harga bahan baku lebih tinggi dibandingkan informasi yang diberikan oleh pemilik kepada manajer pembelian. Hal ini mengakibatkan harga yang tercantum dalam faktur pemasok untuk pesanan pembelian yang dilakukan seringkali menjadi tidak sesuai atau lebih tinggi dibandingkan dengan penawaran harga yang sebelumnya telah disepakati oleh pemilik UD. Bintang Mas. Masalah yang ketiga adalah ketika manajer pembelian melakukan pemesanan bahan baku, manajer pembelian tidak menerbitkan dokumen pesanan pembelian (Purchase Order / PO). Selama ini setelah pemesanan bahan baku dilakukan, manajer

8 pembelian akan menyampaikan langsung secara verbal kepada gudang bahan baku mengenai pesanan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan aktivitas penerimaan barang yang dilakukan oleh bagian gudang bahan baku hanya berdasarkan informasi yang disampaikan secara verbal oleh manajer pembelian, tanpa adanya dokumen yang menuliskan mengenai informasi pesanan. Dengan tidak adanya dokumen pesanan pembelian (Purchase Order / PO) yang diberikan pada bagian gudang bahan baku, penerimaan barang yang dilakukan oleh bagian gudang bahan baku seringkali salah atau tidak sesuai, baik dalam hal jenis barang yang diterima maupun jumlah barang yang diterima tidak sesuai dengan pesanan pembelian, dengan catatan bahwa bagian gudang bahan baku tidak mengetahui bahwa penerimaan bahan baku yang dilakukan ternyata salah. Masalah yang keempat adalah dokumen laporan penerimaan barang (LPB) yang digunakan masih belum cukup memadai untuk memberikan informasi yang jelas mengenai data penerimaan barang perusahaaan. Untuk laporan penerimaan barang, UD. Bintang Mas sudah menggunakan dokumen, tidak lagi secara verbal. UD. Bintang Mas membuat laporan penerimaan barang tersebut menggunakan surat pesanan yang sudah tidak digunakan lagi. Akan tetapi, informasi yang tercantum di dalam dokumen tersebut masih belum dapat memberikan informasi yang cukup lengkap dan memadai untuk data penerimaan barang perusahaan. Di dalam laporan penerimaan barang (LPB) tersebut tidak mencantumkan nomor surat jalan dari pemasok yang mengirim barang, sehingga penyimpanan

9 dokumen antara laporan penerimaan barang beserta dengan surat jalan pemasok oleh pihak administrasi seringkali tidak cocok. Selain itu, di dalam laporan penerimaan barang (LPB) tersebut juga tidak mencantumkan informasi untuk pesanan pembelian dan permintaan pembelian manakah tujuan laporan ini dibuat. Dalam hal tidak dicantumkannya nomor pesanan pembelian (Purchase Order / PO) dan nomor permintaan pembelian (Purchase Request / PR), hal tersebut juga terpengaruh dari aktivitas permintaan pembelian yang dilakukan oleh pihak gudang bahan baku dan pemesanan bahan baku manajer pembelian pada tahap sebelumnya, dimana setiap dari aktivitas tersebut hanya dikomunikasikan secara verbal saja dan tanpa dokumen tertulis. Permasalahan tersebut meningkatkan tingkat kesulitan bagi perusahaan untuk mengidentifikasi atau menelusuri kembali untuk permintaan pembelian (Purchase Request / PR) dan pesanan pembelian (Purchase Order / PO) yang manakah laporan penerimaan barang (LPB) tersebut dibuat. Masalah yang kelima adalah pemilik seringkali membayar faktur pemasok dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kesepakatan harga antara pemilik dengan pemasok yang telah dilakukan sebelumnya. Sebelum melakukan pembayaran, seringkali pemilik harus melakukan konfirmasi ulang terkait harga pada faktur pemasok. Akan tetapi, karena tidak ada data daftar harga pemasok sebagai dasar untuk membuktikan harga kesepakatan pada waktu tersebut, seringkali pemilik terpaksa harus mengikuti harga yang tercantum pada faktur pemasok. Dengan demikian, sebenarnya nilai

10 harga yang dibayarkan pemilik sebenarnya lebih tinggi daripada harga yang telah disepakati sebelumnya. Melalui dilakukannya pembayaran yang harga sebenarnya tidak sesuai atau lebih tinggi dibandingkan dengan harga kesepakatan sebelumnya, hal tersebut cukup merugikan UD. Bintang Mas secara finansial Dengan adanya berbagai macam kelemahan yang ada di atas dan berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, peneliti bermaksud akan merancang sebuah prosedur operasi standar (POS) secara tertulis yang dapat digunakan perusahaan sebagai aktivitas pengendaliannya, dalam rangka meningkatkan pengendalian internal terkait aktivitas pemesanan bahan baku perusahaan. Selain itu, POS juga dapat digunakan untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki dokumen dan catatan yang memadai mengenai aktivitas pemesanan bahan baku. Bila tidak ada dokumen dan catatan yang memadai, maka tingkat pengendalian internal perusahaan terhadap aktivitas pemesanan bahan baku menjadi minimum, dan perusahaan akan sulit untuk menelusuri kembali transaksi-transaksi pemesanan yang telah dilakukan sebelumnya. Melalui POS, perusahaan juga dapat memiliki tingkat kendali yang baik atas aset persediaan bahan baku dan dokumendokumen pemesanan bahan baku yang terkait. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana analisis

pengendalian internal dan perancangan Prosedur Operasi Standar (POS) pada aktivitas pemesanan bahan baku UD. Bintang Mas? 11 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada di atas, maka tujuan penelitian ini adalah merancang Prosedur Operasi Standar (POS) pada aktivitas pemesanan bahan baku di UD. Bintang Mas guna meningkatkan pengendalian internal perusahaan. 1.4. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat akademis: Menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya yang meneliti mengenai topik terkait dengan aktivitas kontrol pada lingkungan pengenalian internal dan merancang POS pada aktivitas pemesanan atau pembelian bahan baku. Bagi peneliti agar dapat semakin memahami dan mengembangkan rancangan POS pada aktivitas pemesanan atau pembelian bahan baku. 2. Manfaat praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada UD. Bintang Mas, diharapkan perusahaan mendapatkan solusi untuk meningkatkan pengendalian internalnya terutama terkait dengan aktivitas pemesanan atau pembelian bahan baku secara optimal demi mencapai tujuan perusahaan.

12 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun secara keseluruhan yang terdiri dari lima bab. Uraian ide pokok yang terkandung pada masing-masing bab adalah sebagai berikut: Bab 1 : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2 : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu, landasan teori dan rerangka berpikir yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi. Bab 3 : METODE PENELITIAN Bab ini berisi mengenai desain penelitian, jenis dan sumber data, alat dan metode pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab 4 : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan, deskripsi data, analisis dan pembahasan prosedur sistem serta evaluasi dari permasalahan perusahaan. Bab 5 : SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang simpulan, keterbatasan dan saran yang berguna untuk UD. Bintang Mas sebagai usulan perbaikan.