BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia pada Tahun 2017 (Januari Oktober) sebanyak 41.263 kasus dengan jumlah kematian 305 orang, angka kesakitan / Incidence Rate (IR) DBD tahun 2017 15,74. Sedangkan pada Tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Jumlah kasus DBD tahun 2016 meningkat dibandingkan jumlah kasus tahun 2015 (129.650 kasus). Jumlah kematian akibat DBD tahun 2016 juga meningkat dari tahun 2015 (1.071 kematian). Angka kesakitan / Incidence Rate (IR) DBD tahun 2016 juga meningkat dari tahun 2015, yaitu 50,75 menjadi 78,85 per 100.000 penduduk. Namun, Angka kematian / Case Fatality Rate (CFR) mengalami penurunan dari 0,83% pada tahun 2015 menjadi 0,78% pada tahun 2016 (Direktur P2PTVS, 2017). Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan / Incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 sebesar 43,4 per 100.000 penduduk dan Angka kematian / Case Fatality Rate (CFR) DBD di Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 1,46 (Dinkes Jateng, 2016). Di Kabupaten Cilacap Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalahan, hal ini dibuktikan dengan masih adanya kasus DBD yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Cilacap. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Cilacap pada Tahun 2015 sebanyak 1.057 kasus dengan angka kesakitan / Incidence Rate (IR) 58,5 per 100.000 penduduk dan angka kematian / Case Fatality Rate (CFR) sebesar 1,1%. Pada Tahun 2016 sebanyak 1.294 kasus dengan angka kesakitan / Incidence Rate (IR) 74 per 100.000 penduduk dan angka kematian / Case Fatality Rate (CFR) sebesar 1,0%. Pada tahun 2017 1
sebanyak 327 kasus dengan angka kesakitan / Incidence Rate (IR) 16,6 per100.000 penduduk (Dinkes Kab. Cilacap, 2017). Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Kabupaten Cilacap terdapat di Kecamatan Cilacap Tengah pada Tahun 2016 sebanyak 235 kasus dengan angka kesakitan / Incidence Rate (IR) 45,06 per100.000 penduduk dan angka kematian / Case Fatality Rate (CFR) sebesar 1,3 %. Kemudian pada tahun 2017 mengalami penurunan dengan kasus sebanyak 44 kasus, angka kesakitan / Incidence Rate (IR) 8,4 per100.000 penduduk (Dinkes Kab. Cilacap, 2017). Kelurahan Sidanegara yang berada di wilayah kerja Puskesmas Cilacap Tengah 1 merupakan kelurahan dengan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi. Kelurahan Sidanegara merupakan daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada Tahun 2016 terdapat 152 kasus dengan angka kesakitan / Incidence Rate (IR) sebesar 47,5 per100.000 penduduk dan pada Tahun 2017 mengalami penurunan dengan jumlah 27 kasus dengan angka kesakitan / Incidence Rate (IR) sebesar 8,44 per100.000 penduduk. Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Sidanegara pada Tahun 2017 sebesar 92,73%. Sedangkan angka nasional bebas jentik di Indonesia yaitu sebesar 95%. Artinya Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Sidanegara belum mencapai angka target nasional (Puskesmas Cilacap Tengah 1, 2017). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus Flavivirus dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur (Kemenkes RI, 2016). Penyebab tingginya angka kesakitan DBD dikarenakan adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup tinggi, sehingga dapat menimbulkan genagan air yang merupakan tempat perindukan bagi vektor nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD yang cukup potensial. Selain itu 2
juga didukung dengan tidak maksimalnya kegitan PSN dimasyarakat, sehingga pemutusan rantai kehidupan dari vektor tidak tercapai dan berdampak pada kelangsungan kehidupan nyamuk Aedes Aegypti dan menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD (Dinkes Kab. Cilacap, 2017). Kepadatan jentik Aedes aegypti di suatu daerah merupakan indikator terdapatnya populasi nyamuk Aedes sp di daerah tersebut. Oleh karena itu perlu adanya data tentang populasi vektor dengan indikator House index (HI), Container index (CI), Breteau index (BI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ). Container adalah tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakannya nyamuk Aedes sp Angka Bebas Jentik dan House Index lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu wilayah (Sunaryo & Pramestuti, 2014). Selain beberapa indeks kepadatan larva di atas, analisis maya indeks juga banyak dilakukan dalam menganalisa tingkat resiko penularan di suatu wilayah. Maya Index digunakan untuk mengidentifikasi suatu area berisiko tinggi sebagai habitat perkembangbiakan (Breeding Site) nyamuk Aedes sp. berdasarkan pada status kebersihan lingkungan HRI (Hygiene Risk Index) dan ketersediaan tempat-tempat yang mungkin berpotensi sebagai habitat perkembangbiakan nyamuk BRI (Breeding Risk Index) (Satoto, 2005 dalam Prasetyowati & Ginanjar, 2017). Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka atas dasar pertimbangan penulis dilakukan penelitian lebih lanjut dengan judul : HUBUNGAN DENSITY LARVA DAN MAYA INDEX DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN SIDANEGARA, KECAMATAN CILACAP TENGAH, KABUPATEN CILACAP TAHUN 2018. 3
B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap dipengaruhi oleh faktor faktor sebagai berikut : a. Density Larva Aedes sp. Kepadatan jentik Aedes sp di Kelurahan Sidanegara merupakan indikator terdapatnya populasi nyamuk Aedes sp sebagai vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). b. Maya Index Tempat - tempat yang berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk baik di dalam maupun di luar rumah seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember, tempat minum burung, vas bunga, bak kontrol pembuangan air, tempat pembuangan air kulkas/dispenser, barang-barang bekas seperti ban, kaleng, botol, plastik dan lain - lain. Tempat perkembangbiakan ini dapat digunakan untuk menganalisa tingkat resiko dan menekan angka kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sidanegara. c. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebaran virus Dengue yang dapat menyebabkan kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Curah hujan merupakan salah satu prediktor penularan demam berdarah. Karena curah hujan yang tinggi akan meningkatkan suhu dan kelembaban relatif sehingga memperpanjang umur nyamuk dewasa. Peningkatan curah hujan dapat meningkatkan habitat dan populasi larva dan juga menciptakan habitat baru untuk nyamuk dewasa. d. Faktor Perilaku Perilaku masyarakat di Kelurahan Sidanegara dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) kurang maksimal 4
mengakibatkan tidak tercapainya pemutusan rantai kehidupan vektor dan berdampak pada kelangsungan kehidupan nyamuk. e. Faktor Demografi Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cepat dipengaruhi oleh pertambahan penduduk serta perpindahan penduduk dari suatu wilayah. 2. Batasan Masalah Pada penelitian ini batasan masalahnya adalah Density Larva dan Maya Index. Karena, Density Larva dan Maya Index merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sidanegera, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap Tahun 2018. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana Hubungan Density Larva dan Maya Index dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap Tahun 2018 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Density Larva dan Maya Index dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap Tahun 2018. 2. Tujuan Khusus a. Menghitung Density Larva meliputi HI, CI, BI, dan ABJ. b. Menghitung Maya Index meliputi HRI dan BRI. c. Mengukur kejadian Demam Berdarah Dengeu (DBD) di Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap, Kabupaten Cilacap. 5
d. Menganalisis Hubungan Density Larva dengan kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). e. Menganalisis Hubungan Maya Index dengan kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman langsung dalam pelaksanaan penelitian, penulisan hasil penelitian dan menambah wawasan serta bekal pengetahuan dalam bekerja di masyarakat. Selain itu juga dapat dijadikan referensi tambahan bagi penelitian yang akan melakukan penelitan dengan tema yang sama. 2. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai bahan masukan kepada pengelola program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit khususnya sebagai pertimbangan dalam penentuan strategi pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Cilacap Tengah 1. 3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tempat tempat yang dapat menjadi perindukan nyamuk Aedes sp sehingga dapat menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). F. Hipotesis H 1 : Ada Hubungan Density Larva dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap Tahun 2018. H 2 : Ada Hubungan Maya Index dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap Tahun 2018. 6