BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman (cm) Berdasarkan hasil analisis terhadap tinggi tanaman cabai pada umur 8,16,24,32,40,48,56,64,72,80 hari setelah tanam menunjukan pengaruh yang sangat nyata. Hal ini dipengaruhi oleh pemberian zat pengatur tumbuh ketanaman cabai dengan dosis konsentrasi yang berbeda. perbedaan tersebut tertera pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 : Tinggi tanaman (cm) cabai yang diberi perlakuan zat pengatur Konsentrasi Atonik (ml) P0(kontrol) P1(0,5 ml) P2(1 ml) P3(1,5 ml) P4(2 ml) tumbuh atonik 8 10.62a 13.62b 15.87c 19.87d 23.75e 16 12.1a 14.8b 16.6c 19.3d 21.4e Rata - rata Tinggi Tanaman (cm) setiap minggu 24 14.87a 7.75b 19.37c 23d 25.5e 32 15.3a 21.4b 21.1b 23.5c 25.6d 40 hst 19a 24b 26.5c 24.1d 28.8e 48 hst 19.3a 25.8b 26.6c 28.1d 30.9e 56 hst 20.6a 26.4b 28.6c 29.1c 32.6d 64 hst 19.9a 26.8b 29.5c 31.5d 34.3e 72 25.5a 28b 31.8c 37.8d Nilai BNT 5 % 0.66 1.11 1.05 1.19 1.09 0.81 1.09 3.0 1.01 1.6 Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNT 5% Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Tinggi Tanaman yang diberi perlakuan zat pengatur tumbuh atonik dosis 2 ml pada 80 hst memberikan nilai ratarata tinggi tanaman yakni 41.3 cm kemudian di ikuti oleh 72 hst dan 64 hst masingmasing memiliki tinggi rata-rata 38 cm dan 34 cm, hal ini menunjukan pelakuan 2 ml 38e 80 23a 30.4b 32.9c 38.9d 41.3e
20 tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. kurva pertumbuhan (tinggi) tanaman cabai terlihat pada Gambar 1 45 40 35 30 25 20 15 10 P0 (Kontrol) P1 (0.5 ml) P3 (1.5 ml) 5 0 8 hst 16 hst 24 hst 32 hst 40 hst 48 hst 56 hst 64 hst 72 hst 80 hst Gambar 1: Grafik Tinggi tanaman (cm) cabai yang diberi perlakuan ZPT atonik Gambar 1 menunjukan bahwa Tinggi Tanaman cabai dengan pemberian zat pengatur tumbuh atonik dosis 2 ml menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perbedaan tinggi tanaman cabai kemungkinan disebabkan oleh penambahan zat pengatur tumbuh yaitu atonik dengan dosis yang berbeda. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu dari Hidayati (2002), bahwa tinggi tanaman bertambah seiring dengan lama waktu pengamatan (HST), hal Ini disebabkan karena tanaman telah merespon keberadaan zat pengatur tumbuh untuk pertumbuhan vegetatifnya yaitu tanaman menjadi lebih tinggi.
21 4.2. Jumlah Tangkai Berdasarkan hasil analisis terhadap jumlah tangkai tanaman cabai pada umur 24,32,40,48,56,64,72,80 hari setelah tanam tertera pada tabal 2 di bawah ini Tabel 2 : Jumlah tangkai tanaman cabai yang diberi perlakuan zat pengatur tumbuh atonik Konsentrasi Rata - rata Jumlah Tangkai setiap minggu Atonik (ml) 24 hst 32 hst 40 hst 48 hst 56 hst 64 hst 72 hst 80 hst P0 (kontrol) 1.5a 2.1 tn** 4.3tn** 4a 4.5a 4.6a 4.8a 5.12a P1 (0,5 ml) 1.8a 3.0 4.4 5.3a 6b 6.3b 7.25b 8.37b 2.4a 3.3 5.0 6.5b 8.1c 8.1c 8.87c 9.62c P3 (1,5 ml) 2.5b 3.4 5.6 8b 8.8c 9.2d 9.5d 10.2d 2.8b 4.6 8.1 9.8c 10.3d 10.8e 11.75e 14.5e Nilai BNT 5% 0.60 0.60 0.2 2.8 0.6 2.03 0.4 0.6 Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNT 5% Pada perlakuan P0 sampai P2 pada pengamatan 24 hst tidak berbeda nyata tetapi berbeda dengan P3. Perlakuan P3 dan P4 tidak berbeda nyata. Sesuai dengan Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa Jumlah tangkai tanaman pada pengamatan 32 sampai dengan 42 hari setelah tanam, perlakuan P0 sampai dengan P4 antar perlakuan tidak berbeda nyata jumlah tangkai tanaman.
22 16 14 12 10 8 6 4 P0 (Kontrol) P1 (0.5 ml) P3 (1.5 ml) 2 0 24 hst 32 hst 40 hst 48 hst 56 hst 64 hst 72 hst 80 hst Gambar 2: Grafik Jumlah tangkai tanaman cabai yang diberi perlakuan ZPT atonik Pada gambar 2, menunjukan bahwa Jumlah tangkai Tanaman cabai dengan pemberian zat pengatur tumbuh atonik dosis 2 ml menunjukan hasil yang baik dibandingkan dengan perlakuan lainya. Perbedaan Jumlah tangkai tanaman cabai kemungkinan disebabkan oleh penambahan zat pengatur tumbuh atonik. Pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman adalah memperbaiki sistem perakaran, meningkatnya penyerapan unsur hara dari tanah, menambah aktifitas enzim, menambah jumlah klorofil dan meningkatkan fotosintesa,dan memperbanyak percambangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1986) bahwa memperbanyak percambangan, menambah jumlah kuncup dan bunga serta mencegah gugurnya bunga dan buah, kemudian meningkatkan hasil panen. zat pengatur tumbuh
23 merupakan senyawa yang terdiri dari senyawa aromatic yang bersifat asam. dalam pemberiannya harus di perhatikan konsentrasi yang di gunakan, jika konsentrasi terlalu tinggi dapat mengakibatkan kematian. 4.3 Jumlah Bunga Berdasarkan hasil analisis terhadap jumlah bunga tanaman cabai pada pengamatan 40 hari setelah tanam sampai dengan 80 setelah tanam tertera pada Tabel di bawah ini. Tabel 3 : Jumlah Bunga tanaman cabai yang diberi perlakuan zat pengatur tumbuh atonik Konsentrasi Rata - rata Jumlah Bunga setiap minggu Atonik (ml) 40 hst 48 hst 56 hst 64 hst 72 hst 80 hst P0 (kontrol) P1 (0,5 ml) P3 (1,5 ml) 6.62a 8.62b 11.5c 12c 15.37d 7.5a 10.7b 14.2c 15.2c 16.37d 8.0a 11.8b 14c 15.6d 18.5e 8.25tn** 13.12 24.75 16.62 18.87 12.6a 15.9b 16.5c 17.4d 20e 12.2a 16.5b 17.7c 18.62d 23.37e Nilai BNT 5 % 1.2 1.4 0.8 4.5 0.8 1.2 Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNJ 5% Dari Tabel 3 terlihat bahwa pada pengamatan 40 sampai dengan 56 hari setelah tanam, pemberian atonik berdasarkan perlakuan P0 sampai dengan P4 berpengaruh nyata pada jumlah bunga. perlakuan atonik berbeda nyata dengan perlakuan lainya,selanjutnya pada 64 hari setelah tanam antar perlakuan tidak berbeda nyata. pada pengamatan 72 sampai dengan 80 hari setelah tanam perlakuan 2 ml atonik memberikan hasil jumlah terlalu banyak di bandingkan dengan perlakuan
24 lainya perbedaan tersebut terlihat pada gambar 3 kurva pertambahan jumlah bunga sampai dengan 80 hari setelah tanam 30 25 20 15 10 P0 (Kontrol) P1 (0.5 ml) P3 (1.5 ml) 5 0 40 hst 48 hst 56 hst 64 hst 72 hst 80 hst Gambar 3: Grafik Jumlah Bunga tanaman cabai yang diberi perlakuan ZPT atonik Pada Gambar 3 menunjukan Jumlah Bunga Tanaman cabai dengan pemberian zat pengatur tumbuh atonik dosis 2 ml menunjukan hasil jumlah bunga yang terbanyak di bandingkan dengan lainya Perbedaan Jumlah bunga tanaman cabai kemungkinan disebabkan oleh penambahan zat pengatur tumbuh yaitu atonik dengan dosis konsentrasi yang berbeda. Hal ini bedasarkan penelitian terdahulu dari Leopold (1979) menyatakan bahwa setelah terjadi inisiasi pembungaan, pertumbuhan bunga lebih lanjut sampai terbentuk buah dan biji sangat ditentukan oleh faktor dalam dan faktor luar tanaman.
25 Faktor dalam diantaranya keseimbangan hormonal. Apabila keseimbangan hormonal tersebut baik maka bunga yang terbentuk lebih banyak dan akan berkembang menjadi buah yang akhirnya menghasilkan biji, Selain itu berdasarkan pendapat (Harjadi, 1986) bahwa zat pengatur tumbuh dapat menambah kuncup dan bunga 4.4 Jumlah Buah Pada Saat Panen Hasil pengamatan jumlah buah tanaman cabai pada umur 88 hst dan 96 hst menunjukan pengaruh yang sangat nyata. Hal ini dipengaruhi oleh pemberian zat pengatur tumbuh ketanaman cabai dengan dosis konsentrasi yang berbeda. ini dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 4 : Jumlah Buah cabai yang diberi perlakuan zat pengatur tumbuh atonik Konsentrasi Atonik (ml) P0 (kontrol) P1 (0,5 ml) P3 (1,5 ml) Rata - rata Jumlah Buah Pada Saat Panen (Buah) 88 hst 96 hst 3.3a 9.62b 15c 21d 29.4e 3.1a 13.3b 20c 27.9d 35.3e Nilai BNT 5% 2.69 3.04 Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNT 5% Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah buah cabai pada saat panen yang diberi perlakuan zat pengatur tumbuh atonik dosis 2 ml 96 hst memberikan nilai rata-rata tinggi tanaman yakni 35,3 buah kemudian diikuti oleh 88 hst 29.4 buah. Hal
26 ini menujukan hasil yang baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Dapat dilihat pada Gambar 4 40 35 30 25 20 15 10 P0 (Kontrol) P1 (0.5 ml) P3 (1.5 ml) 5 0 88 hst 96 hst Gambar 4: Grafik Jumlah Buah cabai yang diberi perlakuan ZPT atonik Gambar 4 menunjukan Jumlah Buah Tanaman cabai dengan pemberian zat pengatur tumbuh atonik dosis 2 ml menunjukan hasil yang baik dibandingkan yang tanpa pemberian zat pengatur tumbuh atonik. Perbedaan Jumlah buah tanaman cabai kemungkinan disebabkan oleh penambahan zat pengatur tumbuh yaitu atonik dengan dosis konsentrasi yang berbeda. Hal ini menyatakan bahwa pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman dalam memperbaiki sistem perakaran meningkatnya penyerapan unsur hara dari tanah, dan menambah aktifitas enzim, menambah jumlah klorofil dan meningkatkan fotosintat, memperbanyak percambangan, menambah
27 jumlah kuncup bunga serta mencegah gugurnya bunga dan buah, kemudian meningkatkan hasil panen (Harjadi, 1986 4.5 Berat Basah Berdasarkan hasil analisis terhadap berat basah tanaman cabai menunjukan pemberian zat pengatur tumbuh yang memberikan pengaruh nyata tertera pada Tabel 5 di bawah ini Tabel 5 : Berat Basah Tanaman cabai yang diberi perlakuan zat pengatur tumbuh atonik Konsentrasi Atonik Rata - rata Berat Basah Buah cabai Pada Saat Panen (ml) 88 hst 96 hst P0 (kontrol) P1 (0,5 ml) P3 (1,5 ml) 4.6a 9.4b 10.3c 19c 28.6d 3.8a 10.6b 18.5c 24.6c 31.6d Nilai BNT 5% 2.8 2.6 Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNT 5% Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa berat basah buah pada saat panen cabai yang diberi perlakuan zat pengatur tumbuh atonik dosis 2 ml 96 hst memberikan nilai baik pada 88 hari setelah tanam mempunyai berat basah lebih tingi 28 gram dan rata-rata berat basah 31,6 gram bertambah berat basah pada 88 hari
28 setelah tanam dan 96 hari setelah tanam berdasarkan pengamatan terlihat pada gambar 5 35 30 25 20 15 10 P0 (Kontrol) P1 (0.5 ml) P3 (1.5 ml) 5 0 88 hst 96 hst Gambar 5: Grafik Berat Basah Tanaman cabai yang diberi perlakuan ZPT atonik Gambar 5 menunjukan Berat basah Buah cabai pada saat panen dengan pemberian zat pengatur tumbuh atonik dosis 2 ml menunjukan hasil yang baik dibandingkan yang tanpa pemberian zat pengatur tumbuh atonik. Perbedaan Jumlah buah tanaman cabai kemungkinan disebabkan oleh penambahan zat pengatur tumbuh yaitu atonik dengan dosis konsentrasi yang berbeda.
29 Zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman, hal ini sesuai dengan pendapat (Harjady,1986) bahwa dalam memperbaiki sistem perakaran, meningkatnya penyerapan unsur hara dari tanah, menambah aktivitas enzim, menambah jumlah klorofil dan meningkatkan fotosintesa, memperbanyak percabangan, menambah jumlah kuncup dan bunga serta mencegah gugurnya bunga dan buah kemudian meningkatkan hasil panen.