RILIS MEDIA ANALISA PEROLEHAN KURSI PEMILU DPR DAN DPD RI TAHUN 219: KEKERABATAN DAN KLIENTALISME DALAM KETERWAKILAN POLITIK JAKARTA, 26 MEI 219 Komisi Pemilih Umum Republik Indonesia (KPU RI) telah menetapk peroleh suara dalam Pemilu Serentak (Pilpres, Pileg DPR, DPD, d DPD Provinsi/Kab/Kota) pada tggal 21 Mei 219. Meski diwarnai deng perdebat yg diajuk oleh sebagi peserta pemilu, penetap hasil Pemilu Serentak ini mendai tahap yg penting telah selesai d bergeser ke tahap berikutnya yaitu proses perselisih hasil pemilu. Namun demiki, tentu publik perlu mengetahui lebih byak wajah yg ak menghiasi Kompleks Parlemen di Senay nti. Rilis media ini ak menjelask hasil peroleh sementara dari Pemilu Serentak ini, terlebih khusus di Pemilu Legislatif Nasional. Data yg kami kumpulk merupak hasil keputus KPU RI yg disahk pada tggal 21 Mei 219. Namun demiki, untuk menghormati proses perselisih hasil suara di Mahkamah Konstitusi, kami tetap mengajak semua pihak untuk memdg alisa kami ini sebagai prediksi d bersifat sementara. 1. Peroleh kursi partai politik di Pemilu DPR RI (24-219) Bila diperhatik diagram ini, ada beberapa hal yg menarik: 16 12 8 4 128 19 19 94 73 78 24 29 214 219 149 127 16 91 85 52 26 28 58 59 47 45 35 PDIP GERINDRA GOLKAR PKB NASDEM PKS DEMOKRAT PAN PPP HANURA 57 4 5 56 61 54 53 4649 44 58 3938 19 1716
a. PDIP mengalami peningkat jumlah kursi yg signifik dibdingk tahun 214 (naik dari 19 menjadi 128 kursi); Gerindra mendapatk kenaik sedikit (naik dari 73 menjadi 78); PKB juga mengalami hal yg sama (naik dari 47 menjadi 58); Nasdem (35 menjadi 59); PKS (4 menjadi 5). b. Golkar mengalami penurun jumlah kursi (dari 91 menjadi 85); Demokrat juga mengalami hal yg sama (61 menjadi 54); PAN (49 menjadi 44); d PPP (38 menjadi 19). c. Nasdem d PKS nampaknya memperoleh peningkat jumlah kursi d suara dari pencalon Pilpres, meski ini harus terkonfirmasi dari mereka d. Penghitung saint Lague ternyata memudahk bagi partai besar, namun merepotk bagi partai menengah d kecil. e. Pelug partai baru seperti Perindo, PSI d Berkarya cukup baik, namun terhalg deng keputus PT. Dari status kdidasi, sebyak 65 persen caleg merupak org baru (buk petaha). hal tersebut sama seperti Pemilu 214. Namun demiki, sebagi besar mereka adalah caleg yg berpengalam dalam Pemilu d Pilkada sebelumnya. Hal yg juga menarik adalah terdapat 13 (dari 575) caleg yg merupak petaha yg masih bertah dalam 3 pemilu terakhir ini (29, 214, 219). Di samping itu, kami juga menemuk bahwa apabila dilihat dari hasil penghitung suara (form DC1), maka sebyak 66 persen sample coblos ada untuk para caleg ketimbg partai politik. Hal yg berbeda deng temu di tahun 214 yg masih byak pemilih mencoblos lambg partai. 2. Prediksi Caleg Terpilih hasil Pemilu 219 24 29 214 219 Partai Politik a n a n PDIP 28,3 11 35,4 18 35,7 19,3 37,4 2,3 Golkar 28,3 14 3,3 18 36,1 17,6 38 21,2 Gerindra 29,3 19 35,4 15 37 15,4 Demokra 39,7 18,5 t 27 1,5 32,9 24 36,6 21,3 PAN 35 13,4 29,7 15 37 18,4 37,9 16 PKB 37,6 13,4 33,7 25 37,6 21,3 38,3 2,7 PKS 4,3 6,6 36,6 13 38,8 2,5 39,4 16 PPP 22,3 5,17 26,9 13 39 25,6 41,3 26,3 Nasdem 4,4 11,4 38,26 32,2 Hura 3,7 22 36,4 12,5 41,7
Dari tabel di atas, beberapa hal yg menarik adalah: a. Dari pencalon, tidak ada hal yg berubah karena sebagai besar partai hya berorientasi dalam syarat formal pencalon (min.3 persen). b. Namun dari hasil pemilu dari caleg yg, maka Caleg di Pemilu 219 ini menorehk prestasi membggak deng capai 2,5 % (paling tinggi sejak tahun 24) c. Secara umum, kenaik ini terjadi di beberapa partai secara perlah dari tahun 24 yaitu: PDIP; Nasdem; PPP. Beberapa partai mengalami naik turun (fluktuatif) yaitu Gerindra; Golkar; PKS; d PKB. Sementara hya ada satu partai yg terus mengalami penurun yaitu PD. d. Pencapai terbaik dalam pemilu ini adalah Nasdem deng peroleh kursi sebyak 32,2 persen. Nasdem adalah partai politik pertama yg berhasil tembus gka 3 persen sejak pertama kali kebijak ini diterapk. Di samping itu, PKS juga memperoleh pencapai luar biasa deng peningkat yg tajam dari 2,5 persen (214) menjadi 16 persen (219) atau setara 8 kali lipat. Dari data yg kami kumpulk, pemilih masih memilih berdasark nomor urut atas (1,2 ataupun 3). Sebyak 48 persen d 68 persen caleg perempu d laki-laki berada di posisi nomor 1. Hal ini memg tidak berbeda deng hasil pemilu 214 yg lalu d kembali menegask bahwa posisi caleg di nomor atas tetap menjadi penting bagi pemilih. Sebyak 53 persen caleg perempu memiliki latar belakg aktivis partai politik (pengurus partai ataupun org yg sudah punya pengalam pjg dalam kompetisi pemilu). Hya sekitar 41 persen diindikasik d memiliki afiliasi deng kekerabat politik seperti keluarga, dinasti ataupun kl. Namun demiki, pengurus partai yg juga memiliki keluarga politik juga menguatk ke mereka. Sisya sekitar 6 persen berasal dari kalg profesional yg baru pertama kali ikut dalam kompetisi pemilu. Sementara itu, kami juga mencatat Dapil yg memiliki caleg perempu terbyak berasal dari Bengkulu (75%), Sulawesi Utara d Maluku Utara (masingmasing sama sebyak 66%). Namun demiki, kami juga melihat masih ada 2 Dapil (dari 8 dapil) yg belum ada caleg perempu di Pemilu 219 ini.
3. Prediksi Caleg Terpilih DPD RI hasil Pemilu 219 Laki-laki Dari diagram di samping menunjukk bahwa caleg perempu DPD R I m e n g a l a m i p e n i n g k a t a n dibdingk pemilu sebelumnya d telah menembus gka 3 persen. Di samping itu, sebyak 68 persen adalah caleg buk petaha, namun tentunya mereka punya pengalam dalam pemilu lainnya karena berasal dari pengurus partai politik ataupun pernah berkompetisi di Pilkada. Secara khusus, dapil deng jumlah caleg perempu terbyak ada di Sumatera Selat. Sebaliknya, dapil Aceh d Bali tidak pernah ada caleg perempu sejak tahun 29. Khusus di Pemilu 219 ini, ada 8 dapil yg tidak berhasil menempatk caleg perempu yaitu di Aceh, Bali, Kepri, Babel, Kalbar, Sulteng, Sulbar, d Papua Barat. 4. Siapa mereka? Apabila merujuk studi Aspinall d Berenschot (219) tentg konteks demokrasi di Indonesia kekini, maka mereka mengatak bahwa relasi patronase d strategi klientalisme mendominasi berbagai kompetisi pemilu di tingkat nasional ataupun lokal. Hasil pemilu 219 ini mengkonfirmasi bahwa temu mereka juga terjadi di tingkat nasional. Oleh karena adya kecenderung pemilih memilih para caleg secara lgsung d mendai bahwa alas personalisasi d ketokoh para caleg adalah penting, maka para caleg pun juga merasa harus memobilisasi kekuat mereka, ditarya tentu aspek kekerabat d juga klientalisme tadi. Aspek kekerabat politik yg kami maksud adalah tentu yg berkait deng dinasti politik, keluarga politik, ataupun kl politik yg terbukti kuat di tingkat lokal. Sementara itu, aspek klientalisme lebih menonjolk bagaima para caleg melakuk upaya trsaksi material dalam mobilisasi dukung mereka di pemilu.
Secara khusus, apabila diperhatik caleg DPD yg, latar belakg d profil mereka pun juga tidak berbeda deng caleg DPR yaitu mereka adalah org "kuat" lokal d mt pejabat daerah yg ingin kembali bertarung di kompetisi pemilu. Untuk memperkuat itu, sebagi besar dari mereka tentu punya afiliasi partai politik d memfaatk jejaring partai tersebut dalam mobilisasi dukung pemilih. Dalam konteks keterwakil perempu, kami sgat mengapresiasi capai dalam Pemilu 219 ini karena mampu menembus gka 2 persen deng salah satu partai, Nasdem, mencapai lebih dari 3 persen. Peningkat ini terjadi karena sebagi besar caleg ditempatk d mendapat posisi yg baik di nomor urut atas; kemampu mereka dalam meningkatk elektabilitas d popularitasnya; serta keberhasilnya memobilisasi jejaring kerabat d strategi klientalisme. Namun demiki, bila diperhatik, caleg perempu Nasdem yg sebagi besar ditempatk pada nomor urut bawah dapat memperoleh kursi karena ternyata sebagi besar dari mereka berasal dari dinasti politik. Hal yg berbeda di PKS, posisi caleg perempu berada di nomor urut atas d juga sebagi berasal dari dinasti politik. Di samping itu, faktor yg juga menentuk adalah pengalam para caleg perempu yg telah berkompetisi di berbagai pemilu sebelumnya (Pileg d Pilkada) mampu membuktik kemampu mereka dalam mobilisasi dukung pemilih. Penutup Meskipun prediksi calon ggota DPR d DPD ini berasal dari kelompok buk petaha, termasuk perempu, kami merasa bahwa kinerja ggota DPR d DPD RI dalam periode berikutnya (219-224) tidak ak mengalami perubah besar. Salah satu penyebab pentingnya adalah kehadir mereka nti tentu sgat dipengaruhi oleh kekuat ekonomi d politik lokal (oligark d elite lainnya) yg berkelind dalam aktivitas parlemen mereka. Di samping itu, masih kuatnya pengaruh biaya politik mahal yg ada di setiap caleg, maka ak mempertahk mindset para ggota DPR nti untuk melakuk tindak korupsi, kolusi d nepotisme. Untuk itu, ttg bagi kelompok masyarakat sipil yg ak terus mengawasi d mengawal lembaga legislatif kita, tentu kebijak yg pro terhadap kelompok oligarki d elite lainnya masih harus terus diperhatik agar kebijak yg pro rakyat terus hadir di DPR d DPD kita. Narahubung: Dr.phil.Aditya Perda (81246562545) Hurriyah, S.Sos, IMAS (811916654)