BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem yang baru (Santrock, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baru, seperti definisi pernikahan menurut Olson dan Defrain (2006)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kehidupan manusia pasti berhubungan dengan rasa bahagia dan rasa

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah. dalam sebuah pernikahan. Seperti pendapat Saxton (dalam Larasati, 2012) bahwa

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dimensi yang dominan. Berikut adalah kesimpulannya : Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat :

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. peningkatan pesat. Arus globalisasi yang berkembang dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah penyatuan dua sifat atau kepribadian yang unik dengan membawa watak masing-masing berdasarkan latar belakang budaya serta pengalamannya. Hal ini menjadikan pernikahan bukanlah cuma sekedar bersatunya dua individu, tetapi lebih pada persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem yang baru (Santrock, 2009). Perkawinan merupakan sesuatu yang sakral dan dapat menentukan kemana arah tujuan hidup seseorang, sehingga sepasang pria dan wanita yang memutuskan untuk menikah harus siap secara mental dan juga fisik. Sepasang suami dan istri memiliki pribadi yang berbeda sehingga perbedaan tersebut membuat pasangan suami istri harus mampu beradaptasi satu sama lain demi menghindari permasalahan keluarga yang dapat menimbulkan perpisahan (Mansur & Budiarti, 2014). Namun tidak semua pasangan menikah menjalani pernikahannya secara berdekatan atau dengan kata lain pasangan suami istri tinggal di dua daerah yang berbeda (Fikri &Oktavinur, 2017). Pernikahan yang berlangsung antara suami dan istri yang tinggal di dua daerah yang berbeda itu disebut dengan pernikahan jarak jauh. Di Indonesia diadakan survei yang telah melibatkan 123 responden hubungan jarak jauh yang dilakukan oleh Wolipop secara online, diperoleh data bahwa 49% responden berhasil menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangannya, 38% responden tidak berhasil menjalani hubungan jarak jauh karena 1

2 perselingkuhan, 5% responden menjalani hubungan jarak jauh disertai dengan keraguan atau ketidakpastian dan putus asa terhadap pasangannya dimasa depan, maka dalam hal ini dapat mempengaruhi adanya penurunan tingkat kepercayaan pasangan, sedangkan 10% sisanya berharap hubungan jarak jauh yang dijalaninya akan berhasil (Survei 49% pasangan berhasil menjalani pacaran jarak jauh, 2012). Menjalani pernikahan jarak jauh tidaklah mudah terutama bagi wanita. Beberapa studi menemukan bahwa wanita menunjukkan dan mengungkapkan komitmen dalam hubungan daripada laki-laki (Aminpour, dkk, 2016). Menyadari bahwa pria dan wanita memiliki banyak perbedaan sangatlah penting untuk menyadarkan bahwa perbedaan tersebut memberikan problem dalam berkomunikasi, yang dapat menimbulkan masalah rumah tangga (Liwidjaja, Kuntaraf & Kuntaraf, 2013). Salah satu penyebab terjadinya konflik dalam rumah tangga adalah masalah keefektifan komunikasi pada pasangan, karena komunikasi merupakan syarat penting dalam menjalin hubungan (Soyomukti, 2010). Banyak pasutri yang tetap rukun dan harmonis kendati tinggal berjauhan, namun tidak sedikit juga yang rumah tangganya goyah bahkan berujung perpisahan. Memang harus diakui, tidaklah mudah meneguhkan cinta saat sedang berjauhan (Bachtiar 2014). Adapun suami istri yang tidak dapat mengatasi konflik dalam perkawinan, sehingga memutuskan untuk menempuh jalan perceraian (Dariyo, 2004). Data yang tercatat sepanjang Januari hingga September 2016, kasus perceraian di Indonesia mencapai 46.920 kasus. Adapun faktor yang melatarbelakangi terjadinya perceraian, antara lain karena sudah tidak akur sebanyak 22.590 kasus atau sebesar 48%, akibat ditinggal pasangan bekerja di

3 luar kota sebanyak 10.412 kasus atau sebesar 22,2%, kondisi ekonomi keluarga yang buruk 7.204 atau sebesar 15% untuk tahun ini, selanjutnya karena KDRT mencapai 2.240 atau sebesar 4,8% (Yusepi, 2016). Menurut Savitri (2011) perceraian yang ada di Indonesia disebabkan karena tidak ada kecocokan antar pasangan suami istri. Sedangkan secara khusus, disebabkan kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, poligami, masalah ekonomi, mabuk dan minum obat-obatan terlarang, menikah dibawah tangan, jarak suami istri yang terlalu jauh misal menjadi TKI, terganggunya komunikasi. Masalah yang muncul pada kehidupan rumah tangga diiringi dengan konflik perubahan perilaku yang negatif, dan pada akhirnya pasangan suami istri tidak mampu berkomunikasi dengan baik akan memicu terjadinya perceraian. Kebahagiaan dan kepuasan hidup dirasakan lebih besar ketika individu mengalami pengalaman membina hubungan dengan orang lain dan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu, dapat menerima dirinya sendiri, dan memiliki makna dan tujuan hidup yang mereka jalani (Ryff dan Singer dalam Steger, Kashdan & Oishi, 2008). Orang yang memiliki mental yang sehat ditandai dengan kesejahteraan psikologis (Ryff, 1989). Psychological well-being adalah hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang yang memiliki psychological well-being yang baik akan merasa yaman, dan bahagia serta dapat menjalankan fungsinya sebagai manusia secara positif. Kesejahteraan psikologi atau psychological well being merupakan kondisi individu yang mampu menghadapi berbagai hal yang dapat memicu permasalahan dalam kehidupanya, mampu melalui periode sulit dalam kehidupanya dengan mengandalkan kemampuan yang

4 ada dalam dirinya dan menjalakan fungi psikologi positif yang ada dalam dirinya, sehingga individu tersebut merasakan adanya kesejahteraan batin dalam hidupnya. Terutama pada seorang pria, karena biasanya pria paling tidak bisa untuk menahan keinginanya untuk berhubungan seksual dengan istrinya, dan biasanya pria tidak memikirkan efek yang akan ditimbulkan dari perilaku mereka. Berbeda dengan wanita yang bisa menahan hasrat untuk berhubungan secara biologis dengan suaminya dengan cara mengalihkan pada kegiatan yang positif, dan biasanya kebanyakan pada wanita selalu berfikir efek yang akan ditimbulkan dari perilakunya. (Harry Theozard Fikri & Saktia ssacice Oktavianur, 2017). Psychological well-being ditandai dengan diperolehnya kebahagiaan, kepuasan hidup dan tidak adanya gejala-gejala depresi (Ryff & Keyes, 1995). Sebagaimana hal itu, kesejahteraan diantara pasangan sangatlah diperlukan untuk selalu menjaga keharmonisan rumah tangga dan juga memberikan rasa percaya terhadap pasanganya. Berbicara mengenai kesejahteraan bagi pasangan yang sudah menikah menjadi suatu kewajiban mensejahterakan antar pasangan satu sama lainya. Di dalam teori yang dikemukakan oleh Hurlock (1994) yang menyebutkan kebahagian adalah keadaan sejahtera dan kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang timbul bila kebutuhan dan harapan individu terpenuhi. Hasil penelitian Gracia dkk (2014) menjelaskan sebanyak 47-66% individu yang dominan dalam kehidupan jarak jauh dijelaskan oleh berbagai dimensi kesejahteraan psikologi di dalam empat akfektif profil. Secara khusus harmoni dalam harmoni kehidupan diprediksi secara signifikan oleh lingkungan penguasaan dan penerimaan diri di semua profil afektif.

5 Peneliti telah mengambil data wawancara awal pada dua subjek yang bertempat tinggal di kecamatan Masaran, dari hasil wawancara dapat disimpulkan. Hasil wawancara dengan subjek I menyatakan bahwa kesejahteraan dalam pernikahan jarak jauh yaitu lancarnya komunikasi, kesehatan dan juga kepercayaan antara istri dan suami. Lalu kesulitan yang dialami oleh subjek sendiri adalah perasaan kawatir dengan suami dan juga sulit dalam menyesuaikan diri dengan keadaan berjauhan. Hasil wawancara dengan R bahwa suka duka yang dialami adalah ketika mengalami masalah sulit dalam menyelesaikannya, namun subjek sudah terbiasa jauh dari orang tua sehingga ketika jauh dari suami subjek juga merasa terbiasa. Meskipun awalnya masih ada rasa khawatir. Subjek sendiri merasa sejahtera ketika bisa berkomunikasi lancar dengan suaminya dan juga kebutuhan pokok yang terpenuhi. Berdasarkan dari fenomena-fenomena di atas serta penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti menemukan rumusan masalah yang akan diajukan yakni Bagaimana kesejahteran psikologis istri yang menjalani pernikahan jarak jauh?. Dengan uraian tersebut, maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul Kesejahteraan psikologis pada istri yang menjalani pernikahan jarak jauh B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesejahteraan psikologis pada istri yang menjalani pernikahan jarak jauh.

6 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian tentang pernikahan jarak jauh (long distance marriage) ini diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang Psikologi Sosial tentang kesejahteraan pada istri yang menjalani pernikahan jarak jauh. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian tentang pernikahan jarak jauh ini diharapkan mampu menjadi acuan pasangan yang menjalani pernikahan jarak jauh namun tetap memiliki tingkat kesejahteraan yang kuat antar pasangan sehingga tetap dapat mempertahankan pernikahannya. a. Bagi istri yang menjalani pernikahan jarak jauh Diharapkan istri dapat meningkatkan cinta dan keharmonisan di dalam pernikahan jarak jauh. b. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan sebagai bahan acuan atau bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait kesejahteraan psikologi pada istri yang menjalani pernikahan jarak jauh