TINJAUAN PUSTAKA Varietas Padi Ciherang Reduksi Pupuk Anorganik

dokumen-dokumen yang mirip
PENGURANGAN DOSIS PUPUK NPK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) MUSIM TANAM KEEMPAT DI KARAWANG, JAWA BARAT TRI HERDIYANTI A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Pengaruh Pupuk Unsur N, P, dan K bagi Tanaman Padi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Peranan Pupuk N, P dan K pada Padi Sawah

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dewasa ini, karena sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

PENDAHULUAN. sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman umur 40 HST setelah aplikasi pupuk organik padat

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

: Kasar pada sebelah bawah daun

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Kualitas Tanaman

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

BAB I. PENDAHULUAN A.

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009)

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pertanian Cermat 2.2 Pengelolaan Tanaman Terpadu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

TINJAUAN PUSTAKA Botani

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

Transkripsi:

3 TINJAUAN PUSTAKA Varietas Padi Ciherang Ciherang merupakan salah satu varietas padi sawah yang berasal dari persilangan IR18349-53-1-3-1-3/2*IR19661-131-3-1-3//4*IR 64 Cere. Varietas Ciherang memiliki umur sekitar 116-125 hari. Bentuk tanaman varietas Ciherang adalah tegak dengan tinggi tanaman 107-115 cm. Varietas ini memiliki jumlah anakan produktif 14-17 batang. Varietas Ciherang dilepas pada tahun 2000. Padi ini akan berproduksi dengan baik jika ditanam pada sawah irigasi di dataran rendah sampai 500 m diatas permukaan laut (dpl). Ciherang memiliki ketahanan terhadap hama wereng cokelat biotipe 2 dan agak tahan pada biotipe 3. Selain itu, varietas ini juga tahan terhadap serangan penyakit hawar daun bakteri strain III dan IV (Suprihatno et al., 2007) Morfologi varietas ini adalah batang berwarna hijau, serta telinga daun dan lidah daun tidak berwarna. Posisi daun varietas Ciherang adalah tegak dengan permukaan bagian bawah daun kasar jika diraba. Gabah varietas Ciherang berbentuk panjang ramping dengan warna kuning bersih. Kadar amilosa pada bulir padi varietas ini adalah 23 % yang membuat tekstur nasinya menjadi pulen. Bobot 1000 butir varietas Ciherang adalah 28 g dengan rata-rata hasil 6.0 ton/ha gabah kering giling (GKG), sedangkan potensi hasilnya adalah 8.5 ton/ha GKG (Suprihatno et al., 2007). Reduksi Pupuk Anorganik Pupuk menurut Direktorat Pupuk dan Pestisida (2011) merupakan bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Pupuk anorganik merupakan pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis yang merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk (Lukitaningsih, 2008). Menurut Rochayati dan Adiningsih (2002) penggunaan pupuk pada tanaman pangan terutama padi, dimulai pada tahun 1960-an bersamaan dengan dicanangkannya program intensifikasi. Pengembangan varietas unggul berumur pendek, produktivitas

4 tinggi, dan tanggap terhadap pemupukan telah menempatkan pupuk anorganik sebagai faktor penting dalam upaya peningkatan produksi padi di Indonesia. Hampir dua dekade terakhir, kenaikan produksi sudah tidak sebanding lagi dengan penggunaan pupuk. Laju kenaikan produktivitas menurun dan gejala ini disebut kejenuhan produksi atau levelling off yang merupakan petunjuk menurunnya efisiensi pupuk. Penurunan efisiensi pupuk berkaitan erat dengan faktor tanah dimana telah terjadi kemunduran kesehatan tanah baik secara kimia, fisik maupun biologi sebagai akibat pengelolaan tanah yang kurang tepat (Adiningsih, 2005). Pengurangan pupuk anorganik merupakan salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik dengan disertai pengembalian bahan organik ke dalam tanah. Hasil penelitian Arafah dan Sirappa (2003) menunjukkan bahwa penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk, terutama pupuk K. Sugiyanta et al. (2008) menambahkan bahwa fungsi bahan organik tanah sangat penting karena sebagai kunci mekanistik untuk suplai hara tanaman. Pupuk Organik Zaini et al. (1996) menyatakan bahwa arah penelitian ke depan adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) dengan masukan bahan kimia rendah (low chemical input) yang dikenal dengan LEISA, yaitu suatu bentuk pertanian yang menggunakan sumberdaya lokal yang tersedia secara optimal dan meminimumkan penggunaan masukan dari luar. Menurut Razak (2005) penggunaan pupuk organik muncul terutama karena masalah pencemaran lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap produk pertanian, dan aspek penting dari hal tersebut adalah penggunaan bahan organik sebagai pengganti sebagian atau seluruh pupuk kimia tanpa mengurangi tingkat produksi tanaman. Pupuk organik menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (Permentan) Nomor 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau

5 limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu, menurut Suriadikarta dan Simanungkulit (2006) pupuk organik juga sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa tanaman (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah (pasar, rumah tangga dan pabrik), serta pupuk hijau. Oleh karena bahan dasar pembuatan pupuk sangat bervariasi, maka kualitas pupuk yang dihasilkan sangat beragam sesuai dengan kualitas bahan dasar. Pengelolaan bahan organik pada tanah sawah dapat dilakukan antara lain dengan: pengembalian jerami sisa panen, pemberian pupuk kandang, pemberian pupuk hijau, dan pemberian daun atau serasah tanaman (Mario et al., 2008). Jerami Padi Jerami padi adalah semua hijauan padi selain biji dan akar yang dihasilkan tanaman padi (Purwanto, 1988). Dobermann dan Fairhurst (2000) menyatakan bahwa kandungan hara tertinggi dalam jerami selain Si (4-7 %) adalah kalium (1.2-1.7 %). Kandungan hara lainnya adalah N (0.5-0.8 %), P (0.07-0.12 %), dan S (0.05-0.10 %). Pengembalian jerami ke tanah dapat memperlambat pemiskinan K dan Si tanah. Hasil penelitian Adiningsih (1984), dengan membenamkan jerami 5 ton/ha/ musim selama 4 musim pada tanah sawah kahat K dapat mensubstitusi keperluan pupuk K dan memperbaiki kesuburan tanah sehingga hasil panen dapat meningkat. Setelah 4 musim tanam, jerami dapat meningkatkan kadar C-organik 1.5 %, K-dapat ditukar 0.22 me, Mg-dapat ditukar 0.25 me, Kapasitas tukar kation tanah 2 me/100 g tanah, serta Si tersedia dan stabilitas agregat tanah.

6 Sutanto (2002) menyatakan bahwa lima ton jerami padi mengandung 7 kg P dan S, 20 kg Ca, 5 kg Mg dan 350 kg Si. Meskipun kontribusi lima ton jerami terhadap kebutuhan N hanya 3 kg/ha/musim, dalam jangka panjang pengaruhnya akan tampak nyata. Penggunaan jerami secara berkesinambungan akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan pasokan N dapat terjamin. Menurut Adiningsih (2006) apabila dihitung dalam hektar, sumbangan hara dari jerami setara dengan 170 kg K, 160 kg Mg, 200 kg Si, dan 1.7 ton C-organik/ha yang sangat diperlukan bagi kegiatan jasad mikro tanah. Jerami mengandung hara K yang cukup tinggi karena 80% K yang diserap tanaman padi berada dalam jerami (Balai Penelitian Tanah, 2009). Konsentrasi unsur hara mikro dari jerami padi sawah berkisar antara 5 mg/kg untuk Cu dan 200 mg/kg Fe. Membenamkan jerami kedalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan Fe dan menurunkan Zn (Sutanto, 2002). Pembakaran jerami sebelum dibenamkan ke tanah sering dilakukan di beberapa daerah. Pembakaran jerami merupakan kegiatan yang merugikan karena banyak hara yang hilang. Kehilangan hara akibat pembakaran jerami dalah 94 % C, 91 % N, 55 % P, 79 % K, 70 % S, 30 % Ca, dan 20 % Mg. Jika dikembalikan ke tanah secara konsisten selama beberapa musim, maka jerami dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan efisiensi pemupukan (Juliardi dan Gani, 2002). Jerami padi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Jerami memperbaiki sifat fisik tanah antara lain dengan cara (1) memperbaiki struktur tanah karena dapat mengikat partikel tanah menjadi agregat yang mantap, (2) memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya pegang air (water holding capacity) tanah meningkat dan pergerakan udara (aerasi) di dalam tanah menjadi lebih baik, dan (3) mengurangi fluktuasi suhu tanah. Jerami juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah antara lain: (1) jerami dapat menyediakan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam seperti Al, Fe, dan Mn, sehingga logamlogam tersebut tidak meracuni tanaman. Selain memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, jerami juga dapat memperbaiki sifat biologi tanah. Jerami merupakan

7 sumber energi dan makanan bagi mikroba dan mesofauna tanah. Jika bahan organik yang cukup tersedia, aktivitas organisme tanah dapat memperbaiki ketersediaan hara, siklus hara, dan pembentukan pori mikro dan makro tanah (Balai Penelitian Tanah, 2009). Pupuk Hayati Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (Permentan) Nomor 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 pupuk hayati merupakan produk biologi aktif terdiri atas mikroba yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Formula pupuk hayati adalah komposisi mikroba atau mikrofauna dan bahan pembawa penyusun pupuk hayati. Menurut Vessey (2003) pupuk hayati mengandung mikroorganisme hidup, yang ketika diaplikasikan kepada benih, pemukaan tanaman, atau tanah dapat memacu pertumbuhan tanaman. Mikroba tanah sangat penting untuk membantu proses mineralisasi bahan organik tanah dan membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara. Mikroba tanah tersebut diantaranya adalah Azotobacter, Azospirillum, Rhizobium, Bacillus yang dapat mengikat Nitrogen serta Pseudomonas yang dapat melarutkan fosfat dan kalium (Fadiluddin, 2009). Menurut Tombe (2008) penambahan pupuk hayati bertujuan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dan mempercepat proses mikrobiologis untuk meningkatkan ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, pupuk hayati bermanfaat untuk mengaktifkan serapan hara oleh tanaman, menekan soil born disease, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah, dan menghasilkan substansi aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Menurut Suriadikarta dan Simanungkulit (2006) kandungan mikroba dan fungsi beberapa pupuk hayati komersial di Indonesia adalah sebagai berikut :

8 No. PH *) 1. Tabel 1. Kandungan Mikroba dan Fungsi Beberapa Pupuk Hayati Komersial di Indonesia Kandungan mikroba (cfu/g atau Cfu/mL) - Azospirillum lipoverum (1.2x10 8 ) - Aspergillus niger (5.0x10 7 ) - Aeromonas punctata (5.0x10 8 ) - Azotobacter beijerinckii (1.9x10 8 ) Fungsi Penambat N, pelarut P, pemantap agregat tanah 2. - Rhizobium (1.75x10 8 ) Penambat N, pelarut P - Bakteri pelarut P (2.7x10 8 ) 3. - Bakteri pelarut P (5.7x10 7 ) Pelarut P, penambat N, - Lactobacillus (3.7x10 7 ) perombak bahan organik - Rhizobium (1.33x10 8 ) - Azotobacter (1.7x10 7 ) - Actinomycetes (5.8x10 7 ) 4. - Bacillus (2.37x10 8 ) Penyubur tanah, pembaik - Ragi (3.62x10 6 ) struktur tanah, - Azotobacter (1.08x10 7 ) pengendali penyakit - Acetobacter (2.13x10 7 ) - Lactobacillus (4.15x10 7 ) 5. Bakteri, aktinomiset, ragi, jamur Perombak bahan organik 6. Trichoderma sp., Aspergillus niger, Perombak bahan organik Azotobacter sp., Azospirillum sp. 7. Trichoderma pseudokoningii, Cytophaga sp. Perombak bahan organik Keterangan : *) PH = Pupuk Hayati