dan peningkatan pendapatan per kapita sebelum krisis moneter melanda Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Transkripsi:

2 dan peningkatan pendapatan per kapita sebelum krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997/1998. 1 Antropometri adalah serangkaian teknik pengukuran dimensi kerangka tubuh manusia secara kuantitatif. Perubahan komposisi tubuh yang terjadi pada pria dan wanita yang bervariasi sesuai tahapan penuaan, dapat mempengaruhi antropometri. Akibatnya, nila i standar antropometri dari populasi dewasa tidak dapat diterapkan pada kelompok lansia. Seleksi variabel - variabel antropometri untuk menentukan status gizi lansia harus berdasarkan validitas, ketersediaan standardisasi teknikteknik pengukuran, data rujukan serta kepraktisan. 1 Penelitian di Jepang menunjukkan di antara beberapa indikator antropometri seperti Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang (LiPi), dan rasio lingkar pinggang terhadap lingkar pinggul (RLPP) hanya rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan yang berhubungan dengan umur. Rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan berhubungan dengan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner. Penelitian yang dilakukan pada pria dan wanita dewasa, sebanyak 45,5% pada pria dan 28,3% pada wanita mempunyai berat badan normal (IMT 18,5-<25) dengan LiPi/TB lebih besar sama dengan 0,5. 2 Penemuan terbaru dari Inggris adalah rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan. Rasio lingkar pinggang-tinggi badan juga mewakili obesitas sentral,bila angka menunjukkan >0,5, risiko terjadi obesitas sentral meningkat. Rasio lingkar pinggang-tinggi badan dinyatakan sebagai prediktor yang lebih baik dalam faktor risiko metabolik dibandingkan BMI, dan merupakan skrining yang efektif untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular. 3 Bila angka > 0,5 menunjukkan risiko untuk

3 terjadinya penyakit jantung dan kondisi penyakit lainnya yang berhubungan dengan berat badan. Jika angka menunjukkan >0,5 mengindikasikan, meningkatnya faktor risiko secara signifikan. 4 Rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan merupakan prediktor yang lebih kuat untuk mengukur lemak intra abdomen daripada IMT. 5 Rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dapat digunakan dalam mengatur berat badan dalam hal kondisi kesehatan secara umum, bila ditingkatan perhatian dalam hal tersebut, maka dapat digunakan untuk mengobati orang-orang dengan tingginya risiko metabolik pada obesitas. 6 Ada enam alasan digunakan rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan: 1. Rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan lebih sensitif dibandingkan dengan BMI sebagai peringatan awal terhadap risiko kesehatan. 2. Rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan lebih murah dan mudah untuk diukur dan dihitung dibandingkan dengan BMI. 3. Batas nilai dari rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan=0,5 mengindikasikan meningkatnya risiko bagi pria dan wanita. 4. Batas nilai dari rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan=0,5 mengindikasikan meningkatnya risiko bagi orang dengan kelompok suku berbeda. 5. Batas nilai rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dapat diubah ke dalam grafik yang mudah digunakan bagi pengguna. 6. Rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan mengijinkan batas nila i yang sama untuk anak-anak dan dewasa. 7

4 Sebagian besar lemak dan minyak dalam alam terdiri atas 98-99% trigliserida. 8 Trigliserida dipakai dalam tubuh terutama untuk menyediakan energi bagi berbagai proses metabolik,suatu fungsi yang hampir sama dengan fungsi karbohidrat. Sel lemak (adiposit) dari jaringan adiposa merupakan modifikasi fibroblas yang menyimpan trigliserida yang hampir murni dengan jumlah sebesar 80 sampai 95 persen dari keseluruhan volume sel. 9 Jumlah lemak viseral meningkat karena bertambahnya usia. Penuaan normal pada pria dan wanita berkaitan dengan perubahan komposisi tubuh, yaitu berkurangnya massa bebas lemak yang meliputi massa organ, otot skeletal, kandungan mineral tulang, dan air tubuh total. 10 Penentuan trigliserida digunakan dalam diagnosis dan penanganan pasien DM, sindroma nefrotik, obstruksi hati, gangguan metabolisme lemak dan penyakit endokrin lainnya. Pemeriksaan trigliserida mempunyai tujuan untuk menentukan status trigliseridemik, untuk memperkirakan risiko PJK, dan untuk menghitung konsentrasi koslesterol-ldl menggunakan persamaan Friedewald. 11 HDL(High Density Lipoprotein) mengandung protein berkonsentrasi tinggi (sekitar 50 persen), dengan konsentrasi kolesterol dan fosfolipid yang jauh lebih kecil. HDL mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di dalam aliran darah. HDL menyerahkan kolesterol ke lipoprotein lain untuk diangkut kembali ke hati guna diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. Nilai LDL dan HDL mempunyai implikasi terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah. Nilai LDL yang tinggi dikaitkan dengan risiko tinggi terhadap serangan jantung. Sebaliknya HDL tinggi dikaitkan dengan risiko rendah. Oleh sebab itu, LDL dikatakan juga

5 sebagai "kolesterol jahat", sedangkan HDL "kolesterol baik". 8 Konsentrasi kolesterol-hdl yang rendah dinilai sebagai risiko penyakit jantung iskemik. Konsentrasi kolesterol-hdl yang rendah ditemukan pada penyakit jantung koroner, hiperkolesterolemia, perokok, obesitas, dan diabetes. 12 Risiko tinggi pada penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus, berhubungan dengan obesitas abdominal, biasanya mengarah pada akumulasi lemak viseral yang lebih besar. Obesitas abdominal meningkatkan risiko terjadinya gangguan metabolik semakin besar, seperti meningkatnya konsentrasi plasma triasilgliserol, glukosa dan insulin, tekanan darah meningkat, dan kadar kolesterol HDL rendah. Kombinasi dari gangguan-gangguan tersebut sering mengarah ke sindroma metabolik. 13 Faktor risiko penyakit koroner dan risiko metabolik, yaitu hiperglikemi, hipertensi, hipertrigliseridemia, hiperkolesterolemia, kolesterol HDL rendah, hiperurisemia, glutamyltransferase tinggi, lemak hati, dan jarang olahraga. 2 Berdasarkan hal-hal tersebut diperlukan adanya kajian untuk melihat hubungan pengukuran rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan kadar HDL dan Trigliserida pada lansia di Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof.Dr.Boedhi Darmojo RSUP Dr. Kariadi Semarang.

6 1.2 Masalah Penelitian Apakah terdapat hubungan antara rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan kadar HDL dan Trigliserida pada Lansia di instalasi Geriatri Pavilliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP Dr. Kariadi Semarang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan kadar HDL dan trigliserida pada lansia di instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP Dr. Kariadi Semarang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Menganalisis hubungan antara rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan terhadap kadar HDL pada lansia di instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2) Menganalisis hubungan antara rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan kadar trigliserida pada lansia di instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP Dr. Kariadi Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi ilmu pengetahuan 1) Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang ilmu gizi.

7 2) Sebagai bahan pengembangan penelitian selanjutnya. 1.4.2 Bagi masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya lansia mengenai hubungan rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan kadar HDL dan Trigliserida. 1.4.3 Bagi instansi lain Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit dan lembaga-lembaga terkait terhadap perencanaan dan program pelayanan kesehatan lansia terutama pengukuran antropometri (rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan) hubungannya dengan kadar HDL dan trigliserida. 1.5 Keaslian Penelitian Hingga kini penelitian hubungan rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan HDL dan trigliserida belum pernah dilakukan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dian Riska Kurniawati, meneliti tentang hubungan lingkar pinggang dengan kadar trigliserida pada pasien dislipidemia, sedangkan peneltian Fita Kaulina mengenai hubungan antara asupan kolesterol, lingkar pinggang dengan profil lipid, selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Ruth Nadya Rahayu mengenai hubungan beberapa indikasi obesitas abdominal dengan kadar kolesterol LDL dan kadar kolesterol HDL.Penelitian yang dilakukan oleh Gerry Tiffandi, mengenai hubungan antara rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan

8 dengan tekanan darah pada anak sekolah dasar. Tabel 1. Orisinalitas Penelitian Nama, Judul dan Tahun Penelitian Dian Riska Kurniawati Hubungan Lingkar Pinggang dengan Kadar Trigliserida pada Pasien Rawat Jalan Dislipidemia di Puskesmas Janti Kota Malang [Karya Tulis Ilmiah 2013] Fita Kaulina Hubungan antara Asupan Kolesterol,Lingkar Metode Penelitian Jenis Penelitian: analisis observasional Design: Cross Sectional n=67 pasien dislipidemia rawat jalan Puskesmas Janti Kota Malang Variabel bebas: Lingkar pinggang Variabel terikat: Kadar trigliserida Jenis Penelitian: Observasional Design: Cross Sectional n=35 guru dan staf di SMA Hasil Penelitian Sampel yang didapat 56,7% sampel berjenis kelamin laki-laki dan 43,4% sampel berjenis kelamin perempuan Sampel dengan obesitas abdominal 32,8% sampel berjenis kelamin laki-laki dan 40,3% sampel berjenis kelamin perempuan. Sampel dengan obesitas tidak abdominal sebanyak 23,9% berjenis kelamin laki-laki dan 3% berjenis kelamin perempuan Rata-rata kadar trigliserida pada sampel kelompok lingkar pinggang obesitas abdominal cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lingkar pinggang tidak obesitas abdominal. Rata-rata kadar trigliserida pada sampel jenis kelamin perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil uji korelasi pearson (r) pada lingkar pinggang terhadap kadar trigliserida adalah 0,686 Rentang umur sampel 23-58 tahun, asupan kolesterol 5,7% dalam kategori tinggi, sampel dengan obesitas sentral 86,4% perempuan dan laki-laki 38,5%. Sampel

9 Pinggang, dengan Profil Lipid [Karya Tulis Ilmiah 2009] Negeri 8 Semarang Variabel bebas: asupan kolesterol, lingkar pinggang Variabel terikat: profil lipid memiliki kadar kolesterol tinggi 5,7%, trigliserida tinggi 5,7%, kolesterol LDL sangat tinggi 2,9% dan kolesterol HDL optimal 54,3%. Terdapat hubungan antara asupan kolesterol dengan kolesterol total, trigliserida dan kolesterol LDL setelah dikontrol dengan asupan serat, kebiasaan merokok, kebiasaanolahraga,sedangka n dengan kolesterol HDL tidak ada hubungan. Tidak ada hubungan antara lingkar pinggang dengan profil lipid setelah dikontrol dengan asupan serat, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga. Tidak ada hubungan antara asupan kolesterol dengan lingkar pinggang setelah dikontrol dengan dengan asupan serat, kebiasaan merokkok, kebiasaan olahraga. Analisis multivariat menunjukkan bahwa yang menjadi parameter kadar kolesterol total adalah asupan kolesterol (R2 adjusted=0,169). Parameter LDL kolesterol adalah asupan kolesterol dan asupan serat (R2 adjusted=0,543) Sampel dengan kadar kolesterol LDL tinggi 22,9%, HDL rendah 34,3%, obesitas 62,9%, obesitas sentral 71,4%, dan bentuk

10 Ruth Nadya Rahayu Hubungan Beberapa Indikator Obesitas Abdominal (IMT, Lingkar Pinggang, dan Conicity Index) dengan Kadar Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL [Karya Tulis Ilmiah 2010] Jenis Penelitian: Observasional Design: Cross Sectional n=35 pegawai kantor Stasiun TVRI Jawa Tengah Variabel bebas: IMT, Lingkar Pinggang, dan Indeks Conicity tubuh dua kerucut 20%. Asupan energi baik 17,1%, dan sebagian besar asupan kolesterol baik 74,3%. Terdapat hubungan antara lingkar pinggang, CI, dan asupan kolesterol dengan kolesterol LDL, sedangkan dengan kolesterol HDL tidak ada hubungan. Tidak ada hubungan antara IMT dengan kolesterol LDL maupun kolesterol HDL. Analisis multivariat menunjukkan bahwa lingkar pinggang dan asupan kolesterol merupakan prediktor tingginya kolesterol LDL (R2 adjusted=0,368). Prediktor kolesterol HDL adalah asupan energi (R2 adjusted=0,059) Gerry Tiffandi Hubungan antara Rasio Lingkar Pinggang Terhadap Tinggi Badan dengan Tekanan Darah pada Anak Sekolah Dasar [Karya Tulis Ilmiah 2008] Jenis Penelitian: Cross Sectional n=81 murid kelas V dan VI yang berusia 8-14 tahun dari SD PETOMPON 06 dan SD WIDOSARI 02 yang dipilih secara acak di kota Semarang Variabel bebas: Rasio LiPi/TB Variabel terikat: Tekanan darah Hipertensi dijumpai pada 32 anak (29,1%) dan dengan tekanan darah normal 78 anak (70,9%). Hasil uji korelasi parsial pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hubungan antara rasio LiPi/TB dengan tekanan darah dengan dikontrol dengan jenis kelamin dan umur, ada hubungan rasio LiPi/TB dengan tekanan darah sistolik dengan nilai p= 0,046. Tidak ada hubungan antara rasio LiPi/TB dengan tekanan darah diastolik dengan nilai p=0,257

11