Pengaruh Fermentasi pada Kulit Ubi Kayu ( Manihot Utilissima ) terhadap Perubahan Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar

dokumen-dokumen yang mirip
Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger)

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 38 No. 1 : (Januari 2018) ISSN

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

KANDUNGAN NUTRIEN SILASE BUAH SEMU JAMBU METE SEBAGAI PAKAN PADA BERBAGAI LEVEL TEPUNG GAPLEK DAN LAMA PEMERAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

KANDUNGAN NUTRISI SILASE PELEPAH DAUN SAGU SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA DENGAN LAMA FERMENTASI DAN KOMPOSISI SUBSTRAT YANG BERBEDA

PENGARUH FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.)

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

NILAI NUTRISI TEPUNG KULIT ARI KEDELAI DENGAN LEVEL INOKULUM RAGI TAPE DAN WAKTU INKUBASI BERBEDA

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

EFEK PENGUKUSAN TERHADAP KANDUNGAN GIZI TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) (Steaming effect of durian seed powder for nutrition content) oleh:

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah padi dan singkong. Indonesia dengan luas area panen ha

Peningkatan Kualitas Kulit Buah Coklat Melalui Fermentasi Dengan Phanerochaete Chrysosporiumdan Neurospora Crassa

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

I. PENDAHULUAN. dijumpai didaerah Indonesia terutama di daerah Sumatera Barat. Produksi kakao

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

SKRIPSI KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

KADAR ASAM SIANIDA DAN KANDUNGAN GIZI PADA DENDENG DARI LIMBAH KULIT SINGKONG

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

KUALITAS FISIK SILASE BUAH SEMU JAMBU METE PADA BERBAGAI LEVEL TEPUNG GAPLEK DAN LAMA PEMERAMAN

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FERMENTASI LIMBAH KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN Aspergillus niger TERHADAP KANDUNGAN BAHAN KERING DAN ABU

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

15... Stand ar Amilase Nilai Aktifitas Enzim Amilase Anali sis Statistik Aktifitas Enzim Amilase... 50

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA. Bab I Pendahuluan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

BAB I PENDAHULUAN. produk komersial termasuk makanan, kosmetik, dan obat -obatan (Priyadi dan

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima,pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN KASAR (PK) DAN SERAT KASAR KOMBINASI RUMPUT GAJAH (PANNISETUM PURPUREUM) DAN TUMPI JAGUNG YANG TERFERMENTASI

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

Artikel PENGGUNAAN KULIT SINGKONG FERMENTSI UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG DI JORONG KANDANG LAMO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

3 METODOLOGI PENELITIAN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

I. PENDAHULUAN.. Kulit pisangmerupakan limbah dari industri pengolahan pisang yang belum

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge

MENINGKATKAN NILAI NUTRISI FESES BROILER DAN FESES PUYUH DENGAN TEKNOLOGI EFEKTIVITAS MIKROORGANISME SEBAGAI BAHAN PAKAN BROILER

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Umbi-umbian adalah bahan nabati yang dapat diperoleh dari dalam

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

I. PENDAHULUAN. ruminansia adalah ketersedian pakan yang kontiniu dan berkualitas. Saat ini

Transkripsi:

Pengaruh Fermentasi pada Kulit Ubi Kayu ( Manihot Utilissima ) terhadap Perubahan Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Doharni Pane 1 1 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusatara Kampus I Tor Simarsayang Padangsidimpuan Email : Doharnipane1983@gmail.com Abstrak Kulit ubi kayu merupakan limbah industri yang dapat diolah atau difermentasi dengan menggunakan ragi tape. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan nilai nutrisi kulit ubi kayu dengan ragi tape terhadap variasi lamanya waktu fermentasi. Penelitian ini menggunakan RancanganAcak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan variasi lamanya waktu fermentasi yaitu: A (0 hari), B (3 hari), C (6 hari), D (9 hari), dan E (12 hari). Sedangkan parameter penelitian yang diukuradalah protein kasar, danseratkasar.variasi lamanya waktu fermentasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P>0,01). Variasi lamanya waktu fermentasi kulit ubi kayu pada protein kasar berbeda nyata (P<0,05) dan serat kasar berbeda sangat nyata (P<0,01). Berdasarkan penelitian, persentase peningkatan protein kasar hasil fermentasi sebesar 89,51%, dan persentase penurunan serat kasar sebesar 54,25%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variasi lamanya waktu fermentasi dapat memperbaiki nilai nutrisi kulit ubi kayu. Kata kunci: Fermentasi, Kulit Ubi Kayu, Protein Kasar, Serat Kasar Abstract Cassava peel is industrial waste that could be processed or fermented by using ragi tape. The purpose of this research was to determine the increasedl nutritional value of cassava with ragi tape to the variation in the length of time of fermentation. This research was using completely randomized experimental of nonfactorial design with 5 treatment and 5 replicationwith period various of fermentation was:a (0 days), B (3 days), C (6 days), D (9 days), and E (12 days). While the research measured parameter was crude protein and crude fiber. Variaty of fermentation period give very significant different (P> 0.01). Variations in the length of time the skin fermented cassava in crude protein was significant different (P <0.05) and crude fibers very significant different (P <0.01). Based on the research, the percentage increase in crude protein from the fermentation of 89.51%, and the percentage reduction of 54.25% crude fiber. The results of this research could be concluded that the variety of period of fermentation could improved the nutrient value of Cassava peel. Key words : Fermentation, Cassava of Peel, Crude Protein, Crude Fiber 472

Doharni P Pengaruh Fermentasi Pada Kulit Kayu Pendahuluan Ubi kayu (Manihot utilissima) adalah tanaman rakyat yang telah dikenal di seluruh pelosok Indonesia. Berdasarkan data badan pusat statistik kota Padangsidimpuan (2014) produksi ubi kayu sebanyak 5.092,55 ton. Ubi kayu merupakan hasil pertanian yang jumlahnya berlimpah dan perlu alternatif lain dalam pemanfaatannya untuk menunjang program ketahanan pangan. Pengolahan ubi kayu secara terpadu merupakan upaya memanfaatkan seluruh bagian dari singkong tanpa ada yang terbuang termasuk kulitnya. Semakin luas areal tanaman ubi kayu diharapkan produksi umbi yang dihasilkan semakin tinggi yang pada gilirannya semakin tinggi pula limbah kulit yang dihasilkan. Kandungan pati kulit ubi kayu yang cukup tinggi, memungkinkan digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme (Muhiddin dkk, 2001). Menurut Rukaman (1997), kandungan nutrisi KUK (kulit ubi kayu) mempunyai kadar protein kasar 8,11%, serat kasar 15,20%, pektin 0,22%, Ca 0,63, lemak 1,29%. Selain KUK mempunyai komposisi yang terdiri dari energi dan zat-zat gizi, KUK juga mengandung ikatan glikosida sianogenik yaitu suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun dalam jumlah 0.1% yang dikenal sebagai racun biru (linamarin) atau ditandai dengan keluarnya warna biru gelap pada KUK ataupun umbinya yang diakibatkan terbentuknya asam sianida yang bersifat racun. Jenis kandungan sianida yang terdapat di kulit umbi bisa 5 10 kali lebih besar dari pada umbinya. Tjokroadikoesoemo (1988) menyatakan bahwa racun HCN dapat dihilangkan dengan cara sederhana antara lain melalui penggorengan, pengukusan, penjemuran, atau mencuci bersih KUK dan mengeringkannya dengan suhu tinggi untuk mengurangi kadar asam sianida yang terkandung dalam KUK tersebut untuk diberikan pada ternak, selain itu kita bisa melakukan pengolahan untuk meningkatkan kandungan nutrisi dengan cara fermentasi. Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer. Fermentasi dapat dilakukan dengan metode padat dengan substrat kulit umbi ubi kayu dilakukan untuk meningkatkan kandungan protein dan mengurangi masalah limbah pertanian. Produk fermentasi selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan atau suplemen produk pangan atau pakan. Dengan demikian proses fermentasi ini selain untuk meningkatkan nilai gizi kulit ubi kayu juga untuk mengurangi biaya produksi pakan ternak. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus Oktober 2016 di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan dan Laboratorium Teknologi Industri Pakan Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Kulit Ubi Kayu, Ragi Tape, Kantong Plastik Ukuran ¼ Kg, Alkohol, Tisu, dan bahan kimia untuk analisis protein kasar dan serat kasar. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, pisau, enkes, autoclave, blender, dan alat Laboratorium untuk analisis proksimat protein kasar dan serat kasar. Metode yang digunakan 473

pada penelitian ini adalah experiment dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) non factorial dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan (Steel and Torrie, 1991). Adapun perlakuan A = substrat + 0,3 % ragi tape lama fermentasi 0 hari, B = substrat + 0,3 % ragi tape lama fermentasi 3 hari, C = substrat + 0,3 % ragi tape lama fermentasi 6 hari, D = substrat + 0,3 % ragi tape lama fermentasi 9 hari, E = substrat + 0,3 % ragi tape lama fermentasi 12 hari. Hasil Dan Pembahasan Pengaruh Perlakuan KUK Terhadap Kandungan Protein Kasar Produk Fermentasi Rataan persentase peningkatan protein kasar kulit ubi kayu produk fermentasi (KUKF) dapat dilihat pada tabel 2. Rataan persentase menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi maka semakin tinggi pula peningkatan protein kasar yang dihasilkan pada substrat. Tabel 2. Rataan Persentase Peningkatan Protein Kasar Produk KUKF Perlakuan PK Sebelum PK Sesudah (%) (%) Peningkatan (%) A ( lama fermentasi 0 hari) 13,82 d 31,49 d B ( lama fermentasi 3 hari) 14,82 c 41,05 c C ( lama fermentasi 6 hari) 10,51 15,69 c 49,31 c D ( lama fermentasi 9 hari) 18,00 b 71,26 b E ( lama fermentasi 12 hari) 19,92 a 89,51 a Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) Pada tabel 2 menunjukkan bahwa protein kasar sebelum fermentasi adalah 10,51 %, dengan fermentasi dapat dilihat bahwa persentase peningkatan protein kasar KUKF yang tertinggi terdapat pada perlakuan E yaitu 89,51 % dan yang terendah pada perlakuan A yaitu 31,49%. Hasil analisa keragaman (Lampiran 3) menunjukkan bahwa fermentasi dengan ragi tape memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap persentase peningkatan protein kasar kulit ubi kayu fermentasi (KUKF). Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa persentase peningkatan protein kasar pada perlakuan E (KUKF 12 hari dengan ragi tape ) nyata (P<0,05) lebih tinggi dari perlakuan A = 31,49 %, B = 41,05 %, C = 49,31%, dan D = 71,26% (KUKF dengan ragi tape). Perlakuan D (KUKF 9 hri dengan ragi tape) nyata (P<0,05) lebih tinggi dari perlakuan C, B, dan A. Perlakuan C (KUKF 6 hari dengan ragi tape) nyata (P<0,05) lebih tinggi dari perlakuan A, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan B. Perlakuan B (KUKF 3 hari dengan ragi tape) nyata (P<0,05) lebih tinggi dari perlakuan A. Tingginya persentase peningkatan protein kasar pada perlakuan E dibandingkan perlakuan lainnya, disebabkan pada lama fermentasi ini kapang yang terdapat pada ragi tape berada pada fase pertumbuhan cepat sehingga pertumbuhan kapang subur, yang ditandai dengan jumlah koloni kapang yang diperoleh lebih banyak dari perlakuan lainnya sehingga sumbangan protein dari tubuh kapang pada substrat lebih tinggi dari pada perlakuan A,B,C, dan D. Rendahnya persentase peningkatan protein ksasar pada perlakuan A,B,C, dan D yaitu disebabkan waktu fermentasi yang singkat sehingga pertumbuhan kapang yang terdapat pada ragi tape belum optimal, terbukti dengan jumlah koloni kapang yang sedikit pada perlakuan A, B, C, dan D, akibatnya sumbangan protein dari tubuh kapang dan sumbangan enzim yang 474

Doharni P Pengaruh Fermentasi Pada Kulit Kayu diproduksinya masih sedikit dan menyebabkan kandungan protein substrat lebih rendah. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak bahan yang dirombak oleh enzim, akan tetapi dengan bertambahnya waktu fermentasi maka ketersediaan nutrien didalam media habis sehingga kapang lama kelamaan akan mati (Setyatwan, 2007). Pengaruh Perlakuan KUK Terhadap Kandungan Serat Kasar Produk Fermentasi Rataan persentase penurunan serat kasar kulit ubi kayu produk fermentasi (KUKF) dapat dilihat pada tabel 3.Rataan persentase menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi maka semakin tinggi pula penurunan serat kasar yang dihasilkan pada substrat. Tabel 3. Rataan Persentase Penurunan Serat Kasar Produk KUKF Perlakuan SK sebelum SK Sesudah (%) (%) Penurunan (%) A ( lama fermentasi 0 hari) 18,14 a 7,07 d B ( lama fermentasi 3 hari) 15,91 b 18,48 c C ( lama fermentasi 6 hari) 19,52 13,10 c 32,90 b D ( lama fermentasi 9 hari) 9,72 d 50,82 a E ( lama fermentasi 12 hari) 8,93 d 54,25 a Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) Pada tabel 3 menunjukkan bahwa serat kasar sebelum fermentasi adalah 19,52 %, dengan fermentasi dapat dilihat bahwa penurunan serat kasar tertinggi adalah 54,25% yang terdapat pada perlakuan E (KUKF dengan ragi tape) dan penurunan serat kasar paling rendah adalah 7,07 % pada perlakuan A (KUKF dengan ragi tape). Hasil analisa keragaman (Lampiran 6) menunjukkan bahwa fermentasi dengan jenis ragi tape dalam waktu yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase penurunan serat kasar kulit ubi kayu produk fermentasi KUKF). Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa persentase penurunan serat kasar pada perlakuan E = 54,25% (KUKF 12 hari dengan ragi tape) nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan C = 32,90% (6 hari), B= 18,48% (3 hari) dan A= 7,07% (0 hari), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan D=50,82% (9 hari). Persentase penurunan serat kasar pada perlakuan D nyata ( P<0,01) lebih tinggi dibanding dengan perlakuan C, B, dan A. Tingginya persentase penurunan serat kasar pada perlakuan E disebabkan waktu fermentasi yang lebih lama dari perlakuan A, B, C, dan D. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak kesempatan kapang yang terdapat pada ragi tape untuk bertumbuh dan memproduksi enzim yang berguna untuk mendegradasi serat kasar pada kulit ubi kayu (substrat). Kapang yang terdapat pada ragi tape akan menggunakan zat makanan yang ada dalam substrat seperti polisakarida yang mudah larutdan mengkatabolismenya menjadi gula gula sederhana guna mendukung kebutuhan hidupnya. Rendahnya persentase penurunan serat kasar pada perlakuan A (KUKF) disebabkan waktu yang terlalu singkat dalam proses fermentasi 0 hari, begitu juga dengan perlakuan B (3 hari), C (6 hari), dan D (9 hari) sehingga pertumbuhan kapang belum optimal dan menyebabkan kurangnya aktivitas enzim selulase merombak selulosa menjadi glukosa sehingga serat kasat masih tinggi pada substrat, terbukti dengan perlakuan E yang mempunyi waktu fermentasi lebih lama yaitu 12 hari yang memperoleh penurunan serat kasar yang lebih tinggi. 475

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa fermentasi kulit ubi kayu dengan ragi tape dengan waktu perlakuan E (12 hari) dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan menurunkan kandungan serat kasar. Pada kondisi ini diperoleh persentase peningkatan protein kasar yaitu 89,51% dan persentase penurunan serat kasar yaitu 54,25%. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui pengaruh pemberian produk fermentasi KUK perlakuan E (12 hari) dalam ransum terhadap pertumbuhan dan produksi telur ternak ayam dan puyuh. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjut dengan menambah lama fermentasi 12 hari untuk melihat titik optimum dari perlakuan dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil fermentasi yang lebih baik. Daftar Pustaka Biro Pusat Statistik, 2014. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Kota Padangsidimpuan, BPS Kota Padangsidimpuan Muhiddin, N., N. Juli, dan I.N.P. Aryantha. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui Proses Fermentasi. Jurnal Matematika dan Sains. 6 (1) : 1-12. Rukaman, 1997. Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Setiyatwan, H. 2007. Peningkatan Kualitas Nutrisi Duckweed Melalui Fermentasi Menggunakan Trichoderma harzianium. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 7 No.2: 113-116. Steel dan Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tjokroadikoesoemo, P.S. 1988. HFS dan Industri Ubi Kayu lainnya. PT Gramedia, Jakarta. 476