BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan sekolah merupakan jaminan bagi masa depan putra-putri mereka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

Lampiran 1 - KISI-KISI ALAT UKUR. No. Item + - Aspek Sub Aspek Indikator

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan dan pekerjaan. Setelah lulus SMA mereka diberi peluang

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. bangsa wajib dikembangkan dan dioptimalkan melalui pendidikan dan. atas (SMA) dan menengah kejuruan (SMK), dalam upaya mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjutan studi merupakan bagan yang terpenting dalam proses kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA MEMILIH JURUSAN IPA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 72 JAKARTA

PERENCANAAN KARIER DAN PENGEMBANGAN KOMITMEN PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dalam pemilihan karir. Dengan adanya masalahmasalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah salah satu modal utama bagi seseorang untuk menggapai masa depan yang berhasil (Intisari, April 2005, Menyogok Preman Demi Anak Jalanan, A. Bimo Wijoseno). Sebagian besar masyarakat juga masih beranggapan bahwa pendidikan sekolah merupakan jaminan bagi masa depan putra-putri mereka untuk mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak (Kompas, 26 Januari 1999, Tantangan Pendidikan Tinggi, Sukadji Ranuwihardjo). Namun keberhasilan remaja dalam menempuh pendidikan antara lain ditentukan pula oleh ketepatan dalam memilih jurusan pendidikan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Ketepatan dalam memilih jurusan di bidang pendidikan dewasa ini tidaklah mudah, karena perkembangan jaman yang semakin maju, pilihan yang ditawarkan kepada remaja pun semakin beragam dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Remaja masa kini diperhadapkan dengan begitu banyak pilihan di berbagai bidang kehidupan, termasuk salah satunya adalah pilihan program pendidikan. Diakhir dari masa remaja, sekitar usia 18 tahun (Marcia, 1993) para remaja yang pada umumnya berada di kelas 2 SMA harus mulai menentukan pilihan, apakah akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau langsung bekerja. Jika ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mereka sudah harus mulai memikirkan program pendidikan apa yang akan diambil. Apakah program diploma atau strata 1, akademi, institute atau perguruan tinggi. Jika ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, mereka mulai harus memikirkan 1

perguruan tinggi dan jurusan yang akan pilih. Sedangkan bagi yang ingin langsung bekerja, juga harus memikirkan jenis pekerjaan apa yang akan digeluti selepas SMA. Mereka diharapkan sudah memiliki gambaran tentang bidang-bidang pekerjaaan yang akan mereka tekuni sebelum menentukan pilihan. Bagi para remaja, proses menentukan pilihan ini bukanlah sesuatu yang mudah. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 20 orang siswa kelas 2 SMA X di kota Bandung, ternyata 80% dari mereka menyatakan ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi, 5% lagi ingin langsung bekerja dan sisanya 15% menyatakan masih ragu-ragu apakah akan melanjutkan studi atau akan langsung bekerja. Tetapi setelah dilakukan wawancara secara lebih mendalam terhadap 80% siswa yang tadi menyatakan ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi, ternyata sebagian besar dari mereka (87,5%) belum memiliki gambaran tentang jurusan di perguruan tinggi yang akan mereka pilih. Siswa yang ingin langsung bekerja pun belum memiliki kejelasan tentang bidang-bidang pekerjaan yang ada. Menurut mereka, minimnya informasi yang mereka terima merupakan salah satu kendala untuk memiliki gambaran tentang berbagai jurusan di perguruan tinggi maupun bidang pekerjaan. Sebagian lagi mengatakan bahwa mereka sudah memiliki gambaran mengenai jurusan di perguruan tinggi maupun bidang pekerjaan, namun banyaknya alternatif yang ada menjadikan mereka semakin bingung untuk menentukan pilihan. Hanya sedikit dari mereka (12,5%) yang sudah memiliki keputusan dan mulai melakukan tindakan-tindakan nyata yang mendukung keputusan tersebut, seperti mengikuti bimbingan belajar yang sesuai dengan jurusan yang nanti akan diambil, selepas dari SMA. Banyaknya remaja yang mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan ini juga terungkap dari hasil wawancara dengan salah seorang staf biro konsultasi X yang mengatakan bahwa jumlah siswa 2

yang datang ke biro konsultasi psikologi guna mendapatkan layanan yang berkaitan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi maupun bidang pekerjaan semakin meningkat. Pada dasarnya gejala kebingungan ini merupakan periode yang wajar dialami oleh para remaja sebelum mereka menentukan pilihan dalam hidupnya, karena masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Erikson (1968) menyatakan bahwa pencarian identitas adalah sebuah krisis yang ditandai dengan adanya konflik dan kebingungan akibat benturan antara berbagai peran yang harus dilakukan remaja sejalan dengan pertumbuhan fisik, emosi, seksual dan kognitif pada dirinya. Kebingungan yang dialami remaja ini seringkali membuat mereka mengambil keputusan memilih suatu jurusan hanya berdasarkan ikut-ikutan teman atau atas desakan dari orang tua. Mereka tidak lagi mempertimbangkan apa yang menjadi minat dan kemampuan mereka. Beberapa mahasiswa yang memilih jurusan di perguruan tinggi atas dasar ikut-ikutan teman mengatakan bahwa pada semester-semester awal mereka belum menjumpai banyak kesulitan, namun memasuki semester yang lebih tinggi mereka mulai merasa kurang cocok dengan jurusan yang dipilih, karena pelajarannya sudah semakin spesifik dan semakin susah. Pelajaran yang diikuti pun terasa semakin membosankan karena tidak sesuai dengan minat, hal ini membuat semangat belajar menurun dan akhirnya berakibat pada rendahnya prestasi belajar (Indeks Prestasi Kumulatif) mereka. Tidak jarang setelah beberapa semester mereka mengajukan diri untuk pindah jurusan atau bahkan beberapa dari mereka memilih untuk droup out. Sedangkan bagi siswa-siswi SMA kelas 2 semester akhir, kebingungan dalam memilih jurusan ini sangat mempengaruhi semangat belajar mereka. Siswa yang sejak awal mengetahui minat dan bakatnya tahu dengan jelas jurusan yang 3

akan dipilihnya di perguruan tinggi nanti, sehingga sejak awal pun mereka sudah dapat mengatur strategi ataupun langkah-langkah yang dibutuhkan agar dapat masuk ke jurusan yang diingini, salah satunya dengan memilih program studi yang tepat di kelas 2, karena jika mereka salah memilih program studi ada kemungkinan mereka tidak dapat masuk ke jurusan di perguruan tinggi yang mereka inginkan. Karena siswa-siswi dari program IPS hanya dapat memilih jurusan-jurusan sosial di perguruan tinggi. Demikian juga jika mereka memilih jurusan Bahasa, sedangkan jika mereka memilih program IPA mereka diperbolehkan untuk memilih jurusan apapun sesuai keinginan. Siswa yang belum memiliki tujuan ataupun yang masih ragu dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi tentu akan mengalami kesulitan dalam menyusun stategi karena belum memiliki arah yang jelas. Siswa yang sudah memiliki perencanaan biasanya akan menjalani studinya dengan lebih bersemangat dan disertai dengan kesungguhan. Sedangkan siswa yang belum memiliki tujuan, lebih banyak menjalaninya dengan setengah hati dan ogah-ogahan. Kebingungan yang dialami oleh siswa-siswi SMA ini juga membuat mereka cenderung mengabaikan dan kurang memiliki minat untuk memperhatikan pelajaran yang diberikan. Mereka merasa pelajaran yang diterima kurang menarik dan tidak terlalu mereka butuhkan nantinya. Siswa-siswi yang demikian, pada kenyataannya juga seringkali bermasalah dengan tata tertib, mereka kurang memiliki disiplin dan kesungguhan dalam belajar, tidak jarang sampai mempengaruhi prestasi belajar. Menentukan pilihan guna mempersiapkan masa depan bukanlah sesuatu yang mudah karena dibutuhkan berbagai pengetahuan dan informasi, termasuk dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Siswa-siswi harus memiliki pengetahuan mengenai program-program pendidikan yang dapat dipilihnya, bagaimana peluang 4

program dan jurusan tersebut di masa depan, persyaratan-persyaratan apa saja yang harus dimiliki agar dapat masuk ke jurusan tersebut, serta aspek-aspek kepribadian yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan, seperti aspek emosi, ketekunan dan daya juang siswa. Selain itu permasalahan-permasalahan yang mungkin dihadapi di masa depan pun sudah harus mulai tergambar dalam benak para siswa, seperti peluang untuk berkarir dan bekerja, persaingan yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Menurut Marcia (1993), remaja yang dapat mengenali kemampuan serta minatnya, mampu melihat peluang yang dapat mereka raih serta membuat komitmen terhadap pilihan pendidikan dan pekerjaan, dapat dikatakan sebagai remaja yang telah mencapai identitas diri dalam bidang vokasional. Mencapai identitas diri adalah tugas perkembangan remaja yang utama, karena pada tahap ini lah remaja mulai melakukan reorganisasi dan restrukturisasi mengenai diri. Marcia (1989) juga mengatakan bahwa remaja akhir merupakan periode dari siklus kehidupan di mana identitas diri seseorang terbentuk untuk pertama kalinya. Walaupun pengamatan terhadap diri telah muncul saat remaja awal namun kesadaran akan identitas diri baru muncul di akhir masa remaja. Masa ini merupakan periode yang paling penting dan kritis bagi remaja untuk membentuk identitas. Menurut Marcia (1993), pembentukan identitas diri meliputi tiga bidang kehidupan yaitu bidang pekerjaan, ideologi (nilai-nilai dan agama) dan hubungan interpersonal. Remaja akhir diharapkan mampu mencapai pembentukan identitas diri dalam bidang pekerjaan. Oleh karena itu tidak terlalu berlebihan jika pada saat ini remaja akhir khususnya siswa-siswi kelas 2 SMA mulai dituntut untuk dapat menentukan sendiri pilihan jurusan di perguruan tinggi dan bidang pekerjaan yang akan mereka tekuni nanti. Untuk dapat menentukan pilihan secara tepat, dibutuhkan 5

informasi yang cukup dan akurat. Proses pencarian informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jurusan, program pendidikan dan hal-hal yang berkaitan dengan masa depan, disebut oleh Marcia sebagai exploration (crisis) yang berarti suatu periode pergumulan atau mempertanyakan secara aktif untuk sampai pada keputusan mengenai tujuan-tujuan, nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (Marcia et. al., 1993; 161). Setelah menentukan pilihan yang dianggap tepat siswa perlu melaksanakan pilihannya tersebut untuk mencapai tujuan di masa depan. Kegiatan ini disebut oleh Marcia sebagai commitment yang melibatkan kegiatan membuat pilihan yang relatif menetap mengenai elemen identity dan terlibat dalam kegiatan yang terarah pada implementasi pilihan tersebut (Marcia et. al., 1993; 164). Kegiatan exploration dan commitment tersebut menggambarkan identity status yang terungkap dalam kegiatan yang dilakukan siswa sehubungan dengan masa depan mereka. Ada siswa yang sudah memiliki informasi yang memadai dan mantap dalam pengambilan keputusan maupun pelaksanaannya, hal ini disebut Marcia sebagai identity achievement, sedangkan bila informasi yang dimiliki memadai atau bahkan mungkin cukup banyak namun siswa kurang mantap dalam pelaksanaan keputusannya atau bahkan bingung untuk mengambil keputusan disebut sebagai moratorium. Ada juga siswa-siswa yang kurang memiliki informasi yang memadai namun merasa mantap dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusannya, Marcia menyebutnya foreclosure. Sedangkan apabila informasi yang dimiliki kurang memadai dan siswa juga kurang mantap dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusannya, dikenal sebagai identity diffusion. Pengambilan dan pelaksanaan keputusan dalam pembentukan identity dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal seperti karakteristik kepribadian, dan faktor eksternal dari lingkungan seperti latar belakang keluarga 6

(sosial, budaya, agama), pola asuh, sistem pendidikan dan suasana pergaulan (Marcia et. al., 1993). Kemampuan siswa dalam mengambil dan melaksanakan keputusan juga ditentukan oleh sejauhmana upaya yang mereka lakukan guna memperoleh informasi dan seberapa banyak informasi yang mereka miliki tentang jurusan maupun bidang pekerjaan tersebut. Informasi yang dimiliki individu merupakan bahan yang akan diolah untuk mengambil keputusan. Pada kenyataannya informasi yang mereka butuhkan akan diperoleh melalui interaksi mereka dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Erikson (dalam Steinberg, 1993) yang mengatakan bahwa kunci untuk pembentukan identity remaja terletak pada interaksi remaja dengan individu lain. Melalui interaksi dan respon dengan dan dari orang lain, remaja akan menyeleksi dan memilih elemen yang mungkin menjadi bagian dari identitas dirinya. Usaha untuk memperoleh dan mengolah informasi mengenai diri dan posisi diri di dalam lingkungannya dikenal sebagai ego identity (Erikson dalam Miller, 1993; 159). Oleh karena itu interaksi dan umpan balik dari lingkungan dan pihakpihak yang terkait, seperti: keluarga, sekolah, guru, teman sebaya akan sangat mempengaruhi remaja dalam mempersiapkan masa depan, khususnya dalam pembentukan identitas diri. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, pola dan tuntutan hidup masyarakat pun mulai berubah. Kalau dulu cukup ayah saja yang bekerja untuk membiayai kebutuhan keluarga namun sekarang, para ibu pun pada umumnya turut bekerja guna membantu meringankan beban keluarga maupun sebagai upaya aktualisasi diri. Kondisi seperti ini membuat interaksi orang tua dengan anggota keluarga, khususnya anak remaja mereka menjadi semakin berkurang. Remaja kurang mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dan memperoleh informasi dari 7

orang tua. Dengan kesibukan dan keterbatasan waktu, orang tua mulai mengalihkan tanggung jawabnya kepada guru di sekolah, sehingga apa yang tadinya merupakan tanggung jawab lembaga keluarga sedikit demi sedikit mulai dialihkan kepada pihak sekolah. Melihat gejala seperti ini, sekolah berusaha membantu para siswa memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan guna menyusun langkah dan strategi untuk mencapai tujuan dalam bidang pendidikan dan pekerjaan secara tepat. Bantuan kepada siswa ini diwujudkan melalui program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Adapun layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan sekolah kepada para siswa kelas 2 SMA berupa : bimbingan pribadi-sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier. Bimbingan pribadi-sosial diberikan agar siswa lebih memahami diri, mampu membuat pilihan dan keputusan secara efektif, memiliki rasa tanggung jawab serta mampu mengembangkan ketrampilan berinteraksi dengan orang lain secara memadai. Bimbingan belajar diberikan dengan maksud membantu siswa menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, melaksanakan ketrampilan dan teknik belajar secara efektif sehingga prestasi belajar menjadi optimal. Bimbingan karier yang diberikan berupaya membantu siswa merencanakan masa depan, mengenali ketrampilan, kemampuan dan minatnya serta mampu menentukan tujuan karier dengan cara memahami jenis-jenis pekerjaan dan program-program pendidikan yang ada. Pada umumnya, bimbingan diberikan dengan metode ceramah dan konseling pribadi. Pembimbing yang dalam hal ini adalah guru BK diharapkan dapat membuka wawasan para siswa tentang pilihan profesi dan program studi yang tersedia. Untuk menunjang profesi yang akan digelutinya nanti, pilihan program studi yang sesuai sangatlah dibutuhkan. Pilihan program studi ini, hendaknya juga disesuaikan dengan kemampuan, minat, cita-cita dan prestasi belajar siswa. Untuk 8

membantu siswa mengintegrasikan hal-hal tersebut dan merencanakan masa depannya sendiri dibutuhkan bantuan guru BK. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru BK di sekolah sangatlah besar. (Kompas, 3 Maret 1998, Dalam pemilihan jurusan di SMA diperlukan kehadiran guru BK ). Pemerintah pun mulai menyadari hal ini, sehingga memasukkan bimbingan dan penyuluhan dalam kurikulum di sekolah. (Dra. Ny. Singgih D. Gunarsa & Dr. Singgih D. Gunarsa, 1995). Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangan (yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karir) yang antara lain agar siswa mampu menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan serta mampu merencanakan masa depan (Depdikbud, 1994). Namun setelah dilakukan survei terhadap beberapa sekolah, ternyata sebagian besar siswa mengemukakan bahwa Bimbingan dan Konseling yang diberikan guru BK di sekolah lebih memfokuskan pada bimbingan pribadi-sosial dan bimbingan belajar. Guru BK lebih banyak mengurusi siswa-siswi yang berprestasi rendah dan bermasalah (nakal) ketimbang siswa-siswi yang prestasinya memadai apalagi yang tinggi. Terkait dengan itu sebagian siswa-siswi yang sekadar mengalami kesulitan dalam merencanakan masa depan, yang dalam hal ini adalah memilih apakah akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau langsung bekerja, menentukan program pendidikan atau jenis pekerjaan apa yang akan dipilih setamat SMA, menjadi kurang tertangani. Berdasarkan angket yang dibagikan kepada siswa-siswi SMA X, ternyata dari 145 siswa kelas 3, hanya sekitar 7% siswa yang memilih untuk langsung bekerja setamat SMA, sedangkan sisanya 93% memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut sebagian besar dari mereka, untuk jaman sekarang, jika hanya berbekal ijasah SMA tentu akan sulit untuk 9

mendapatkan pekerjaan. Sebagian lagi mengatakan bahwa mereka memang ingin mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih banyak, oleh sebab itu mereka memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Karena sebagian besar siswa lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dari pada langsung bekerja, maka peneliti memfokuskan diri pada program yang dapat membantu siswa-siswi membuat perencanaan dan mengambil keputusan dalam rangka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pada dasarnya sekolah sudah berupaya membantu siswa-siswi dalam merencanakan masa depan, namun pada kenyataannya program Bimbingan Karir yang diberikan sekolah belum sepenuhnya dapat menjangkau dan membantu siswasiswi kelas 2 SMA dalam merencanakan masa depan. Oleh karena itu peneliti menawarkan suatu program yang lebih terencana dalam membantu siswa-siswi kelas 2 SMA, yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan menitikberatkan proses exploration dan membuat commitment. Program ini dikenal dengan sebutan Career group counseling. Career group counseling merupakan suatu sintesis antara konseling kelompok dan konseling karir. Career group counseling mengupayakan terbentuknya suatu lingkungan yang mampu menerima dan terbuka, di mana setiap anggota kelompok memiliki kebebasan dan kesempatan untuk mencoba dan memadukan informasi mengenai diri dan dunia kerja. (Capuzzi, 1992; 219). Tujuan utama dari career group counseling ini adalah memberikan informasi tentang karir, membantu individu menilai diri dan menemukan arti diri melalui umpan balik dari orang lain. Dengan mengikuti career group counseling, siswa diharapkan tidak hanya menerima informasi mengenai karir dan mengenal dirinya tetapi juga mulai dapat menyelaraskan informasi mengenai dirinya tersebut dengan karir yang nanti akan ia tekuni, dengan cara memilih jurusan di perguruan 10

tinggi yang tepat agar dapat menunjang pilihan karirnya. Usaha untuk memperoleh dan mengolah informasi mengenai diri dan posisi diri di dalam lingkungannya disebut Erikson sebagai ego identity. Sehingga apabila tujuan dari career group counseling ini tercapai maka diharapkan juga mampu membantu terbentuknya ego identity. Dalam career group counseling individu dapat mempraktekkan dan mengembangkan ketrampilan membuat keputusan serta menerapkan berbagai keputusan yang sudah dibuat, karena program career group counseling ini memfokuskan diri pada empat area besar yaitu : penilaian diri, exploration karir, membuat keputusan, dan mengambil tindakan. Keempat area dalam career group counseling ini sejalan dengan proses pembentukan identitas diri menurut Marcia, yang menyatakan bahwa di dalam proses pembentukan identitas diri diperlukan exploration (proses pencarian informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jurusan, program pendidikan dan hal-hal yang berkaitan dengan masa depan) dan commitment (kegiatan membuat pilihan yang relatif menetap dan terlibat dalam tindakan yang terarah pada implementasi pilihan tersebut). Disamping itu career group counseling merupakan salah satu bentuk konseling yang memanfaatkan anggota kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar. Hal ini sangat menunjang apa yang dikemukakan oleh Erikson, yaitu bahwa proses pembentukan identitas remaja ditentukan oleh bagaimana interaksi remaja tersebut dengan individu lain. Pada kenyataannya informasi yang butuhkan siswa-siswi kelas 2 SMA dalam rangka membentuk identitas diperoleh melalui interaksi mereka dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya seperti teman, guru dan orang tua. Sehingga melalui career group counseling ini diharapkan identitas siswa-siswi kelas 2 SMA sehubungan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi dapat terbentuk. 11

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH Melalui penelitian ini, ingin dievaluasi : 1. Apakah career group counseling membawa perubahan terhadap status identitas dalam area vocational pada siswa-siswi kelas 2 SMA sehubungan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi. Untuk bahasan secara lebih mendalam, masalah yang diteliti dirinci sebagai berikut : 2. Apakah ada perbedaan derajat exploration pada siswa-siswi kelas 2 SMA sebelum mengikuti career group counseling dan sesudah mengikuti career group counseling. 3. Apakah ada perbedaan derajat commitment pada siswa-siswi kelas 2 SMA sebelum mengikuti career group counseling dan sesudah mengikuti career group counseling. 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai status identitas dalam area vocational siswa-siswi kelas 2 SMA sehubungan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi, sebelum diberikan intervensi career group counseling dan sesudah diberikan intervensi career group counseling. 1.3.2 Tujuan Penelitian 12

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh intervensi career group counseling terhadap peningkatan status identitas dalam area vocational siswa-siswi kelas 2 SMA sehubungan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi. 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1. KEGUNAAN TEORITIS Hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1. Memberikan informasi empiris bagi bidang psikologi perkembangan, khususnya mengenai status identitas dalam area vocational siswa-siswi kelas 2 SMA sehubungan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi. 2. Memberikan informasi empiris bagi bidang psikologi perkembangan, khususnya mengenai dimensi exploration dan commitment sehubungan dengan status identitas dalam area vocational siswa-siswi kelas 2 SMA. 3. Memberikan informasi empiris bagi bidang psikologi pendidikan, khususnya mengenai metode career group counseling. 4. Digunakan sebagai bahan masukan oleh peneliti lain, jika ingin melakukan penelitian serupa. 1.4.2. KEGUNAAN PRAKTIS Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat : 1. Menjadi bahan masukan bagi siswa-siswi kelas 2 SMA mengenai status identitas dalam area vocational, proses exploration dan commitment sehubungan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi. 2. Menjadi bahan masukan bagi siswa-siswi kelas 2 SMA, agar sejak dini dapat memanfaatkan career group counseling. 13

3. Menjadi bahan masukan bagi guru BP untuk mempertimbangkan career group counseling sebagai salah satu alternatif metode konseling. 4. Menjadi masukan bagi SMA X untuk mempertimbangkan career group counseling sebagai salah satu program sekolah dalam membantu siswa-siswi memilih jurusan di perguruan tinggi. 1.5. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi modul konseling kelompok yang dapat meningkatakan derajat exploration dan commitment siswa-siswi SMA X sehubungan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi. Desain penelitian yang digunakan adalah single group desain, pre and posttest, dimana pengukuran dependent variable dilakukan sebelum dan sesudah program intervensi diberikan (Graziano & Raulin, 2000). Subyek penelitian adalah siswa-siswi SMA X di kota Bandung. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Exploration dan Commitment yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Status identitas yang dikembangkan oleh James E. Marcia. Marcia mengemukakan empat status identitas yaitu identity diffusion, Foreclosure, Moratorium, Identity achievement. Status identitas ditentukan berdasarkan dua dimensi konseptual yaitu Exploration (Crisis) dan Commitment. Treatment yang diberikan berupa Career Group Counseling, dengan metode nonexperimental. Hasil penelitian ini akan dianalisa dengan cara membandingkan skor exploration dan commitment sebelum dan sesudah treatment career group counseling diberikan, serta melihat data observasi dan wawancara (kualitatif) sebagai bahan pembahasannya. Berikut ini gambaran rancangan penelitian yang akan dilakukan : 14

CAREER GROUP COUNSELING Self assessment Career exploration Decision making Taking action 3 Sesi konseling kelompok 1 sesi konseling pribadi Siswa kelas 2 SMA sebelum mengikuti career group counseling Siswa kelas 2 SMA sesudah mengikuti career group counseling Identity status assessment Identity status assessment Hasil assessment Hasil assessment Dibandingkan Bagan 1.1. Rancangan Penelitian 15