BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA TINDAK LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. kimia fisika dan radio aktif (Menteri Kesehatan RI, 2010). Air di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. yang dimasak, kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis, dan radioaktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat langsung diminum (Rumondor et al., 2014). Air minum yang. mengurangi daya kerja serta daya produksi (Widarto, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk air minum (Meidhitasari, 2007). Air minum aman untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

Kepustakaan : 15 Kata Kunci : Jarak sumur gali, tempat pembuangan tinja, Escherichia Coli

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peran Perempuan dalam. Air, Sanitasi dan Higiene. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari air. Pada tubuh orang dewasa, sekitar % berat badan terdiri dari

UJI BAKTERIOLOGIS AIR MINUM BEBERAPA RUMAH MAKAN DI KOTA PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH ANDREW VALENTINO B.P

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

ANALISIS KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH PADA SISTEM AIR BERSIH DI DESA LANSA KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

ASPEK KUALITAS AIR DAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sanitation and Drinking Water Quality on Drinking Water Station. Sanitasi dan Kualitas Air Minum pada Depot Air Minum (DAM)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

KAJIAN KUALITAS AIR MINUM YANG DIPRODUKSI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN PERSYARATAN MIKROBIOLOGIS TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

I. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada

I. PENDAHULUAN. menyebabkan masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dengan biaya

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik adalah seluruh makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya. Sedangkan komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup di sebuah lingkungan yakni mencakup tanah, air, udara, dan lainnya. Salah satu upaya yang meningkatkan derajat kesehatan dari faktor lingkungan yaitu penyehatan air (Effendy, 2016). Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air (Chandra, 2006). Sumber air yaitu air sumur, air sungai, air danau dan air laut. Air dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari kita. Kebutuhan akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacammacam cucian), dan sebagainya (Astuti, 2015). Kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada umumnya menggunakan sumur gali terlindung (29,2%), sumur pompa (24,1%), dan air ledeng/pdam (19,7%) (Kemenkes, 2013). Pada Negara maju setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan dinegara -negara berkembang, termasuk Indonesia yang menggunakan sumber air untuk seluruh keperluan rumah tangga, pemakaian air per orang per hari oleh rumah tangga di Indonesia, pada umumnya berjumlah antara 50 sampai 99,9 liter (28,3%), dan antara 100 sampai 300 liter (40%) (Kemenkes, 2013). Setiap tahun, air yang tidak aman, ditambah dengan kurangnya sanitasi dasar,membunuh setidaknya 1,6 juta anak di bawah usia lima tahun. 2,6 miliar orang, lebih dari 40% populasi dunia. Pada tahun 2004, lebih dari tiga dari setiap masyarakat pedesaan, lebih dari 2 miliar, tidak memiliki akses ke fasilitas sanitasi dasar. Jika tren saat ini terus berlanjut, hampir 1,7 miliar 1

2 penduduk pedesaan masih belum memiliki akses terhadap perbaikan sanitasi pada tahun 2015 (WHO, 2015). Proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum di Indonesia adalah sebesar 66, 8 persen. Lima provinsi dengan proporsi tertinggi untuk rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum adalah Bali (82,0%), DI Yogyakarta (81,7%), Jawa Timur (77,9%), Jawa Tengah (77,8%), dan Maluku Utara (75,3%); sedangkan lima provinsi terendah adalah Kepulauan Riau (24,0%), Kalimantan Timur (35,2%), Bangka Belitung (44,3%), Riau (45,5%), dan Papua (45,7%) (Kemenkes, 2013). Air minum yang aman harus memenuhi standar yang telah ditetapkan mulai dari aspek fisik, kimia, dan mikrobiologi sesuai dengan Permenkes RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010. Dalam Penggunaan air minum yang dikonsumsi dikategorikan baik apabila memenuhi persyaratan kualitas fisik ; yaitu tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa dan tidak berbau. Pada umumnya air minum rumah tangga di Indonesia (94,1%) termasuk dalam kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa dan tidak berbau). Masih terdapat rumah tangga dengan kualitas air minum keruh (3,3%), berwarna (1,6%), berasa (2,6%), berbusa (0,5%), dan berbau (1,4%). Berdasarkan provinsi, proporsi rumah tangga tertinggi dengan air minum keruh adalah di Papua (15,7%), berwarna juga di Papua (6,6 %), berasa adalah di Kalimantan Selatan (9,1%), berbusa dan berbau adalah di Aceh (1,2%, dan 3,8%) (Kemenkes, 2013). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terdapat peningkatan rumah tangga yang menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum dari 13,8% pada tahun 2010 meningkat menjadi 21% pada tahun 2013. Proporsi rumah tangga berdasarkan jenis sumber air minum yang menggunakan air isi ulang mempunyai persentase yang cukup besar setelah sumur gali terlindung 22,5%. Hal ini terjadi seiring dengan kemajuan teknologi serta semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan terutama dalam pemenuhan air bersih untuk minum, sementara itu persediaan air tanah yang selama ini menjadi sumber utama air minum sudah

3 berkurang sehingga beralih kepada produk air minum isi ulang/kemasan (Kemenkes, 2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar (RKD) menunjukkan jenis sumber air minum dari air isi ulang menempati urutan kedua terbanyak (21%) setelah air minum dari sumur gali terlindung (22,5%). Berdasarkan karakteristik tempat tinggal, masyarakat perkotaan cenderung mengkomsumsi air minum dari depot air minum isi ulang yaitu sebanyak 29,6%, diikuti oleh air minum dari sumur terlindung (16,4%) dan air minum dari air minum dalam kemasan (16,3%) (Kemenkes, 2013). Pengadaan air minum oleh depot air minum isi ulang (DAMIU) diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. No. 651 tahun 2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Isi Ulang dan Perdangannya. Keputusan tersebut dengan jelas menetapkan bahwa depot air minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi (Kemenperindag, 2004). Kecenderungan penduduk untuk mengkonsumsi air minum siap pakai demikian besar, sehingga usaha depot pengisian air minum tumbuh subur dimana-mana yang perlu diawasi, dibina dan diawasi kualitasnya agar selalu aman dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat (Kemenkes, 2010). Seringnya air minum dari Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) dapat terkontaminasi oleh bakteri. Hal ini diakibatkan oleh terkontaminasinya air baku oleh berbagai bahaya fisik, kimia, biologi, maupun radioaktif, tangan karyawan, peralatan pengolah air minum isi ulang (AMIU), dan pakaian pekerja. Peningkatan kualitas dan ketersediaan air, pembuangan eksreta dan hygiene perseorangan menjadi hal yang penting untuk mengurangi transmisi penyakit melalui jalur pajanan fekal-oral (WHO, 2011). Penelitian yang juga dilakukan Kurniawan (2014) menunjukan delapan depot air minum isi ulang tidak memenuhi syarat bakteriologis, delapan sampel air minum mengandung coliform dan Escherichia coli > 0/ 100ml. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2016) menunjukkan pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum isi ulang diketahui 20 sampel

4 yang diambil dari Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Terdapat 8 depot (40%) yang tidak memenuhi syarat, karena ditemukannya bakteri coliform dan salah satu diantaranya juga ditemukan bakteri Escherichia coli. Sedangkan 12 depot lainnya (60%) sudah memenuhi syarat bakteriologis air minum isi ulang, sebagian depot air minum isi ulang di wilayah Kecamatan Kebon Jeruk tercemar oleh bakteri coliform, ini dikarenakan filter yang kotor atau lampu ultraviolet yang sudah berkurang efektivitasnya sehingga bakteri pada air minum belum sepenuhnya hilang. Hasil penelitian Rumondor dkk., (2014) menunjukkan pemeriksaan bakteri dari 20 sampel air minum isi ulang di Kota Manado ditemukan semua sampel menunjukkan pertumbuhan bakteri. Jenis bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Bacillus subtilis pada 14 sampel (42,42%) air minum isi ulang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada depot air minum yang terkontaminasi bakteri coliform, disebabkan sumber pencemaran terjadi pekerja yang tidak hygienis terutama berkaitan dengan kebersihan tangan. Sebagian besar pekerja dari 14 DAMIU sebanyak 8 (57,1%) karyawan tidak mencuci tangan dan tidak menggunakan sabun sebelum bekerja, karyawan kurang menyadari bila tidak mencuci tangan dapat menyebabkan kontaminasi pada air minum. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2016) di wilayah Kebon Jeruk Jakarta Barat mengenai faktor faktor kualitas bakteriologis air minum isi ulang menunjukkan ada hubungan bermakna antara peralatan yang digunakan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang. Dari hasil penelitian didapatkan OR adalah 4,0 yang artinya depot yang tidak memenuhi persyaratan peralatan 4 kali lebih beresiko ditemukannya bakteri Coliform/ E. coli pada air minum dibandingkan dengan depot yang memenuhi persyaratan peralatan. Hasil penelitian tersebut menyatakan perilaku penjamah DAMIU mempengaruhi dimana hasilnya bahwa ada hubungan bermakna antara perilaku mencuci tangan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang. Hasil uji statistik juga menunjukan nilai OR = 14,0 yang berarti DAMIU yang tindakan petugasnya kurang baik mempunyai risiko 14 kali lebih besar terdapat bakteri pada air minum dibandingkan dengan damiu yang tindakan

5 petugasnya baik. Jakarta Pusat merupakan wilayah yang memiliki Depot Air Minum Isi Ulang yang cukup banyak. Dari hasil profil kesehatan menunjukkan bahwa Depot Air Minum Isi ulang di wilayah Jakarta Pusat memiliki jumlah Depot sebanyak 188, jumlah sampel yang diperiksa 116 yang memenuhi syarat secara fisik, kimia dan biologi sebanyak 92 sampel (79,3%) dan yang tidak memenuhi syarat 24 sampel (20,7%) (Kemenkes, 2015). Dari hasil observasi pada tahun 2016 dari sampel 106 Depot Air Minum Isi Ulang yang memenuhi syarat hanya 60 (56,6%) DAMIU dan yang tidak memenuhi syarat secara fisik, Biologi dan Kimia yaitu 46 (43,4%) DAMIU di wilayah Jakarta Pusat. Berdasarkan hal yang telah dijabarkan, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam dan mengangkatnya kedalam skripsi yang berjudul Faktor Faktor yang berhubungan dengan Kualitas bakteriologis air minum isi ulang di Depot Air Minum Isi Ulang di Wilayah Puskesmas Jakarta Pusat Tahun 2018. 1.2 Perumusan Masalah Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling vital. Saat ini banyak masyarakat yang mulai mengkonsumsi Air Minum Isi Ulang (AMIU) untuk memenuhi kebutuhan air minumnya. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), 88% kasus diare di seluruh dunia disebabkan karena air yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai atau tidak memadai kebersihan. Mengkonsumsi air yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen, baik air minum atau air yang ditambahkan ke dalam makanan, dapat menimbulkan berbagai penyakit diare. Berdasarkan pemeriksaan sampel Depot Air Minum Isi Ulang di wilayah Jakarta Pusat, pada tahun 2016 diambil sampel 106 Depot Air Minum Isi Ulang yang memenuhi syarat hanya 60 Depot Air Minum Isi Ulang dan yang tidak memenuhi syarat secara fisik, Biologi dan Kimia yaitu 46 Depot Air Minum Isi Ulang. Hal tersebut sangat penting untuk dilakukan pemantauan, karena apabila kualitas air mium isi ulang yang tidak memenuhi

6 pensyaratan maka dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan pada masyarakat. Dengan adanya uraikan diatas, maka permasalahan yang akan diangkat oleh penulis adalah untuk mengetahui lebih lanjut tentang faktor faktor Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Depot Air Minum Isi Ulang di Wilayah Puskesmas Jakarta Pusat Tahun 2018. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana faktor faktor yang berhubungan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang produk Depot Air Minum Isi Ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat Tahun 2018? 2. Bagaimana gambaran Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Depot Air Minum Isi Ulang di Wilayah Puskesmas Jakarta Pusat Tahun 2018? 3. Bagaimana gambaran Tempat Depot Air Minum Isi Ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat Tahun 2018? 4. Bagaimana gambaran peralatan Depot Air Minum Isi Ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat Tahun 2018? 5. Bagaimana gambaran Penjamah Depot Air Minum Isi Ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat Tahun 2018? 6. Apakah ada hubungan Tempat Depot Air Minum Isi Ulang terhadap kualitas bakteriologis air minum pada masing-masing Depot Air Minum Isi Ulang di Puskesmas wilayah Jakarta Pusat tahun 2018? 7. Apakah ada hubungan Peralatan Depot Air Minum Isi Ulang terhadap kualitas bakteriologis air minum pada masing-masing Depot Air Minum Isi Ulang di Puskesmas wilayah Jakarta Pusat tahun 2018? 8. Apakah ada hubungan Penjamah Depot Air Minum Isi Ulang terhadap kualitas bakteriologis air minum pada masing-masing Depot Air Minum Isi Ulang di Puskesmas wilayah Jakarta Pusat tahun 2018? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan kualitas

7 bakteriologis air minum isi ulang produk Depot Air Minum Isi Ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat Tahun 2018. 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini, adalah untuk mengetahui: 1. Mengidentifikasi gambaran kualitas bakteriologis air minum pada depot air minum isi ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat tahun 2018. 2. Mengidentifikasi gambaran tempat pada depot air minum isi ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat tahun 2018. 3. Mengidentifikasi gambaran peralatan pada depot air minum isi ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat tahun 2018. 4. Mengidentifikasi gambaran penjamah pada depot air minum isi ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat tahun 2018. 5. Menganalisis hubungan tempat Depot Air Minum Isi Ulang terhadap kualitas bakteriologis air minum pada masing-masing Depot Air Minum Isi Ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat tahun 2018. 6. Menganalisis hubungan peralatan Depot Air Minum Isi Ulang terhadap kualitas bakteriologis air minum pada masing-masing Depot Air Minum Isi Ulang di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat tahun 2018. 7. Menganalisis hubungan penjamah Depot Air Minum Isi Ulang terhadap kualitas bakteriologis air minum pada masing-masing DAMIU di wilayah Puskesmas Jakarta Pusat tahun 2018. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Untuk menyelesaikan tugas akhir dalam menyelesaikan jenjang pendidikan S1 jurusan Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. Di samping itu juga bermanfaat untuk melatih serta mengembangkan kemampuan penulis yang telah didapat selama masa pendidikan yang diaplikasikan dalam penelitian terkait pelaksanaan hygiene

8 sanitasi pengelola Depot Air Minum Isi Ulang dalam upaya peningkatan kualitas air yang digunakan untuk minum oleh masyarakat. 1.5.2 Bagi Tempat Penelitian 1. Sebagai masukan kepada pengelola depot air minum, agar selalu memperhatikan kondisi sarana dan prasarana depot air minum. 2. Sebagai masukan kepada operator untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan depot air minum isi ulang. 3. Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas air minum yang sesuai dengan standar peraturan. 1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan Menambah referensi, informasi kepustakaan yang bermanfaat oleh pembaca serta dapat dijadikan bahan acuan peneliti selanjutnya tentang Depot Air Minum Isi Ulang. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis gambaran faktor-faktor kualitas bakteriologis air minum isi ulang di Puskesmas wilayah Jakarta Pusat tahun 2018. Responden penelitian ini adalah pekerja di Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU). Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember Februari 2018. Penelitian ini dilakukan karena pada tahun 2016 dari sampel 106 Depot Air Minum Isi Ulang yang memenuhi syarat hanya 60 Depot Air Minum Isi Ulang dan yang tidak memenuhi syarat secara fisik, Biologi dan Kimia yaitu 46 Depot Air Minum Isi Ulang di wilayah Jakarta Pusat. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional, dimana pengukuran variabel dependen dan independen dilakukan secara bersamaan. Teknik analisis data penelitian menggunakan uji Chi Square dan dilanjutkan dengan mencari nilai Prevalensi Odds Ratio (POR) serta pengumpulan data dilakukan menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium bakteriologis dan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Depot Air Minum Isi Ulang.