RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA NEKASI TAHUN 2018

dokumen-dokumen yang mirip
IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF KOTA BONTANG DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene

BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

BAB IV ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

1.1 TUJUAN PENULISAN LAPORAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN,STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

DESKRIPSI PROGRAM AIR LIMBAH

RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH TAHUN 2016 KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Bagi masyarakat yang belum menyadari peran dan fungsi Situ, maka ada kecenderungan untuk memperlakukan Situ sebagai daerah belakang

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Repository.Unimus.ac.id

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN I-1

DESKRIPSI PROGRAM AIR LIMBAH

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Transkripsi:

DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA NEKASI 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bekasi merupakan bagian dari megapolitan Jabodetabek dan menjadi kota dengan jumlah terbanyak keempat di Indonesia. Saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra industri. Kota Bekasi terdiri dari 12 kecamatan yang meliputi 56 kelurahan. Batas wilayah sebagai berikut: 1) Batas Utara dan Timur adalah Kabupaten Bekasi; 2) Arah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok; 3) Arah Barat berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta. 1.2. Visi dan Misi Kota Bekasi Dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang, Pemerintah Kota Bekasi memiliki visi: Kota Bekasi Cerdas, Kreatif, Maju, Sejahtera dan Ihsan Untuk mewujudkan visi tersebut, memiliki misi yang harus mendapatkan perhatian dan dilaksanakan secara seksama yaitu: 1) Meningkatkan kapasitas tata kelola pemerintahan yang baik 2) Membangun, meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan sarana kota yang maju dan memadai 3) Meningkatkan perekonomian berbasis potensi jasa kreatif dan perdagangan yang berdaya saing 4) Meningkatkan dan mengembangkan kualitas kehidupan masyakarat yang berpengetahuan, sehat, berakhlak mulia, kreatif dan inovatif 1

5) Membangun, meningkatkan dan mengembangkan kehidupan kota yang aman dan cerdas serta lingkungan hidup yang nyaman 1.3. Maksud dan Tujuan Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Bekasi Maksud penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Bekasi Tahun 2018 adalah untuk memberikan potret status lingkungan hidup, tekanan yang mempengaruhinya, serta respon pemerintah untuk mengelola tekanan berupa Inovasi Kota Bekasi dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (upaya yang telah dilakukan oleh berbagai pihak) untuk memperbaiki status lingkungan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Tujuan penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Bekasi Tahun 2018, yaitu: 1. Menyediakan fondasi yang handal berupa data, informasi dan dokumentasi untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pada semua tingkat dengan memperhatikan aspek: daya dukung dan daya tampung lingkungan serta sumber daya alam yang ada di daerah. 2. Meningkatkan mutu informasi tentang lingkungan hidup sebagai bagian dari sistem pelaporan publik serta sebagai bentuk dari akuntabilitas publik. 3. Menyediakan sumber informasi utama bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan kepentingan penanaman modal (investor). 4. Menyediakan informasi lingkungan hidup sebagai sarana publik untuk melakukan pengawasan dan penilaian pelaksanaan Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah; sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (Bangun 2

Praja) bersama-sama dengan lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta sebagai sarana pendidikan untuk meningkatkan kesadaran publik dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. PENENTUAN ISU LINGKUNGAN HIDUP KOTA BEKASI BERDASARKAN DPSIR 2.1. Isu-Isu Lingkungan Hidup Utama Kota Bekasi Isu-isu lingkungan hidup Kota Bekasi Tahun 2018, ditentukan berdasarkan aspek luasan masalah dan komponen lingkungan, potensi sebaran dan keterkaitan masalah terhadap masalah lainnya serta kemungkinan besaran dampak terhadap terjadinya perubahan kualitas lingkungan hidup. Masalah dan isu-isu lingkungan hidup prioritas Kota Bekasi Tahun 2018 adalah: 1) Masalah sampah, dengan isu Pengelolaan Sampah. 2) Masalah banjir, dengan isu Pengendalian Genangan Air. 3) Masalah alih fungsi lahan, dengan isu Tata Kelola Lahan. 4) Masalah penurunan kualitas sumber air, dengan isu Pencemaran Lingkungan (Air dan Udara). 2.2. Alasan Penetapan Isu 2.2.1 Pengelolaan Sampah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah merupakan kebutuhan bagi suatu kota untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Pertambahan dan perubahan pola konsumsi mengakibatkan bertambahnya volume sampah yang perlu dikelola di TPA. Pemrosesan akhir sampah Kota Bekasi dilakukan di TPA sampah Sumur Batu, pada Kecamatan Bantargebang, yang luasnya 86.800 M 2, terbagi 5 zona : 1, 2, 3, 4, 5A sampai 5 D (Kotak 2.1). Sementara dengan semakin 3

padatnya, lahan kosong yang tersedia untuk TPA sampah semakin terbatas. Semua zona pada TPA Sumur Batu sudah overload, oleh karena itu sampah ditumpuk terus sehingga ketinggian tumpukan sampah telah melebihi batas maksimum keamanan. Pada bulan September 2016 ketinggian tumpukan sampah mencapai 23 Meter pada Zona 3, sedangkan pada November 2016 pada dua zona aktif 1 dan 2, mencapai 22 Meter. Kondisi tersebut telah melebihi batas maksimum ketinggian ideal tumpukan sampah di TPA yaitu 10 15 M. 2.2.2 Pengendalian Genangan Air Banjir pada dasarnya akibat dari kondisi alam setempat, yaitu: kondisi topografi, curah hujan yang relatif tinggi. Selain itu banjir disebabkan juga dari perilaku manusia atau kegiatan, serta kondisi sarana drainase kota, seperti: sedimentasi tinggi pada saluran/ sungai, pintu air rusak, tidak ada pompa dan folder, kerusakan tanggul/ pompa, membuang sampah kedalam saluran/ sungai, penyempitan saluran/ sungai, alih fungsi lahan, dlsb. Kota Bekasi memiliki topografi lahan yang relatif datar dengan kemiringan 0-2%. Bahkan slope sebagian besar sungai dan saluran juga sangat rendah yaitu 0,02% sampai 0,2%. Elevasi wilayah Kota Bekasi juga relatif rendah, yaitu terletak pada ketinggian 11 sampai 81 m diatas permukaan air laut (d.p.l.). Kondisi alam Kota Bekasi menyebabkan sulit untuk membuang air limpasan hujan dengan cepat, sehingga sering merupakan langganan genangan banjir. Kota Bekasi mengalami keterbatasan area resapan air, karena terjadi alih fungsi lahan menjadi bangunan permanen yang mengakibatkan limpasan air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah, juga sedimentasi tinggi pada saluran/ sungai yang mengakibatkan kapasitasnya menurun, sehingga pada saat hujan meluap ke sekitarnya yang mengakibatkan banjir. 4

2.2.3 Tata Kelola Lahan Lahan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Tingginya pertumbuhan serta pesatnya aktivitas ekonomi menyebabkan kebutuhan akan lahan terus bertambah, sehingga terjadi perubahan fungsi lahan. Kota Bekasi sebagai Kota Metropolitan memiliki luas 21.049 Ha. Namun berdasarkan Permen LH No 17 Tahun 2009, tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah, dengan jumlah sebanyak 2.803.283 jiwa (Kota Bekasi dalam Angka, 2017) memerlukan kebutuhan lahan hidup layak seluas 409.279,32 Ha. Kebutuhan tersebut didasarkan pada pemenuhan produksi beras lokal (Kotak 2.2). Kerapatan permukiman berdasarkan SNI 03-171-33 adalah 25 50 m 2 /orang. Dengan demikian kebutuhan minimal lahan permukiman Kota Bekasi dengan kepadatan rendah 14.016,4 Ha sedangkan pada kepadatan tinggi sebesar 7.008,2 Ha. (Kotak 2.3). 2.2.4 Pencemaran Lingkungan Pencemaran air, yaitu turunnya kualitas air yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya, apabila dibandingkan dengan ketentuan Kriteria Mutu Air (KMA), terdapat parameter kualitas air yang kadarnya melampaui ketentuan. Kondisi tercemarnya air permukaan ditunjukkan dari Status Mutu Air (SMA), yang dinyatakan dalam tercemar ringan, sedang dan berat. Penyebab air permukaan yaitu adanya buangan limbah domestik, industri dan pertanian. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai di Kota Bekasi pada Tahun 2017, diperoleh data bahwa dari 50 titik pantau kualitasnya tidak memenuhi persyaratan KMA Kelas II (Peruntukan sebagai prasarana/ sarana rekreasi, budidaya ikan air tawar, peternakan dan mengairi pertanaman) dari Peraturan Pemerintah No 82, Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kondisi tingkat 5

sungai di Kota Bekasi dengan 2 kali periode pemantauan, adalah sebagai berikut: Status mutu air Kali Cikeas-Cileungsi pada tujuh lokasi pemantauan dalam Tahun 2017, menunjukkan 71,43 % Tercemar Sedang dan 28,57 Tercemar Ringan. Status mutu air Kali Bekasi pada sembilan lokasi pemantauan dalam Tahun 2017, menunjukkan 72,22% Tercemar Sedang, 22,22% Tercemar Ringan dan 5,55% dalam kondisi Baik. Status mutu air Kali Baru pada dua lokasi pemantauan dalam Tahun 2017, menunjukkan 100 % dalam kondisi Tercemar Sedang. Status mutu air Kali Kayuringin pada dua lokasi pemantauan dalam Tahun 2017, menunjukkan 75 % dalam kondisi Tercemar Ringan dan 25 % Tercemar Sedang. Status mutu air Saluran Induk Tarum Barat pada sepuluh lokasi pemantauan dalam Tahun 2017, menunjukkan 100 % dalam kondisi Tercemar Sedang. Status mutu air Anak Kali dan Saluran pada 20 lokasi pemantauan dalam Tahun 2017, menunjukkan 47,5 % dalam kondisi Tercemar Sedang dan 52,5% Tercemar Ringan. 3. ANALISIS DPSIR ISU LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BEKASI Isu-isu Lingkungan Hidup di Kota Bekasi Tahun 2018, ditentukan berdasarkan aspek luasan masalah dan komponen lingkungan, potensi sebaran dan keterkaitan masalah terhadap masalah lainnya serta kemungkinan besaran dampak terhadap terjadinya perubahan kualitas lingkungan hidup. Penentuan dan Analisis Issue Lingkungan Hidup Kota Bekasi dilakukan dengan metode atau pola DPSIR, yaitu: 6

a. D (Driving Force): Perkembangan jumlah dan kondisi sosial ekonomi, antara lain usaha industri dan agro bussines. b. P (Pressure): Penekanan terhadap ingkungan dan penekanan akibat perilaku manusia, yaitu alih fungsi lahan, eksploitas air tanah dan beban lingkungan oleh timbulan limbah padat dan limbah cair. c. S (State): Kualitas dan kuantitas air, kualitas udara, kondisi lahan, timbulan dan sampah padat d. I (Impact): Daya dukung dan daya tampung lingkungan dan kesehatan masyarakat e. R (Response): Program nasional, program daerah, dan kearifan lokal. Berbagai peraturan untuk pelestarian lingkungan hidup telah diterbitan, selain itu juga upaya pengendalian lingkungan oleh pemerintah dan partisipasi maryarakat untuk pengurangan beban limbah padat (sampah) dana limbah cair.. 3.1. Isu Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi 3.1.1.Driving Force (D) Pertumbuhan jumlah menyebabkan peningkatan limbah sampah padat 3.1.2.Pressure (P) 1). Pembuangan sampah membutuhkan luas lahan TPA yang mencukupi 2). Transportasi sampah membebani sarana jalan dan mengganggu kenyamanan serta kesehaatan 3.1.3.State (S) Timbunan sampah di TPA Sumur Batu seluas 8,6 Ha hampir penuh, setinggi 22 m, melampaui batas maksimal keamanan. 7

3.1.4.Impact (I) 1). Timbunan Sampah TPA menimbulkan udara gas methan GRK 2). Pencemaran air oleh air lindi sampah 3). Penduduk sekitar TPA terganggu kenyamannya 3.1.5. Response (R) 1).Pengelolaan Sampah 3 R 2).Bank sampah 3). Pengembangan TPS 4).Pupuk kompos 5).IPAL air lindi sampah 6).Penambahan areal TPA sampah Sumur Batu 7).Program penghijauan di TPA Sumur Batu Tabel 1. Analisis DPSIR Isu Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi D (Driving Force) Pertumbuhan jumlah menyebabkan peningkatan limbah sampah padat P (Pressure) 1).Pembuangan sampah membutuhkan luas lahan TPA yang mencukupi 2).Transportasi sampah membebani sarana jalan dan mengganggu kenyamanan serta kesehaatan S (State) Timbunan sampah di TPA Sumur Batu seluas 8,6 Ha hampir penuh, setinggi 22 m, melampaui batas maksimal keamanan I (Impact) 1).Timbunan Sampah TPA menimbulkan udara gas methan GRK 2).Pencemaran air oleh air lindi sampah 3).Penduduk sekitar TPA terganggu kenyamannya R (Response) 1).Pengelolaan Sampah 3 R 2).Bank sampah 3). Pengembangan TPS 4).Pupuk kompos 5).IPAL air lindi sampah 6).Penambahan areal TPA sampah Sumur Batu 7).Program penghijauan di TPA Sumur Batu 3.2. Isu Pengendalian Genangan Air di Kota Bekasi 3.2.1.Driving Force (D) Curah hujan yang tinggi dan debit air tinggi dari hulu sungai Bekasi berakumulasi menyebabkan genangan air tinggi. 8

3.2.2.Pressure (P) Kota Bekasi mengalami keterbatasan area resapan air, karena terjadi alih fungsi lahan menjadi bangunan permanen yang mengakibatkan limpasan air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah 3.2.3.State (S) 1).Topografi lahan yang relatif datar 2). Kondisi sarana drainase kota tidak cukup menampung air hujan 3). Penyempitandan pendangkalan sungai dan saluran akibat sedimentasi dan pembuangan sampah, 4). Pintu air rusak, tidak ada pompa dan folder, 5). Kerusakan tanggul 3.2.4.Impact (I) Genangan air banjir sangat mengganggu kenyamanan dan kegiatan 3.2.5. Response (R) 1) Ruang Terbuka Hijau untuk penyerapan curah hujan 2) Sumur resapan untuk penyerapan air hujan genngan air 3) Peraturan Walikota Bekasi No 45/Tahun 2015 Tabel 2. Analisis DPSIR Isu Pengendalian Genangan Air di Kota Bekasi D (Driving Force) Curah hujan yang tinggi dan debit air tinggi dari hulu sungai Bekasi berakumulasi menyebabka n genangan air tinggi. P (Pressure) Kota Bekasi mengalami keterbatasan area resapan air, karena terjadi alih fungsi lahan menjadi bangunan permanen yang mengakibatkan S (State) 1).Topografi lahan yang relatif datar 2).Kondisi sarana drainase kota tidak cukup menampung air hujan 3). Penyempitandan pendangkala I (Impact) Genangan air banjir sangat mengganggu kenyamanan dan kegiatan R (Response) 1). RTH 2). Sumur Resapan 3). Peraturan Walikota Bekasi No 45/Tahun 2015 9

limpasan air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah n sungai dan saluran akibat sedimentasi dan pembuangan sampah, 4).Pintu air rusak, tidak ada pompa dan folder, 5).Kerusakan tanggul 3.3. Isu Tata Kelola Lahan di Kota Bekasi 3.3.1.Driving Force (D) 1).Pertumbuhan jumlah 2). Peningkatan bussiness 3.3.2.Pressure (P) 1).Kebutuhan lahan tinggi 2)..Luas dan jenis jenis tutupan lahan menyusut karena alih fungsi 3.3.3.State (S) 1). Kondisi daya dukung lahan telah terlampaui 2).Banyak rumah tangga miskin di Kota Bekasi 4).Potensi besarnya limpasan air hujan terhadap banjir karena kurang lahan resapan air 3.3.4.Impact (I) 1).Peningkatan beban kepadatan 2).Beban air melebihi DIBPA sungai dan saluran 3).Ruang terbuka hijau terbatar luasnya, 3.3.5. Response (R) 1). Pembangunan permukiman secara vertikal 2).Program percepatan penanggulangan kemiskinan untuk bidang kesehatan, pendidikan dan infrastruktur 3).Peraturan emisi gas buang kendaraan bermotor membangun RTH dan 10

pengaturan Car Free Day 4). DED dan pelaksanaan sarana drainase (polder, perbai kan saluran, pengerukan sedimen). 5).Peraturan Walikota Bekasi No.49/2012 tentang Juklak Perda No 15/2012, tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 6).Perda Kota Bekasi Nomor 17/2011, tentang Penyelenggaraan Izin Pemanfaatan Ruang Tabel 3. Analisis DPSIR Isu Tata Kelola Lahan di Kota Bekasi D (Driving Force) 1).Pertumbu han jumlah 2). Peningkatan bussiness P (Pressure) 1).Kebutuhan lahan tinggi 2)..Luas dan jenis jenis tutupan lahan menyusut karena alih fungsi S (State) 1). Kondisi daya dukung lahan telah terlampaui 2).Banyak rumah tangga miskin di Kota Bekasi 4).Potensi besarnya limpasan air hujan terhadap banjir karena kurang lahan resapan air I (Impact) 1).Peningkatan beban kepadatan 2).Beban air melebihi DIBPA sungai dan saluran 3).Ruang terbuka hijau terbatar luasnya, sehingg tidak mampu menyerap udara 4).Genangan air banjir makin tinggi dan lama surut sehingga menganggu mobilitas R (Response) 1).Pembangunan permukiman secara vertikal 2).Program percepatan penanggulangan kemiskinan untuk bidang kesehatan, pendidikan dan infrastruktur 3).Peraturan emisi gas buang kendaraan bermotor membangun RTH dan taman Car Free Day 4). DED dan pelaksanaan sarana drainase (polder, perbai kan saluran, pengerukan sedimen). 5).Peraturan Walikota Bekasi No.49/2012 tentang Juklak Perda No 15/2012, tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 6).Perda Kota Bekasi Nomor 11

D (Driving Force) P (Pressure) S (State) I (Impact) R (Response) 17/2011, tentang Penyelenggaraan Izin Pemanfaatan Ruang 3.4. Isu Pencemaran Lingkungan di Kota Bekasi 3.4.1. Driving Force (D) 1). Pertumbuhan jumlah dan pengembangan industri beraakibat peningkatan beban air limbah 2). Emisi gas dari industri dan transportasi berakibat beban udara 3). Peningkatan kebutuhan air baku 3.4.2. Pressure (P) 1).Beban air limbah, industri dan sumber lain melebihi daya tampung beban air. 2).Beban emisi udara melebihi daya serap ruang terbuka hijau 3). Peningkatan kebutuhan air bersih dan industri: pengambilan air tanah melebihi ketersediaan 3.4.3.State (S) 1).Pencemaran air sungai dan saluran tidak memenuhi baku mutu air 2).Kali Bekasi tercemar berat. 3).Layanan PDAM Tirta Patriot terganggu. 4).Pencemaran udara tidak memenuhi baku mutu udara ambien. 5).Neraca air tanah defisit 3.4.4. Impact (I) 1).Permasalahan pengolahan sumber air baku dari sungai dan saluran yang tercemar memerlukan proses IPA yang lebih kompleks dan mahal 2). Penurunan muka air tanah 12

3.4.5.Response (R) 1).Pengendalian air limbah dengan septic tank rumah tangga, septic tank komual, dan IPAL komunal 2).Pengendalian air limbah leachate sampah 3).Pengendalian air limbah industri dengan IPAL 4).Perda Kota Bekasi No.7/2007, Perda Kota Bekasi No.2/2011, Perda Kota Bekasi No.9/2013. 5).Menindak Lanjuti Pengaduan Masyarakat tentang Pencemaran Limbah Industri. 7).Penyusunan Masterplan Air Minum SIMPAM 8).Jaringan air minum pedesaan dari mata air Tabel 4. Analisis DPSIR Isu Pencemaran Lingkungan di Kota D (Driving Force) 1).Pertumbu han jumlah dan pengembang an industri beraakibat peningkatan beban air limbah 2).Emisi gas dari industri dan transportasi berakibat beban udara P (Pressure) 1).Beban air limbah, industri dan sumber lain melebihi daya tampung beban air. 2).Beban emisi udara melebihi daya serap ruang terbuka hijau Bekasi S (State) 1).Pencemar an air sungai dan saluran tidak memenuhi baku mutu air 2).Kali Bekasi tercemar berat. 3).Layanan PDAM Tirta Patriot terganggu. 4).Pencemar an udara tidak memenuhi baku mutu udara ambien. I (Impact) 1).Permasalah an pengolahan sumber air baku dari sungai dan saluran yang tercemar memerlukan proses IPA yang lebih kompleks dan mahal R (Response) 1).Pengendalian air limbah dengan septic tank rumah tangga, septic tank komual, dan IPAL komunal 2).Pengendalian air limbah leachate sampah 3).Pengendalian air limbah industri dengan IPAL 4).Perda Kota Bekasi No.7/2007. Perda Kota Bekasi No.2/2011. Perda Kota Bekasi No.9/2013. Menindak Lanjuti Pengaduan Masyarakat tentang 13

D (Driving Force) P (Pressure) S (State) I (Impact) R (Response) Pencemaran Limbah Industri. 1).Pertumbu han jumlah 2). Peningkatan kebutuhan air baku industri Peningkatan kebutuhan air bersih dan industri: pengambilan air tanah melebihi ketersediaan Neraca air tanah defisit Penurunan muka air tanah 1).Pengaturan dan pengawasan 2).Penyusunan Masterplan Air Minum SIMPAM 3).Jaringan air minum pedesaan dari mata air 14