ANALISA POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA CV. BALIKPAPAN DIESEL

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Abstrak

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

Metode dan Pengukuran Kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

Universitas Indonesia

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 1:

BAB II LANDASAN TEORI

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

Analisis Postur Kerja Operator Penyusunan Karton Box di Departemen Produksi PT XYZ dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) UNTUK MENGURANGI KELUHAN FISIK PADA OPERATOR TENUN IKAT TROSO

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1.

BAB II LANDASAN TEORI

Perbandingan Metode-Metode Evaluasi Postur Kerja

Anggit Paramitha, Hendra. Dept. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO PADA SAAT MELAKAKUKAN PEKERJAAN DENGAN METODE MANUAL TASKS RISK ASSESSMENT

Transkripsi:

ANALISA POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA CV. BALIKPAPAN DIESEL Fardela Najla Nisrina 1, Iwan Zulfikar 2 14.11.106.701501.1316 1 Mahasiswa Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas Balikpapan 2 Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas Balikpapan Universitas Balikpapan Email : fardelanajlan@yahoo.com 1 iwanzulfikar@uniba-bpn.ac.id 2 ABSTRACT Complaint of musculoskeletal was being trend of disease which connected with occupation around the world in developing countries and industrial countries. One of occupation who has activities MSDs complaint is CV. Balikpapan Diesel with cleaning up fuel injection pump with bond of facilities and duration of cleaning up is more than 2 hours each days. Based on calculation work posture risk level respondens with REBA (Rapid Entire Body Assessment) method, major responden on middle level as much as 70% who need check up and dangerous position change. And complaint level Musculoskeletal Disorders (MSDs) with Nordic Body Map, dominant respondence on middle level as much as 70% which mean still need repair action at the other day, with result all respondence (100%)had complaint at upper neck, backbone, waist, hip and butt. Key Words : Musculoskeletal Disorders, Nordic Body Map, REBA 1

I. PENDAHULUAN Keluhan pada sistem musculoskeletal telah menjadi trend penyakit terbaru berkaitan dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara industri. Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan muskuloskeletal merupakan suatu gangguan pada sistem musculoskeletal yang mengakibatkan gejala seperti nyeri akibat kerusakan pada nervus, dan pembuluh darah pada berbagai lokasi tubuh seperti leher, bahu, pergelangan tangan, pinggul, lutut dan tumit [1]. Rasa nyeri yang tidak segera ditangani akan menyebabkan rasa sakit yang berlebihan dan akan mengakibatkan perubahan anatomi jaringan-jaringan tubuh jika terjadi secara terus menerus [2]. Aktivitas membungkuk pada tempat kerja sebaiknya dirancang seminimal mungkin, bahkan dihilangkan karena dapat menimbulkan gangguan pada sistem musculoskeletal. Oleh sebab itu, perlunya pengawasan dan pemantauan terhadap para tenaga kerja saat mereka melakukan pekerjaan agar postur tubuh tetap ergonomi. CV. Balikpapan Diesel merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa kalibrasi Fuel Injection Pump (FIP), Injector dan Common Rail System, dimana kegiatan operasionalnya meliputi penjualan spare part, kalibrasi Fuel Injection Pump, kalibrasi Injector dan kalibrasi Common Rail System yang memusatkan seluruh kegiatan inti di area bengkel kerja. Salah satu proses kerja yang sebagian besar waktunya dilakukan dengan posisi tubuh menunduk adalah pada saat proses pencucian Fuel Injection Pump. Proses pencucian ini dilakukan dengan fasilitas kerja seadanya serta dalam durasi waktu hingga 2 jam bahkan lebih setiap harinya. Cara kerja ini akan mengakibatkan rasa sakit pada leher dan tulang belakang, sehingga sangat berpotensi timbulnya MSDs. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Musculoskeletal Disorders (MSDs) Keluhan pada sistem musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal [3]. B. Nordic Body Map (NBM) Metode Nordic Body Map (NBM) merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau cedera pada sistem musculoskeletal. Metode ini merupakan metode penilaian yang sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang 2

dialami pekerja pada saat dilakukannya penilaian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan [3]. C. Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) Metode REBA diperkenalkan oleh Sue Hignett dan Lynn McAtamney dan diterbitkan dalam jurnal Applied Ergonomics tahun 2000. Metode ini memungkinkan dilakukan suatu analisa secara bersama dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh bagian atas (lengan, lengan bawah dan pergelangan tangan), badan, leher dan kaki. Metode ini juga mendefinisikan faktor-faktor lainnya yang dianggap dapat menentukan penilaian akhir dari postur tubuh, seperti beban atau gaya yang dilakukan, jenis pegangan atau jenis aktivitas otot yang dilakukan pekerja [3]. III. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam mengkaji permasalahan, peneliti tidak membuktikan ataupun menolak hipotesis yang dibuat sebelum penelitian tetapi mengolah data dan mengalisis suatu masalah secara non numeric. Analisis data dilakukan dengan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk mengukur postur kerja responden terhadap tingkat risiko MSDs. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil perhitungan postur kerja dari 10 responden berdasarkan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) dalam pekerjaan pencucian FIP di bengkel kerja CV. Balikpapan Diesel dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang bekerja dengan tingkat risiko postur sedang sebanyak 7 orang (70%), sedangkan yang bekerja dengan tingkat risiko postur tinggi sebanyak 3 orang (30%) dari 10 responden yang bekerja sebagai mekanik di bengkel kerja CV. Balikpapan Diesel. Distribusi tingkat keluhan MSDs dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map pada responden dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko Postur Kerja Tingkat Risiko Postur Kerja Frekuensi Persentase (%) Sangat rendah 0 0 Rendah 0 0 Sedang 7 70 Tinggi 3 30 Sangat Tinggi 0 0 3

Sumber : Data Primer, 2018 Total 10 100 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Bersadarkan Tingkat Keluhan MSDs Tingkat Keluhan Frekuensi Persentase (%) Rendah 1 10 Sedang 7 70 Tinggi 2 20 Sangat tinggi 0 0 Sumber : Data Primer, 2018 Total 10 100 Berdasarkan pengumpulan data dengan kuesioner terhadap 10 responden, diketahui bahwa semua responden mengalami keluhan MSDs. Responden yang merasakan keluhan MSDs diantaranya 2 responden (20%) mengalami keluhan tinggi, 7 responden (70%) mengalami keluhan MSDs sedang dan sebanyak 1 responden (10%) mengalami keluhan rendah. Grafik 1 Distribusi Responden Berdasarkan Bagian Tubuh yang Merasakan Keluhan MSDs Sumber : Data Primer, 2018 Dari grafik 1, diketahui bahwa keluhan terbanyak yang dirasakan responden ada pada bagian leher atas, tengkuk, punggung, pinggang, pinggul dan pantat sebanyak 10 responden (100%). Sedangkan keluhan paling sedikit dirasakan responden yaitu pada 4

bagian siku kiri dan siku kanan sebanyak 2 responden (20%). B. Pembahasan Analisa Tingkat Risiko Postur Kerja Dari hasil penelitian dan penilaian postur tubuh dengan menggunakan REBA, responden yang memiliki tingkat risiko tinggi disebabkan oleh jauhnya posisi badan/tulang punggung dari pusat gravitasi tubuh. Hal ini mengakibatkan skor yang didapatkan pada bagian badan menjadi tinggi dan sangat mempengaruhi hasil skor akhir REBA. Selain itu posisi leher yang bengkok juga memperparah tingkat risiko postur kerja tersebut. Dalam pekerjaan pencucian FIP ini, pekerja hanya menggunakan fasilitas kerja berupa kursi jongkok yang kurang dari standar kenyamanan dan keergonomisan. Hal ini merupakan salah satu faktor adanya sikap kerja yang tidak alamiah karena fasilitas atau stasiun kerja yang disediakan tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Dari 3 responden yang memiliki tingkat risiko postur kerja tinggi, seluruhnya (100%) mengeluh MSDs sedang. Sedangkan 7 responden lainnya yang memiliki tingkat risiko postur kerja sedang, terdapat 1 responden (14,29%) yang mengeluh MSDs rendah, 4 responden (57,14%) mengeluh MSDs sedang, dan 2 responden (28,57 %) mengeluh MSDs tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa postur kerja tidak sepenuhnya mempengaruhi tingkat keluhan MSDs, karena mengingat masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Namun, faktor postur kerja ini tetap harus diperhatikan mengingat hasil skor REBA menunjukkan 70% responden memiliki tingkat risiko sedang dan 30% responden memiliki tingkat risiko tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa risiko postur kerja pada pekerjaan pencucian FIP ini memiliki bahaya postur kerja sehingga diperlukan suatu upaya perbaikan. Analisa Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10 responden yang bekerja sebagai mekanik di bengkel kerja CV. Balikpapan Diesel menunjukkan bahwa semua responden 100% mengalami keluhan MSDs. Dari hasil Nordic Body Map didapatkan hasil bahwa 10% pekerja mengalami keluhan MSDs rendah, 70% pekerja mengalami keluhan MSDs sedang dan 20% pekerja mengalami keluhan MSDs tinggi. Berdasarkan grafik 1 diketahui bahwa mayoritas pekerja mengalami keluhan di bagian tengkuk, punggung, pinggang, pinggul dan pantat sebanyak 10 orang (100%). Rata-rata pekerja bekerja di bagian pencucian selama 2 jam perhari, dengan melakukan kegiatan yang statis dan berulang. Semakin banyak pengulangan gerakan dalam suatu aktivitas kerja, akan mengakibatkan keluhan otot semakin besar. Pekerjaan yang dilakukan secara repetitif dalam jangka waktu lama akan meningkatkan risiko MSDs apalagi bila ditambah dengan beban dan postur janggal. Begitu pula dengan pekerjaan yang dilakukan dalam 5

keadaan satu atau lebih bagian tubuh statis atau diam selama kurang lebih 2 jam, akan dapat memperparah tingkat risiko MSDs. Pendidikan dan pelatihan terhadap pekerja juga sangat diperlukan sebagai salah satu langkah untuk mengatasi keluhan MSDs. Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat mencegah risiko sakit akibat kerja. Namun, seluruh pekerja di bengkel kerja CV. Balikpapan Diesel ini tidak pernah mengikuti pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya tentang ergonomi di tempat kerja, sehingga tidak adanya pengetahuan dan pemahaman yang cukup yang berkaitan dengan keluhan MSDs yang dialaminya saat ini. Hasil penelitian di tempat penelitian menunjukkan bahwa keluhan yang dirasakan kemungkinan disebabkan karena faktor pekerjaan berupa postur kerja janggal seperti posisi kerja duduk statis dengan tulang punggung membungkuk, aktivitas statis, adanya pengulangan gerakan, lama kerja, serta kurangnya istirahat dan pengetahuan. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat risiko postur kerja responden berdasarkan metode REBA, mayoritas responden berada pada level sedang sebesar (70%) yang membutuhkan tindakan pemeriksaan dan perubahan kondisi berbahaya. Tingkat risiko ini dipengaruhi oleh sikap kerja yang tidak alamiah karena fasilitas kerja yang kurang memadai. Namun, berdasarkan hasil pembahasan di atas, didapatkan bahwa faktor postur kerja ini tidak sepenuhnya mempengaruhi tingkat keluhan MSDs, mengingat masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya. 2. Berdasarkan hasil penilaian tingkat keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map, responden dominan berada pada level sedang (70%) yang berarti memungkinkan diperlukan tindakan perbaikan dikemudian hari, dengan hasil keseluruhan responden (100%) mengalami keluhan di bagian leher atas, tengkuk, punggung, pinggang, pinggul dan pantat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluhan yang dirasakan disebabkan karena faktor pekerjaan berupa postur kerja janggal, aktivitas statis, adanya pengulangan gerakan, lama kerja, serta kurangnya istirahat dan pengetahuan. Saran 1. Bagi perusahaan a. Memberikan pelatihan pada pekerja tentang bahaya MSDs dan penanggulangannya. b. Menyediakan fasilitas kerja yang ergonomis sehingga dapat menghindari postur tubuh janggal. 6

c. Membuat program workplace stretching exercise agar para pekerja dapat melakukan peregangan ketika otot-otot mulai tegang. 2. Bagi pekerja a. Menghindari postur kerja yang janggal seperti punggung membungkuk dan leher menunduk dengan memaksimalkan bekerja tidak jauh dari posisi alamiah. b. Mempelajari tentang bahaya MSDs dan cara penanggulangannya. c. Melakukan workplace stretching exercise atau peregangan ketika otot-otot mulai tegang. d. Beristirahat selama beberapa menit disaat tubuh mulai merasakan kelelahan atau stress otot tubuh. 3. Bagi peneliti a. Untuk peneliti selanjutnya, agar dapat melakukan penilaian MSDs dengan metode yang lebih objektif (dengan diagnosis atau uji lab). b. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor lain seperti faktor individu, faktor psikososial dan faktor lingkungan [2] Iridiastadi, H., Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [3] Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press. VI. DAFTAR PUSTAKA [1] Cho K, Cho HY, Han GS. 2016. Risk factors associated with musculoskeletal symptoms in Korean dental practitioners. J Phys Ther Sci, 28(1). 7