IV METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS FINANSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

VII. RENCANA KEUANGAN

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. BAHAN DAN METODE

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 3 METODOLOGI PENELI TIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

Transkripsi:

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Tugu Selatan merupakan salah satu sentra produksi jamur tiram putih di Kabupaten Bogor. Selain itu, pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan akan melakukan pengembangan usaha dan belum pernah melakukan studi kelayakan usaha jamur tiram putihnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Juni 2011. 4.2. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan secara langsung hanya pada tiga pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dikarenakan ketiga pelaku usaha tersebut telah menggambarkan ketiga skenario yang dilakukan dan memiliki informasi yang lengkap. Selain pada ketiga pelaku usaha tersebut, pengamatan juga dilakukan pada karyawan usaha jamur tiram putih, pedagang pengumpul, dan masyarakat sekitar. Data sekunder didapatkan dari laporan yang telah dipublikasikan maupun laporan yang tidak dipublikasikan yang bersumber dari Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Kecamatan Cisarua, Desa Tugu Selatan, penelitian terdahulu dan literatur yang terkait dengan penelitian serta media internet. 4.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung di lokasi penelitian, yakni dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan berbagai pihak yang terkait di sekitar lokasi penelitian dan juga pihak atau instansi terkait dengan penelitian mengenai pengembangan usaha jamur tiram putih. Selain itu, data juga dikumpulkan melalui penelurusan pustaka ataupun literatur di perpustakaan IPB, instansi terkait, dan media internet. 34

4.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan menggunakan bantuan komputer, yakni program Microsoft Excel 2010. Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah pengembangan usaha jamur tiram putih tersebut layak atau tidak secara non finansial, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk menilai kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih secara finansial pada tiga skenario, yaitu skenario I pelaku usaha hanya menjual log jamur tiram putih, skenario II pelaku usaha membeli log untuk budidaya jamur tiram putih, dan skenario III pelaku usaha membuat log jamur tiram putih untuk dijual dan dibudidaya. Penilaian kelayakan dilakukan dengan melakukan perhitungan kriteria investasi. Selain itu, dilakukan juga analisis switching value (nilai pengganti) untuk mencari perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar usaha masih dapat dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Secara lebih jelas, jenis-jenis analisis yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 4.4.1. Analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar perlu dikaji secara deskriptif meliputi potensi pasar, pangsa pasar serta bauran pemasaran dari log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar. Potensi pasar dapat diprediksi dengan menganalisis jumlah permintaan dan penawaran. Selain itu, perlu diketahui jumlah market share dari pelaku usaha pembuatan log jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan serta bauran pemasaran yang bertujuan untuk memperoleh laba yang optimal dengan mengkombinasikan variable-variabel seperti produk, harga, promosi, dan distribusi. Aspek pasar dinyatakan layak jika terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih oleh pelaku usaha dalam melakukan pengembangan usaha atas produk log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar. 4.4.2. Analisis Aspek Teknis Analisis secara teknis berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan produksi berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis memiliki 35

pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha khususnya dalam proses produksi. Pengkajian analisis teknis dilakukan pada analisis penentuan lokasi usaha jamur tiram putih, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, proses produksi yang dilakukan dalam usaha jamur tiram putih, baik proses pembuatan log jamur maupun proses budidaya jamur tiram putih pada pelaku usaha pembuatan log jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan serta tata letak usaha. Analisis aspek teknis dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah usaha secara teknis dapat dilaksanakan dengan baik dan layak. Aspek teknis dinyatakan layak jika lokasi usaha, teknologi, proses produksi, dan tata letak usaha dapat menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha dalam memperoleh laba. 4.4.3. Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan usaha. Aspek manajemen dikaji secara deskriptif untuk mengetahui bentuk usaha, pengadaan tenaga kerja, struktur organisasi, dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Aspek hukum juga dikaji secara deskriptif. Analisis aspek hukum dilakukan untuk mengetahui kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki seperti izin mendirikan bangunan, izin usaha, dan sebagainya. Aspek manajemen dan hukum dinyatakan layak jika kegiatan usaha yang dilakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan serta usaha telah memiliki legalitas dalam menjalankan operasionalnya di daerah usaha berlangsung. 4.4.4. Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Analisis aspek sosial, ekonomi, dan budaya dikaji secara deskriptif untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dengan adanya usaha terhadap penambahan kesempatan kerja atau pengangguran, peningkatan pendapatan masyarakat, dan pengaruh kegiatan usaha pada budaya masyarakat sekitar. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya dinyatakan layak jika kegiatan pengembangan usaha memberikan manfaat pada masyarakat sekitar usaha seperti dalam membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta tidak mengganggu budaya masyarakat sekitar. 36

4.4.5. Analisis Aspek Lingkungan Analisis aspek lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui dampak adanya usaha terhadap lingkungan di sekitarnya. Aspek lingkungan umumnya berhubungan dengan adanya pencemaran terhadap lingkungan sekitar lokasi usaha atau tidak yang berasal dari limbah usaha berupa log jamur yang telah digunakan untuk budidaya. Aspek lingkungan dinyatakan layak jika kegiatan usaha tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan dan mengganggu masyarakat sekitar. 4.4.6. Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial dikaji secara kuantitatif. Analisis finansial usaha jamur tiram putih pada pelaku usaha pembuatan log jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilakukan dengan menggunakan tiga skenario. Skenario I pelaku usaha hanya menjual log jamur tiram putih, skenario II pelaku usaha membeli log untuk budidaya jamur tiram putih, dan skenario III pelaku usaha membuat log jamur tiram putih untuk dijual dan dibudidaya. Dari setiap skenario akan dikaji analisis biaya dan manfaat, laba rugi serta kriteria investasinya. Analisis biaya dan manfaat dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai biaya yang dikeluarkan serta manfaat yang akan diterima selama usaha dijalankan. Hasil analisis tersebut akan diolah dan dapat menghasilkan analisis laba rugi. Pada analisis laba rugi tersebut akan menghasilkan komponen pajak yang digunakan untuk penyusunan cashflow. Pajak merupakan komponen pengurang dalam cashflow. Dasar perhitungan kriteria investasi diperoleh dari hasil cashflow. Kriteria investasi yang digunakan, yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period (PP). Hasil kriteria investasi NPV lebih diutamakan pada penelitian ini karena nilai NPV telah mempertimbangkan nilai waktu uang dan menggunakan dasar aliran kas secara keseluruhan dalam umur usaha untuk perhitungannya serta hasil yang diperoleh berupa nilai absolut. Kriteria investasi akan menunjukkan layak atau tidak layak usaha untuk dijalankan dari aspek finansial. 4.4.6.1. Net Present Value Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang dihasilkan oleh penanaman investasi. NPV merupakan selisih antara total present 37

value manfaat dengan total present value biaya selama umur usaha. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV berupa satuan mata uang (Rp). Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut: Keterangan: Bt = Benefit atau penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Cost atau biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (%) t = umur proyek suatu usaha (t = 1,2,3,...,n) Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV, yaitu: NPV > 0, artinya suatu usaha sudah dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dilaksanankan. NPV < 0, artinya usaha tidak menghasilkan manfaat sebesar biaya yang digunakan yang artinya bahwa usaha merugikan dan tidak layak untuk dilaksanakan. NPV = 0, artinya usaha mampu mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan yang artinya usaha tidak untung maupun rugi. Namun, pada penelitian ini perhitungan NPV tidak dilakukan secara manual. Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2010. 4.4.6.2. Internal Rate of Return Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan usaha yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. IRR merupakan nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu usaha sama dengan nol. Suatu usaha atau kegiatan investasi dinyatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat discount rate yang ditentukan maka usaha atau kegiatan investasi tidak layak untuk dijalankan. Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut: 38

Keterangan: NPV 1 = NPV yang bernilai positif NPV 2 = NPV yang bernilai negatif i 1 i 2 = Discount rate (tingkat suku bunga) yang menghasilkan NPV positif = Discount rate (tingkat suku bunga) yang menghasilkan NPV negatif Kriteria kelayakan investasi berdasarkan IRR, yaitu: IRR > i, artinya usaha layak untuk dilakukan IRR < i, artinya usaha tidak layak untuk dilakukan Namun, pada penelitian ini perhitungan IRR tidak dilakukan secara manual. Perhitungan IRR dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2010. 4.4.6.3. Net Benefit Cost Ratio Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) merupakan perbandingan present value dari net benefit yang bernilai positif dengan present value dari net benefit yang bernilai negatif. Net B/C ratio menunjukkan tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Usaha layak untuk dilaksanakan jika nilai Net B/C ratio lebih dari satu. Secara matematis Net Benefit Cost Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: Bt = Manfaat (benefit) yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (%) t = umur proyek suatu usaha (t= 1,2,3,...,n) Kriteria kelayakan investasi berdasarkan Net B/C ratio, yaitu: Net B/C ratio > 1, artinya usaha menguntungkan sehingga usaha layak untuk dilaksanakan. Net B/C ratio < 1, artinya usaha merugikan sehingga usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Net B/C ratio = 1, artinya usaha tidak untung maupun rugi. 39

Namun, pada penelitian ini perhitungan Net B/C ratio tidak dilakukan secara manual. Perhitungan Net B/C ratio dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2010. 4.4.6.4. Payback Period Payback Period (PP) merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu usaha. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik usaha tersebut untuk dilaksanakan. Usaha layak untuk dilaksanakan jika payback period lebih kecil dari umur proyek. Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: PP = jumlah waktu (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi yang ditanamkan. I = Jumlah modal investasi. Ab = Net benefit yang diperoleh pada setiap tahunnya. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan PP, yaitu: PP < n, artinya usaha layak untuk dilaksanakan. 4.4.7. Analisis Switching Value Analisis switching value digunakan untuk melihat dampak suatu perubahan keadaan pada hasil analisis kelayakan. Analisis ini bertujuan untuk menilai hasil analisis kelayakan investasi apabila terjadi perubahan pada perhitungan biaya atau manfaat. Dari hasil analisis tersebut akan terlihat apakah kelayakan suatu investasi sensitif terhadap perubahan. Perubahan-perubahan yang dapat terjadi, misalnya perubahan pada harga jual output maupun kenaikkan biaya input. Analisis ini dilakukan dengan teknik coba-coba terhadap perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikkan dan penurunan maksimum yang boleh terjadi dalam usaha jamur tiram putih agar usaha masih memperoleh keuntungan normal (Nurmalina et all, 2009). 40

4.5. Asumsi Dasar yang Digunakan 1) Pelaku usaha pembuatan log jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan akan melakukan pengembangan usaha jamur tiram putih dengan menggunakan modal sendiri. 2) Persiapan pengembangan usaha membutuhkan waktu enam bulan. 3) Umur usaha berdasarkan umur teknis bangunan kumbung sebagai investasi yang paling penting dalam usaha, yaitu selama 5 tahun. 4) Jenis output yang dihasilkan adalah baglog jamur tiram putih pada skenario I dan skenario III serta jamur tiram putih segar pada skenario II dan skenario III. 5) Tingkat diskonto yang digunakan berdasarkan BI rate rata-rata bulan Februari-Mei 2011 sebesar 6,75 persen. 6) Harga-harga yang berlaku merupakan harga yang terjadi pada saat dilaksanakan penelitian. 7) Tingkat kegagalan produksi dalam budidaya jamur tiram putih pada skenario II dan skenario III diasumsikan 20 persen, hal ini didasarkan pada pengalaman pelaku usaha dalam melakukan budidaya jamur tiram putih tersebut. 8) Produkivitas rata-rata jamur tiram putih pada skenario II dan skenario III diasumsikan 5 ons/log pada kondisi normal. 9) Harga jual baglog jamur ke pembudidaya jamur pada skenario I dan skenario III, yaitu Rp 1.800/log. 10) Harga jual jamur tiram segar ke pedagang pengumpul pada skenario II dan skenario III diasumsikan sama, yaitu Rp 6.500/kg yang diperoleh berdasarkan rata-rata harga tertinggi sebesar Rp 7.000/kg dengan harga terendah sebesar Rp 6.000/kg yang diterima pelaku usaha. 11) Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini besumber dari hasil wawancara dan survei lapang pada pemilik sekaligus pengelola usaha serta kepada para karyawan usaha. 12) Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan, 51 minggu, dan 360 hari, sedangkan satu bulan diasumsikan terdiri dari 30 hari. 13) Penyusutan dihitung dengan menggunakan Metode Garis Lurus. 41

14) Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu pasal 17 ayat 2a yang berisi bahwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 persen mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. 15) Semua lahan usaha jamur tiam putih berada pada satu kawasan yang sama, yaitu di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan keadaan lokasi, iklim, air, tanah, dan keadaan geografis lainnya yang sama. Seluruh kumbung dan baglog juga diasumsikan menggunakan komposisi bahan, proses sterilisasi, dan pemeliharaan yang sama. 42